Tari Kecak: Sejarah, Makna, dan Tempat Pertunjukannya

Tari Kecak: Sejarah, Makna, dan Tempat Pertunjukannya

Indonesia memiliki beragam budaya dengan sejarah dan ciri khasnya masing-masing, termasuk dalam kategori seni tari. Salah satunya adalah pertunjukan tari kecak yang terkenal sakral dan kaya filosofi.

Lantas, bagaimanakah sejarah tari kecak ini? Apa makna di balik tari kecak dan di mana kamu bisa menonton pertunjukannya?

Simak informasinya berikut ini!

Dari Mana Asal Tari Kecak?

Dari Mana Asal Tari Kecak?

Sumber: @ svtokan via Unsplash

Tari kecak merupakan tarian populer berasal dari Bali yang juga dikenal dengan nama tari api atau tari cak.

Sesuai namanya, tarian ini memiliki ciri khas suara “cak, cak, cak” yang akan kamu dengar saat menyaksikan pertunjukannya.

Tari kecak biasanya ditampilkan sebagai bagian dari upacara penyambutan tamu, dan dalam festival yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.

Meski dipertunjukkan sebagai hiburan, kecak sebenarnya termasuk tarian sakral karena para penari biasanya berada dalam kondisi tidak sadar.

Buktinya bisa kamu lihat saat penari yang terbakar api tetapi tidak menunjukkan rasa sakit. Penari juga seolah kebal dari panasnya api karena tubuhnya juga tidak terbakar.

Baca Juga: 12 Destinasi Balwoi Berdasarkan Zodiak, Kamu Tim Apa?

Sejarah Tari Kecak

Sejarah Tari Kecak yang Diciptakan oleh Pelukis Asal Jerman Bernama Walter Spies

Sumber: 1001malam.com

Kecak bukan tarian kuno yang sudah ada sejak zaman kerajaan. Tarian ini tercipta tahun 1930-an dengan tujuan untuk mempertontonkannya sebagai pertunjukan seni kepada turis-turis Bali.

Dilansir dari artikel “Pariwisata dan Budaya Kreatif: Sebuah Studi tentang Tari Kecak di Bali” (2019) yang ditulis Ni Made Pira Erawati, tari kecak bermula dari dua orang: Walter Spies (pelukis asal Jerman) dan Beryl de Zoete (penari sekaligus peneliti tari dari Inggris).

Spies dan de Zoete menyadari bahwa turis asing yang berkunjung ke Bali sangat tertarik untuk menyaksikan seni sakral yang menjadi identitas Bali.

Keduanya bekerja sama dengan Wayan Limbak, seniman asal Banjar Bedudu, untuk memodifikasi koor laki-laki pada tari Sanghyang menjadi tari kecak yang bisa ditonton oleh wisatawan.

Tradisi Sanghyang sendiri merupakan tarian sakral yang melibatkan roh sehingga penarinya berada dalam kondisi tidak sadar alias kerasukan.

Tradisi ini adalah warisan budaya pra-Hindu, yang bertujuan untuk menolak bala sekaligus sebagai bentuk komunikasi masyarakat dengan alam gaib.

Karena fungsinya tersebut, masyarakat Bali hanya mementaskan tari Sanghyang pada saat-saat tertentu, misal untuk mengusir wabah penyakit.

Kesakralan tarian Sanghyang membuat mereka tidak bisa sembarangan mementaskannya. Jika digelar setiap waktu, mereka percaya bahwa kesakralannya akan melemah dan aura magisnya pun menghilang.

Selain menggunakan tarian Sanghyang, Spies dan Wayan Limbak juga menyelipkan kisah Ramayana dalam tarian kreasi mereka. Dari gabungan keduanya, maka terciptalah tari kecak.

Tarian ini mulanya dipentaskan di beberapa desa saja, termasuk di Desa Bona, Gianyar. Hal ini dengan cepat meluas ke seluruh daerah Bali, sampai kini menjadi langganan festival swasta dan pemerintah.

Hal ini tentu tidak lepas dari peran Wayan Limbak dan Spies yang tak hanya menciptakan tarian tersebut, tetapi juga memperkenalkannya ke berbagai negara, termasuk Jerman.

Bobocabin Bobobox

Jumlah Penari Kecak

Berapa Jumlah Penari Kecak

Sumber @prakosonic via Instagram

Tari kecak termasuk tarian hiburan massal. Artinya, tarian tersebut dibawakan oleh banyak penari.

Dalam pelaksanaannya, kecak bisa melibatkan sekitar 50-150 orang penari. Sebagian besar adalah laki-laki yang duduk berbaris dan bersila membentuk lingkaran.

Rekor tertinggi dengan jumlah mencapai 5.000 penari berlangsung pada 29 September 2006 di bawah arahan Pemerintah Kabupaten Tabanan.

Rekor ini memecahkan rekor sebelumnya di tahun 1979 yang melibatkan 500 penari.

Para penari tari kecak biasanya bertelanjang dada dan mengenakan kain poleng, yaitu kain penutup motif kotak-kotak warna hitam putih yang dipakai di pinggang hingga atas dengkul. 

Mereka juga akan menyerukan kata “cak, cak, cak” sepanjang tarian. Dari seruan itulah nama “kecak” berasal.

Selain para penari lelaki, ada juga penari lain yang memerankan tokoh Rama, Shinta, Hanoman, Laksamana, dan Sugriwa (raja kera).

Baca Juga: 7 Spot Istimewa di Kebun Raya Eka Karya Bali, Pusat Flora Timur Indonesia

Apa Keunikan Tarian Kecak?

Keunikan Tari Kecak

Sumber: @aliefpriyanto via Unsplash

Dalam buku Pembelajaran Tari dalam Kurikulum PAUD (2020), Dessy Putri Wahyuningtyas mengungkapkan bahwa tari kecak adalah jenis tarian ritual dengan pola lantai lengkung membentuk lingkaran.

Berbeda dengan kebanyakan tari di Indonesia, gerak tarian satu ini tidak mengikuti iringan musik gamelan.

Sebagai gantinya, musik dan suara tarian berasal dari manusia dengan mengambil lagu dari ritual tarian Sanghyang.

Tepukan tangan pada tubuh serta gemuruh suara “cak, cak, cak” yang kompak dan beruntun menjadi pengiring yang menghidupkan suasana inilah yang membuat unik tari kecak.

Para penari biasanya terbagi ke dalam beberapa nada suara sehingga terdengar bagus dan hidup.

Biasanya, ada satu orang yang akan memimpin nada awal, satu orang lain yang memberikan tekanan nada tinggi atau rendah, dan seorang dalang yang mengantarkan alur cerita.

Selain itu, ada juga suara lain yang berasal dari kerincingan kaki para penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.

Secara keseluruhan, tari kecak lebih mengutamakan alur cerita dan perpaduan suara. Gerak tariannya sendiri terbilang monoton; penari lebih banyak duduk melingkar dengan gerakan tangan di atas kepala.

Sementara itu, tokoh-tokoh Ramayana akan menampilkan gerakan laga yang menyesuaikan dengan cerita.

Baca juga: 10 Kebiasaan Orang Bali yang Berhasil Buat Turis Betah

Makna Gerakan Tari Kecak

Sumber @aliefpriyanto via Unsplash

Sumber: Pixabay

Secara struktural, gerakannya terbagi ke dalam empat segmen:

  1.   Adegan penculikan Shinta oleh Rahwana sementara Rama tengah berburu kijang emas di hutan.
  2.   Pertolongan dari burung garuda yang gagal karena besarnya kekuatan Rahwana sehingga burung garuda pun memilih mundur.
  3.   Munculnya Hanoman atas permintaan Rama sementara Rama sendiri tersesat di hutan sehingga harus meminta bantuan Hanoman.
  4.   Hanoman membakar Alengka Pura dan menyampaikan kepada Shinta untuk menunggu Rama menjemputnya

Dengan kata lain, tarian dari Pulau Dewata ini bukan sekadar menggerakkan badan, tetapi menyimpan kisah bermakna di setiap gerakannya.

Berikut ini adalah beberapa makna di balik tari kecak:

1. Nilai Seni Tinggi

Tanpa iringan musik, tari kecak tetap terlihat kompak dan memukau berkat gerakan para penari yang seirama. Hal inilah yang menjadikannya bernilai seni tinggi.

Walau bukan umat Hindu, penonton tetap tertarik dan merasa kurang lengkap jika ke Bali tanpa menonton pertunjukan tari ini.

2. Kekuatan Tuhan

Singkat cerita, pementasan tari kecak berkisah tentang perjalanan Rama—dengan bantuan Hanoman—dalam mencari Dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana.

Namun, dalam misinya membantu Rama membebaskan Shinta dari Rahwana, Hanoman justru tertangkap dan hendak dibakar.

Tanpa disangka-sangka, Hanoman mendapatkan bantuan aji-aji sehingga memiliki kekuatan tambahan untuk meloloskan diri dari eksekusi.

Sementara itu, Rama juga datang untuk menyelamatkan Shinta bersama dengan adiknya, Laksamana, serta bala tentara kera. Rahwana pun akhirnya berhasil dikalahkan.

Dalam misi penyelamatan ini, Rama juga memohon pertolongan kepada Dewata. Hal ini menunjukkan kepercayaan Rama pada kekuatan Tuhan untuk menolong dirinya.

3. Pesan Moral

Kisah dalam tari kecak juga mengandung beberapa pesan moral bagi para penonton: kerja keras Rama yang membuahkan hasil, kesetiaan Shinta terhadap suaminya, serta pengorbanan burung garuda yang rela kehilangan sayapnya demi menyelamatkan Shinta dari Rahwana. 

Selain itu, tarian ini juga mengajarkan agar manusia tidak serakah dan mengambil hak orang lain secara paksa seperti Rahwana.

4. Bantuan Bala Tentara Kera

Salah satu gerakan khas tari kecak adalah saat para penari lelaki duduk berbaris melingkar dengan seruan “cak, cak, cak” dan mengangkat kedua lengan ke atas. Gerakan tersebut rupanya menggambarkan bantuan barisan tentara kera yang membantu Rama melawan Rahwana.

Baca juga: Daya Tarik Wisata Bali dan Rekomendasi Spot Terbaiknya

Properti yang Digunakan dalam Pertunjukan Tari Kecak

Seperti tari tradisional lainnya, tari kecak juga menggunakan properti khusus sebagai pelengkap pertunjukan, berikut adalah rincian properti tari kecak:

  1. Bara api, yang akan diinjak penari dengan kaki telanjang
  2. Gelang kerincing, yang berfungsi sebagai pengiring musik dan dikenakan di pergelangan kaki dan tangan penari laki-laki yang menjadi tokoh-tokoh Ramayana
  3. Bunga kamboja, yang diselipkan di daun telinga penari dan memiliki makna sari kebaikan dan sari alam yang membawa pencerahan
  4. Topeng, yang digunakan penari utama dengan peran Hanoman, Sugriwa, dan Rahwana
  5. Selendang hitam putih (kain poleng), yang dikenakan para penari laki-laki sebagai lambang konsep Rwa Bhineda, yaitu perbedaan yang menciptakan keharmonisan dan keseimbangan alam semesta
  6. Tempat sajen, untuk mengusir roh jahat dan membantu mendatangkan keberuntungan

Rekomendasi Tempat Menonton Pertunjukan Tari Kecak

Rekomendasi Tempat Menonton Pertunjukan Tari Kecak

Sumber: @balitravelista via Instagram

1. Pura Luhur Uluwatu

Uluwatu menjadi salah satu tempat favorit untuk menyaksikan pertunjukan tari kecak. 

Pertunjukan di tempat ini berlangsung setiap hari saat menjelang matahari terbenam, yaitu sekitar pukul 18.00-19.00.

Tarian digelar di panggung di atas tebing yang menghadap Samudra Hindia. Latar belakang matahari terbenamnya membuat pementasan terasa semakin indah, magis, dan eksotis.

Baca juga: 10 Tips Liburan Pertama ke Bali Agar Hemat dan Seru

2. Taman Garuda Wisnu Kencana

Selain berfoto dengan patung Dewa Wisnu yang tengah mengendarai burung garuda, kamu juga bisa menyaksikan pertunjukan tari kecak di Taman GWK.

Tempat ini bisa menampung hingga 800 penonton. Sama halnya dengan di Uluwatu, pertunjukan kecak di GWK juga berlangsung mulai pukul 18.00 di Lotus Pond.

3. Tanah Lot

Sama halnya dengan di Uluwatu, kamu bisa menyaksikan pertunjukan tari kecak diiringi indahnya matahari tenggelam di Tanah Lot.

Pementasan biasanya dimulai pukul 18.30 setiap harinya. Usai pertunjukan, kamu bisa mengisi perut di tempat-tempat makan di kawasan tersebut, yang menjajakan aneka menu menarik.

4. Pura Dalem Ubud

Pementasan tari kecak di Pura Dalem Ubud tidak bisa kamu jumpai setiap hari. Pertunjukan ini biasanya berlangsung setiap Senin dan Jumat dengan jadwal lebih malam, yaitu pukul 19.30.

Baca Juga: Pesona Pura Segara Ulun Danu Batur, Pura yang Sering Kamu Lihat di Iklan Wisata Bali

Menginap di tengah Alam Bersama Bobocabin

Menginap di tengah Alam Bersama Bobocabin

Lengkapi liburanmu di Bali dengan mengunjungi kawasan Ubud yang terkenal asri, hening, dan sarat elemen spiritual. Urusan akomodasi, serahkan saja pada Bobocabin Ubud.

Dengan berbagai fasilitas kabin berkelas dan teknologi tinggi, kamu bisa menapaki perjalanan spiritual di tengah deretan pohon palem dan pemandangan sawah yang memanjakan mata.

Liburan di tengah alam pun terasa mudah, aman, dan menyenangkan dengan kehadiran fasilitas seperti Wi-Fi, Smart Window, B-Pad, moodlamp, hingga Bluetooth speaker.

Dapatkan penginapan terbaik, kualitas eksklusif, dan harga terjangkau hanya di Bobocabin. Unduh aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut.

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles