Indonesia dikenal dengan kekayaan budayanya yang luar biasa, terutama dalam seni tari. Salah satu tarian yang paling ikonik adalah tari kecak, sebuah pertunjukan yang tidak hanya sarat makna, tetapi juga penuh dengan nilai sakral dan filosofi mendalam.
Jadi, apa sebenarnya tari kecak itu? Tari kecak bercerita tentang kisah Ramayana dengan iringan suara “cak, cak, cak” khas yang dihasilkan oleh para penarinya. Uniknya, pertunjukan tari ini dilakukan tanpa alat musik sama sekali! Penasaran nggak, di mana sih tempat terbaik untuk menyaksikan keajaiban tari kecak ini?
Yuk, jelajahi lebih dalam sejarah, makna, dan spot terbaik untuk menikmati pertunjukan tari yang memukau ini bersama Bob!
Kisah di Balik Tari Kecak yang Sakral
Tari kecak adalah salah satu tarian tradisional Bali yang sangat ikonik dan penuh makna. Tapi, tahukah kamu kalau tari kecak sebenarnya berasal dari ritual kuno bernama “Sanghyang,” sebuah upacara sakral untuk mengusir roh jahat?
Awalnya, tarian ini tidak memiliki unsur pementasan cerita, tetapi seiring waktu, elemen tari kecak didesain untuk menceritakan kisah epik Ramayana ditambahkan untuk memperkuat daya tariknya. Dalam setiap pementasan tari kecak, kamu akan melihat adegan ketika Hanoman, sang kera putih yang sakti, membantu Rama melawan Rahwana untuk menyelamatkan Dewi Sinta.
Para penari laki-laki duduk melingkar sambil menyerukan irama “cak, cak, cak” tanpa menggunakan alat musik apa pun, hanya suara mereka yang menjadi pengiring.
Meskipun sering dipertunjukkan sebagai hiburan buat para wisatawan, tari kecak tetap memiliki nilai spiritual yang sangat sakral bagi masyarakat Bali. Para penari sering kali berada dalam kondisi trans atau tidak sadar selama tarian, yang melambangkan keterhubungan mereka dengan dunia spiritual.
Itulah sebabnya tari kecak juga dikenal sebagai tari api, karena dalam beberapa pertunjukan, penari akan menari di atas bara api tanpa merasa sakit. Bayangkan betapa besar kekuatan spiritual dan daya tahan yang luar biasa dari para penarinya!
Kini, kamu bisa menikmati tarian ini di berbagai tempat di Bali, lho, terutama di pura-pura dan area wisata budaya. Bisa dibilang, tari kecak adalah salah satu pertunjukan yang tak boleh kamu lewatkan saat berkunjung ke Pulau Dewata!
Baca Juga: 14 Tempat Liburan di Bali Terbaik, dari Pantai hingga Gunung
Sejarah Tari Kecak
Kecak bukan tarian kuno yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Tarian ini tercipta tahun 1930-an dengan tujuan untuk mempertontonkannya sebagai pertunjukan seni kepada turis-turis Bali.
Dilansir dari artikel “Pariwisata dan Budaya Kreatif: Sebuah Studi tentang Tari Kecak di Bali” (2019) yang ditulis Ni Made Pira Erawati, tari kecak bermula dari dua orang: Walter Spies (pelukis asal Jerman) dan Beryl de Zoete (penari sekaligus peneliti tari dari Inggris).
Spies dan de Zoete menyadari bahwa turis asing yang berkunjung ke Bali sangat tertarik untuk menyaksikan seni sakral yang menjadi identitas Bali. Keduanya bekerja sama dengan Wayan Limbak, seniman asal Banjar Bedudu, untuk memodifikasi koor laki-laki pada tari Sanghyang menjadi tari kecak yang bisa ditonton oleh wisatawan.
Tradisi Sanghyang sendiri merupakan tarian sakral yang melibatkan roh sehingga penarinya berada dalam kondisi tidak sadar alias kerasukan. Tradisi ini adalah warisan budaya pra-Hindu, yang bertujuan untuk menolak bala sekaligus sebagai bentuk komunikasi masyarakat dengan alam gaib.
Karena fungsinya tersebut, masyarakat Bali hanya mementaskan tari Sanghyang pada saat-saat tertentu, misal untuk mengusir wabah penyakit. Kesakralan tarian Sanghyang membuat mereka tidak bisa sembarangan mementaskannya. Jika digelar setiap waktu, mereka percaya bahwa kesakralannya akan melemah dan aura magisnya pun menghilang.
Selain menggunakan tarian Sanghyang, Spies dan Wayan Limbak juga menyelipkan kisah Ramayana dalam tarian kreasi mereka. Dari gabungan keduanya, maka terciptalah tari kecak.
Tarian ini mulanya dipentaskan di beberapa desa saja, termasuk di Desa Bona, Gianyar. Hal ini dengan cepat meluas ke seluruh daerah Bali, sampai kini menjadi langganan festival swasta dan pemerintah.
Hal ini tentu tidak lepas dari peran Wayan Limbak dan Spies yang tak hanya menciptakan tarian tersebut, tetapi juga memperkenalkannya ke berbagai negara, termasuk Jerman.
Baca Juga: 7 Spot Istimewa di Kebun Raya Eka Karya Bali, Pusat Flora Timur Indonesia
Apa yang Unik dari Tari Kecak?
1. Tarian Tanpa Iringan Musik
Berbeda dengan kebanyakan tarian tradisional Indonesia, tari kecak tidak menggunakan instrumen akustik sebagai musik pengiringnya. Sebaliknya, suara “cak, cak, cak” dari para penari yang duduk melingkar membentuk lingkaran menjadi musiknya. Ini diambil dari ritual Sanghyang yang penuh nuansa spiritual.
2. Irama Kompak dari Para Penari
Yang membuat tarian ini makin unik adalah suara tepukan tangan dan gemuruh vokal yang dihasilkan oleh puluhan pria. Setiap penari memiliki nada yang berbeda, dengan satu orang sebagai pemimpin, dan seorang dalang yang mengarahkan cerita. Harmoni vokal inilah yang menciptakan suasana jadi benar-benar hidup dan memukau!
3. Gerakan Monoton tapi Penuh Makna
Meskipun gerakannya sederhana, di mana 50-150 penari sebagian besar duduk melingkar dengan tangan terangkat, keindahan tari kecak justru terletak pada perpaduan suara dan cerita. Gerakan ini melambangkan barisan tentara kera yang membantu Rama dalam pertempuran melawan Rahwana. Formasi ini yang menambah kedalaman cerita dari tarian yang sedang disajikan.
4. Kisah Ramayana di Balik Setiap Gerakan
Tarian ini menceritakan kisah Ramayana, mulai dari penculikan Sinta oleh Rahwana, bantuan Hanoman kepada Rama, hingga penghancuran Alengka oleh Hanoman. Setiap segmen memiliki makna yang kuat, baik dalam hal kepercayaan spiritual maupun pesan moral yang tersirat di dalamnya.
5. Properti yang Menambah Pesona Tarian
Untuk memperkuat cerita, tarian ini juga menggunakan berbagai properti yang khas. Bara api yang diinjak oleh penari dengan kaki telanjang, gelang kerincing di pergelangan kaki, bunga kamboja, hingga selendang hitam putih (kain poleng) yang melambangkan harmoni alam semesta, semuanya menambah kedalaman dan daya tarik pertunjukan ini!
Tari kecak bukan hanya sebuah hiburan visual, tetapi juga sebuah pementasan yang penuh makna, mulai dari segi artistik hingga pesan moral yang disampaikan. Nggak heran kalau kombinasi antara suara manusia, kekuatan spiritual, dan kisah Ramayana membuat tarian ini begitu istimewa bagi siapa pun yang menyaksikannya!
Makna Gerakan Tari Kecak
Secara struktural, gerakannya terbagi ke dalam empat segmen:
- Adegan penculikan Shinta oleh Rahwana sementara Rama tengah berburu kijang emas di hutan.
- Pertolongan dari burung garuda yang gagal karena besarnya kekuatan Rahwana sehingga burung garuda pun memilih mundur.
- Munculnya Hanoman atas permintaan Rama sementara Rama sendiri tersesat di hutan sehingga harus meminta bantuan Hanoman.
- Hanoman membakar Alengka Pura dan menyampaikan kepada Shinta untuk menunggu Rama menjemputnya
Dengan kata lain, tarian dari Pulau Dewata ini bukan sekadar menggerakkan badan, tetapi menyimpan kisah bermakna di setiap gerakannya. Berikut ini adalah beberapa makna di balik tari kecak:
1. Nilai Seni Tinggi
Tanpa iringan musik, tari kecak tetap terlihat kompak dan memukau berkat gerakan para penari yang seirama. Hal inilah yang menjadikannya bernilai seni tinggi. Walau bukan umat Hindu, penonton tetap tertarik dan merasa kurang lengkap jika ke Bali tanpa menonton pertunjukan tari ini.
2. Kekuatan Tuhan
Singkat cerita, pementasan tari kecak berkisah tentang perjalanan Rama—dengan bantuan Hanoman—dalam mencari Dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana. Namun, dalam misinya membantu Rama membebaskan Shinta dari Rahwana, Hanoman justru tertangkap dan hendak dibakar.
Tanpa disangka-sangka, Hanoman mendapatkan bantuan aji-aji sehingga memiliki kekuatan tambahan untuk meloloskan diri dari eksekusi. Sementara itu, Rama juga datang untuk menyelamatkan Shinta bersama dengan adiknya, Laksamana, serta bala tentara kera. Rahwana pun akhirnya berhasil dikalahkan.
Dalam misi penyelamatan ini, Rama juga memohon pertolongan kepada Dewata. Hal ini menunjukkan kepercayaan Rama pada kekuatan Tuhan untuk menolong dirinya.
3. Pesan Moral
Kisah dalam tari kecak juga mengandung beberapa pesan moral bagi para penonton: kerja keras Rama yang membuahkan hasil, kesetiaan Shinta terhadap suaminya, serta pengorbanan burung garuda yang rela kehilangan sayapnya demi menyelamatkan Shinta dari Rahwana.
Selain itu, tarian ini juga mengajarkan agar manusia tidak serakah dan mengambil hak orang lain secara paksa seperti Rahwana.
4. Bantuan Bala Tentara Kera
Salah satu gerakan khas tari kecak adalah saat para penari lelaki duduk berbaris melingkar dengan seruan “cak, cak, cak” dan mengangkat kedua lengan ke atas. Gerakan tersebut rupanya menggambarkan bantuan barisan tentara kera yang membantu Rama melawan Rahwana.
Baca juga: Daya Tarik Wisata Bali dan Rekomendasi Spot Terbaiknya
Properti yang Digunakan dalam Pertunjukan Tari Kecak
Seperti tari tradisional lainnya, tari kecak juga menggunakan properti khusus sebagai pelengkap pertunjukan, berikut adalah rincian properti tari kecak:
- Bara api, yang akan diinjak penari dengan kaki telanjang
- Gelang kerincing, yang berfungsi sebagai pengiring musik dan dikenakan di pergelangan kaki dan tangan penari laki-laki yang menjadi tokoh-tokoh Ramayana
- Bunga kamboja, yang diselipkan di daun telinga penari dan memiliki makna sari kebaikan dan sari alam yang membawa pencerahan
- Topeng, yang digunakan penari utama dengan peran Hanoman, Sugriwa, dan Rahwana
- Selendang hitam putih (kain poleng), yang dikenakan para penari laki-laki sebagai lambang konsep Rwa Bhineda, yaitu perbedaan yang menciptakan keharmonisan dan keseimbangan alam semesta
- Tempat sajen, untuk mengusir roh jahat dan membantu mendatangkan keberuntungan
Rekomendasi Tempat Menonton Pertunjukan Tari Kecak
1. Pura Luhur Uluwatu
Salah satu spot paling ikonik dan favorit untuk menikmati tari kecak adalah di Pura Luhur Uluwatu. Pertunjukannya berlangsung setiap hari sekitar pukul 18.00 WITA hingga 19.00 WITA, tepat saat matahari perlahan tenggelam. Harga tiketnya sekitar Rp135.000/orang, tapi percayalah, pemandangan dan atmosfer yang kamu dapatkan pasti sepadan!
Baca juga: 10 Tips Liburan Pertama ke Bali Agar Hemat dan Seru
2. Taman Garuda Wisnu Kencana
Garuda Wisnu Kencana Cultural Park menghadirkan berbagai bentuk seni budaya Bali, termasuk tari kecak dengan sentuhan cerita yang berbeda!
Di sini, tari kecak mengadaptasi kisah epik Garuda yang berjuang mencari Tirta Amertha untuk membebaskan ibunya dari cengkeraman bangsa Naga. Pertunjukan ini menjadi satu-satunya tari kecak yang menggambarkan perjalanan heroik Garuda, menawarkan alur cerita yang unik dan berbeda dari tari kecak lainnya.
Yang membuat pertunjukan di GWK semakin spesial adalah kolaborasi dengan ogoh-ogoh. Dijamin kamu akan disuguhi sentuhan visual yang megah dan menarik perhatian. Nggak heran kalau tari kecak Garuda Wisnu Kencana jadi daya tarik utama pengunjung yang datang ke GWK Cultural Park.
Kamu bisa menyaksikan pertunjukan ini setiap hari pada pukul 18.00 WITA. Tiketnya bisa dibeli secara daring atau langsung di Area Tiket Plaza Bhagawan dengan harga Rp100.000, sudah termasuk akses ke seluruh area Garuda Wisnu Kencana Cultural Park!
3. Tanah Lot
Indahnya panorama matahari terbenam berpadu dengan atraksi tari kecak juga bisa kamu saksikan di Pura Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali. Pertunjukan tari kecak di Tanah Lot digelar setiap hari sekitar pukul 18.30 WITA. Untuk menikmati atraksi ini, kamu perlu membayar tiket tambahan sebesar Rp130.000 per orang. Tapi kabar baiknya, anak-anak bisa menonton gratis!
Baca Juga: 7 Glamping Bali Terbaik, Siap Healing di Pulau Dewata?
4. Pura Dalem Ubud
Pura Dalem Taman Kaja, Ubud, bisa jadi pilihan spot terbaik untuk menonton pentas tari kecak. Di sini, kamu akan merasakan pengalaman budaya yang mendalam, dengan suasana mistis yang bikin kamu seperti terhipnotis oleh gerakan para penari. Tiket masuknya cukup terjangkau, hanya Rp100.000/orang. Pertunjukannya sendiri berlangsung sekitar 45 menit, mulai dari pukul 18.00 WITA.
Tari kecak di Pura Dalem Taman Kaja juga menampilkan episode ketika Rama menyelamatkan Sinta dari cengkeraman Rahwana. Namun, yang seru adalah ketika Hanoman, yang digambarkan sebagai kera usil, berinteraksi dengan penonton—kadang sampai mengelus kepala penonton, yang bikin suasana makin seru!
Meskipun tari kecak bisa disaksikan di berbagai tempat, pengalaman di Ubud menawarkan sesuatu yang berbeda. Ubud, dengan suasananya yang tenang dan alam yang asri, memberikan kesan lebih mendalam dan intim. Jadi, kamu bisa lebih fokus menikmati makna cerita yang dibawakan. Aura mistis di Ubud terasa kuat, terutama saat para penari memasuki fase trans, yang menambah kesakralan dan keindahan tarian ini.
Baca Juga: Pesona Pura Segara Ulun Danu Batur, Pura yang Sering Kamu Lihat di Iklan Wisata Bali
Menginap di Tengah Alam Bersama Bobocabin
Lengkapi liburanmu di Bali dengan mengunjungi kawasan Ubud yang terkenal asri, hening, dan sarat elemen spiritual. Urusan akomodasi, serahkan saja pada Bobocabin Ubud.
Dengan berbagai fasilitas kabin berkelas dan teknologi tinggi, kamu bisa menapaki perjalanan spiritual di tengah deretan pohon palem dan pemandangan sawah yang memanjakan mata.
Liburan di tengah alam pun terasa mudah, aman, dan menyenangkan dengan kehadiran fasilitas seperti Wi-Fi, Smart Window, B-Pad, moodlamp, hingga Bluetooth speaker.
Dapatkan penginapan terbaik, kualitas eksklusif, dan harga terjangkau hanya di Bobocabin. Unduh aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut.
Penulis artikel: Ratna Asih
Featured photo: Gede Yoga via Unsplash