Mari Menatap Masa Lalu Jakarta di 4 Kampung Betawi Ini

Mari Menatap Masa Lalu Jakarta di 4 Kampung Betawi Ini

Di tengah padatnya pemukiman serta deretan gedung pencakar langit Jakarta, tidak banyak yang tahu bahwa kota metropolitan ini masih menyimpan kawasan yang sarat akan budaya bernama Kampung Betawi. Selain menjadi pusat kebudayaan, kampung-kampung ini juga bisa menjadi alternatif wisata bagi kamu yang jenuh dengan penatnya hiruk pikuk ibukota.

Lantas, apa sih sebenarnya Kampung Betawi itu dan di mana saja kamu bisa menjumpai kawasan tersebut? Yuk, simak lebih lanjut bareng Bob!

Apa Itu Kampung Betawi?

Apa Itu Kampung Betawi

Sumber: wikipedia.org

Sesuai namanya, Kampung Betawi mengacu pada perkampungan atau pemukiman yang kental dengan kebudayaan Betawi, baik secara fisik maupun nonfisik.

Kampung ini juga berpenghunikan orang-orang dari suku Betawi, yaitu kelompok etnis yang terbentuk dari percampuran berbagai suku yang bermukim di Batavia sejak abad ke-17.

Mengutip kemdikbud.go.id, suku Betawi umumnya bermukim di kawasan Jakarta dan sekitarnya (Bodetabek).

Menurut sejumlah pihak, suku Betawi tak hanya menjadi hasil percampuran beragam etnis, tetapi juga berasal dari hasil perkawinan antarbangsa di masa itu.

Dengan kata lain, secara biologis, orang Betawi merupakan kaum berdarah campuran dari aneka suku dan bangsa.

Dulu, Batavia adalah pusat pemerintahan dan perdagangan. Penduduknya didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda dari berbagai daerah di tanah air.

Setelah bermigrasi, mereka akhirnya menetap dan berkeluarga di Batavia.

Baca Juga: 10 Kebiasaan Orang Betawi yang Tak Banyak Orang Tahu

Bisa dikatakan bahwa suku Betawi adalah pendatang baru di Jakarta karena terlahir dari perpaduan beragam etnis yang lebih dulu hidup di Jakarta.

Di antaranya adalah suku Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, dan Ambon. Selain itu, ada juga bangsa lain, seperti Tionghoa, Arab, Portugis, dan India.  

Karena keberagaman ini, budaya dan kesenian Betawi pun menunjukkan pengaruh yang lekat dengan daerah-daerah tersebut.

Sebut saja tariannya yang mendapat pengaruh dari Sunda, Jawa, dan Tiongkok serta musiknya yang menunjukkan ciri khas Portugis, Arab, Melayu dan Tiongkok.

Baca Juga:

Sejarah Singkat Kampung Betawi dan Perkembangan Jakarta

Sejarah Singkat Kampung Betawi dan Perkembangan Jakarta

Sumber: Sepia Times/Universal Images Group via Getty Image

Seiring dengan pesatnya pembangunan Jakarta, keberadaan Kampung Betawi pun terancam hilang.

Kampung-kampung yang dulunya pemukiman khusus Betawi kini berubah menjadi kampung dengan komunitas majemuk.

Tidak sedikit yang bahkan menjadi pemukiman internasional sebab telah berpenghunikan orang-orang dari segala bangsa dan daerah.

Cikal bakal perkampungan Betawi sendiri berkaitan erat dengan Batavia. Sebelum menjadi kota besar seperti sekarang ini, Batavia alias Jakarta hanya memiliki luas 15 hektar.

Kala itu, Batavia menjadi pemukiman bagi warga keturunan Arab, Tionghoa, dan Eropa karena dinilai telah memberikan kontribusi ekonomi kepada VOC serta memajukan kota tersebut.

Sebagai pembatas antara kota dan perkampungan di sekitarnya, pemerintah Belanda membangun tembok serta kanal antara tahun 1619-1650.

Melansir Tempo.co, Candrian Attahiyat, arkeolog Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa warga pribumi tidak bisa sembarangan masuk ke Batavia. Jika nekat, mereka harus siap diperjualbelikan sebagai budak.  

Namun, pemerintah Belanda kemudian merobohkan pembatas tersebut sekitar tahun 1808-1810 untuk memperluas kota. Dari sinilah cikal bakal munculnya Kampung Betawi.

Mulanya, pada 1826, ada lima kampung besar yang tumbuh seiring dengan ekspansi tersebut: Kampung Tangki, Muka, Jakarta, Gondangdia, dan Prapatan.

Dalam perkembangannya, masyarakat Betawi mulai menyerap kesenian luar. Jumlah penduduk serta perkampungannya pun terus bertambah hingga menjadi 75 kampung.

Kampung Betawi terus berkembang hingga kemerdekaan Indonesia dengan mengubah nyaris semua kebun, sawah, dan rawa menjadi perkampungan.  

Setelah menyandang nama Jakarta, perkembangan Jakarta menjadi semakin pesat.

Sayangnya, hal ini tidak sejalan dengan keberadaan Kampung Betawi yang justru mulai tergerus oleh pembangunan gedung-gedung pencakar langit.

Pada 1960, pemerintah DKI mulai menggusur banyak Kampung Betawi. Salah satunya adalah Kampung Pecandran di Senayan yang menjadi lokasi pembangunan Stadion Gelora Bung Karno.

Wilayah Grogol yang sekarang menjadi gedung DPR/MPR pun dulunya adalah bekas Kampung Betawi.     

Kampung Betawi pun benar-benar menghilang pada 1966 akibat ambisi gubernur kala itu, yang ingin mengembangkan Jakarta sebagai sebuah kota metroplitan. Modernisasi pun dimulai.

Baca Juga: 7 Spot Sate Taichan Terlezat di Jakarta yang Wajib Kamu Coba!

4 Kampung Betawi yang Menyuguhkan Budaya Asli Jakarta

Di tengah ingar bingar dan modernnya kota Jakarta, kamu masih bisa menikmati kentalnya tradisi dan budaya Betawi di empat Kampung Betawi berikut ini.

1. Kampung Rawa Belong, Jakarta Barat

Kampung Rawa Belong, Jakarta Barat

Sumber: senibudayabetawi.com

Kampung Rawa Belong terkenal sebagai tempat kelahiran jagoan Betawi, Si Pitung.

Jagoan ini konon lahir tahun 1860-an dan memiliki ilmu kebal yang membuatnya tidak tersentuh oleh senjata penjajah.

Oleh karena itu, jangan heran jika Kampung Betawi ini sudah tersohor sejak zaman Belanda.

Selain Si Pitung, Rawa Belong juga sangat lekat dengan seni pencak silatnya yang bermula pada awal abad ke-20.

Kala itu, seorang penduduk bernama Kong Maing memperkenalkan Silat Cingkrik kepada masyarakat desa. Ini membuat perkampungan Rawa Belong terkenal sebagai pusat Silat Cingkrik.

Bukan cuma itu, Kampung Rawa Belong juga menyuguhkan beragam wisata lainnya yang tak kalah menari:

  • Wisata budaya: pelatihan seni bela diri, palang pintu, lenong, musik tradisional, tari, dan komedi khas Betawi
  • Pasar bunga tradisional yang menjual mawar, hortensia, aster, sedap malam, melati, anggrek, aglonema, lili, tulip, pilo dendrum, tanaman khas Betawi, dan lainnya
  • Sentra kerajinan tangan golok qrisdoren
  • Kuliner: nasi uduk, ketupat sayur, asinan Betawi, soto Betawi, dan lain-lain
  • Religi: Masjid Al-Anwar yang merupakan salah satu masjid tertua di Rawa Belong

Baca juga: Cantik dan Nyaman, 12 Taman Kota di Jakarta Pusat yang Cocok untuk Ngabuburit

2. Kampung Tugu, Jakarta Utara

Kampung Tugu, Jakarta Utara

Sumber: Suria Nataadmadja via Google Maps

Kampung Tugu merupakan pemukiman yang penduduknya dikenal sebagai Betawi Portugis, sebab mereka memang merupakan keturuan Portugis.

Berbeda dengan Kampung Betawi pada umumnya, pemukiman yang sudah ada sejak abad ke-17 ini memiliki tradisi dan bahasanya tersendiri, yaitu bahasa Kreol Tugu serta tradisi rabo-rabo dan mandi-mandi.

Kedua tradisi tersebut merupakan pesta adat untuk merayakan tahun baru.

Dalam rabo-rabo, penduduk akan berkunjung ke rumah-rumah untuk mengucapkan selamat tahun baru sambil memainkan musik keroncong Tugu, yang merupakan warisan budaya Portugis di Betawi.

Sementara itu, mandi-mandi merupakan momen bermaaf-maafan yang dibarengi dengan kegiatan memoles bedak cair di wajah.

Kampung Tugu juga memiliki salah satu gereja tertua di Jakarta, yaitu Gereja Tugu yang pembangunannya selesai pada 1747. Gereja ini terkenal akan lonceng besar di sampingnya.

Untuk makanan khas, di tempat ini kamu bisa mencoba bandeng serani, gado-gado Tugu, dan kue pisang udang.

3. Kampung Condet, Jakarta Timur

Kampung Condet, Jakarta Timur

Sumber: jadesta.kemenparekraf.go.id

Condet merupakan Kampung Betawi yang menyuguhkan beragam potensi wisata, mulai dari budaya, religi, edukasi, agrowisata, ekowisata, seni, hingga kearifan lokal dan sejarah.

Hal ini tentu tidak mengherankan mengingat aset budayanya yang masih terjaga hingga kini, termasuk alat musik tanjidor, terompet, dan lainnya.

Selain itu, sanggar tarian Betawi pun berkembang pesat di kawasan ini.

Uniknya, penduduk Condet banyak yang merupakan keturunan Arab, sehingga tidak sedikit yang menyebutnya sebagai Kampung Arab.

Selain itu, kawasan satu ini juga menyimpan lika-liku sejarah yang menarik untuk diketahui. Salah satunya adalah perihal pahlawan lokal bernama Entong Gendu.

Pahlawan ini terkenal berani menghadapi penjajah dan tuan tanah yang kerap memungut pajak sangat tinggi.

Konon, penamaan Condet berasal dari penampilan sang pahlawan yang memiliki bekas luka di wajah alias codet.

Namun, ada juga yang menyebutkan penamaan Condet ini berasal dari nama anak sungai Ciliwung, yaitu Ciondet.

Dalam Bahasa Sunda, “ci” berarti ‘air’ sedangkan “ondet” mengacu pada nama sejenis pohon buni yang buahnya bisa dimakan.

4. Setu Babakan, Jakarta Selatan

Setu Babakan, Jakarta Selatan

Sumber: jadesta.kemenparekraf.go.id

Berdiri di lahan seluas 32 hektare, perkampungan budaya betawi setu babakan berfungsi sebagai ruang reka cipta atau area pelestarian budaya asli Jakarta.

Desa wisata ini berada Jl. RM. Kahfi II, RT.13/RW.8, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan. Berada di lokasi yang strategis sehingga memudahkan wisatawan mengenal dan mempelajari beragam budaya Betawi, mulai dari arsitektur, seni, adat, tradisi, pakaian, hingga kulinernya.

Selama berkunjung, kamu bisa berinteraksi langsung dengan orang-orang Betawi yang ramah sambil menikmati alunan musik tradisional, seperti keroncong, rebana, dan Samroh.

Selain itu, kawasan wisata ini juga menyuguhkan:

  • Pemandangan rumah-rumah adat Betawi

  • Museum Betawi yang berisikan lukisan karya seniman Betawi, alat musik tanjidor, wayang golek, sepeda ontel, baju adat, ondel-ondel, topeng, dan lainnya
  • Pertunjukan silat, lenong, tarian khas Betawi, dan musik gambang kromong  
  • Wisata kuliner sehingga kamu bisa mencicipi beragam makanan dan minuman khas Betawi, seperti bir pletok, dodol Betawi, kembang goyang, akar kelapa, soto Betawi, pucung gabus, sayur besan, pecak ikan, kerak telor, es selendang mayang, dan masih banyak lagi.
  • Wisata air berupa kegiatan memancing dan keliling danau dengan sepeda air dan perahu naga
  • Wisata agro (tanaman khas Betawi dan kampung alpukat)

Baca Juga: Ternyata, 13 Wisata Malam Jakarta Yang Wajib Masuk Wishlistmu!

Tempat Persinggahan Nyaman di Tengah Kemacetan

Tempat Persinggahan Nyaman di Tengah Kemacetan

Sumber: bobobox.com

Jakarta sangat identik dengan kemacetan yang kerap membuat geram. Perjalananmu dari wisata kampung Betawi mungkin akan diselingi dengan kemacetan di sana sini.

Untuk itu, Hotel Kapsul Bobobox hadir sebagai tempat singgah kamu dari segala kemacetan, keramaian, dan rasa lelah yang melanda di jalanan Kota Jakarta.

Berlokasi di kawasan strategis, Bobobox menyediakan akomodasi berkonsep minimalis, nyaman, bersih, dan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang yang pasti bikin betah.

Tinggal pilih saja lokasi mana yang kamu mau, mulai dari Bobobox Kebayoran, Pancoran, Tanah Abang, Juanda, Kota Tua, hingga ITC Kuningan.

Pesan pod yang kamu mau lewat aplikasi Bobobox di Play Store atau App Store. Dapatkan kenyamanan dan kualitas ekslusif dengan harga terjangkau hanya di Bobobox!

Bobobox Maximum Comfort Banner

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles