Suku yang Ada di Lombok dan Keunikannya

Mengenal Berbagai Suku yang Ada di Lombok dan Keunikannya

Meski termasuk destinasi wisata populer, tidak banyak orang tahu tentang beragam suku yang ada di Lombok. Padahal, keberadaan mereka menjadi salah satu daya tarik bagi pariwisata Lombok, terutama karena keunikan budayanya yang masih dipegang teguh hingga sekarang.

Lantas, suku apa saja sih yang mendiami pulau di Nusa Tenggara Barat ini? Yuk, kenalan dengan lima di antaranya berikut ini!

Sekilas Mengenai Lombok

Sekilas Mengenai Lombok dan Daya Tariknya

Foto: Kaspars Upmanis via Unsplash

Lombok merupakan nama sebuah pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan posisi diapit oleh Pulau Bali dan Sumbawa. Beberapa tempat wisata terkenal yang ada di pulau ini meliputi Gunung Rinjani, Pink Beach, Gili Trawangan, Bukit Malimbu, dan Pantai Senggigi.

Secara umum, tidak sedikit orang menganggap bahwa Lombok memiliki arti cabai. Hal ini pun didukung oleh banyaknya kuliner pedas di pulau tersebut. Namun, faktanya, Lombok berasal dari kata “Lomboq” yang dalam bahasa Sasak berarti lurus.

Penamaan ini disebut-sebut sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan tertulis dalam buku Negara Kertagama. Tulisannya sendiri berbunyi “Lombok Sasak Mirah Adi” yang artinya ‘orang Lombok memiliki hati lurus untuk dijadikan permata kejayaan’.

Seiring waktu, penulisan nama Lomboq mengalami perubahan menjadi Lombok yang dikenal seperti sekarang ini.

Baca Juga: 20 Oleh-Oleh Khas Lombok yang Kekinian dan Populer

5 Suku yang Ada di Lombok

1. Suku Sasak

Suku Sasak Lombok

Foto: goodnewsfromindonesia.id

Suku Sasak merupakan suku asli Pulau Lombok yang menurut para ahli telah mendiami pulau ini sejak 4.000 tahun SM.

Nama Sasak sendiri berasal dari kata “sak-sak” yang berarti sampan. Hal ini berkaitan dengan kedatangan nenek moyang suku Sasak yang datang menggunakan sampan dari arah barat. Jika ditelaah, arah barat itu mengacu pada Pulau Jawa.

Karenanya, tidak sedikit orang berpendapat bahwa suku Sasak merupakan campuran antara penduduk asli Lombok dan pendatang dari Jawa. Hal ini juga didukung dengan adanya kemiripan antara aksara Jawa dan Sasak.

Secara keseluruhan, jumlah populasi suku Sasak mencapai sekitar 3 juta jiwa, dan 2,5 di antaranya masih setia tinggal di Lombok. Jumlah tersebut menjadikan suku Sasak sebagai suku terbanyak yang mendiami Lombok. Sementara itu, sisanya tersebar di wilayah lain Indonesia.

Sebagian besar penduduk Sasak menganut agama Islam, sedangkan sisanya terpecah menjadi penganut kepercayaan lain, termasuk Hindu, Kristen, Buddha, dan Sasak Boda. Sebagai informasi, Sasak Boda adalah kepercayaan menyembah roh leluhur yang dianut suku Sasak sebelum mengenal Islam.

Meski sejumlah kelompok Sasak sudah mengadopsi cara hidup modern, kamu masih bisa menjumpai beberapa kelompok yang masih memegang teguh tradisi para leluhur. Di antaranya adalah tradisi:

  • Nyongkolan (menculik perempuan yang akan dinikahi oleh lelaki)
  • Bau nyale (menangkap cacing laut)
  • Rebo bontong (mandi bersama di sungai atau pantai untuk menyucikan diri dan menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW)
  • Bebubus batu (ritual yang digelar dua kali setahun sebagai bentuk syukur kepada Tuhan yang Maha Esa)

Selain itu, ada juga warisan leluhur lainnya yang masih terjaga, yakni bahasa Sasak, bangunan tradisional, tarian, dan kain tenun tradisional. Jika tertarik melihat keunikan budaya suku ini, kamu bisa datang ke Desa Adat Sade.

Baca Juga: Kenali Seni Tato Budaya Asli 3 Suku Indonesia Berikut Ini!

2. Suku Samawa

Suku Samawa

Foto: misi.sabda.org

Selanjutnya, ada suku Samawa yang juga disebut sebagai Tau Samawa (orang Sumbawa) atau Suku Sumbawa. Sesuai namanya, etnik ini sebenarnya berasal dari Pulau Sumbawa yang merupakan percampuran dari berbagai daerah di Indonesia, terutama kepulauan Sunda Kecil.

Sebagian besar penduduknya mendiami bagian tengah dan barat Pulau Sumbawa. Namun, tidak sedikit dari mereka bermigrasi lalu bermukim di Pulau Lombok, khususnya kawasan timur Lombok. Oleh karena itu, suku Samawa juga kerap disebut sebagai suku Lombok Timur.

Sama seperti Sasak, suku Samawa memiliki bahasanya sendiri, yakni bahasa Samawa, dan sebagian besar penduduknya pun menganut agama Islam.

Selain itu, suku yang ada di Lombok ini juga masih menjunjung tinggi adat istiadat dan kebudayaan leluhur. Beberapa yang masih lestari adalah tradisi:

  • Karaci (pentas pertarungan antara dua pria Samawa dengan menggunakan tongkat dan perisai dari kulit kambing atau kerbau)
  • Karapan Kebo (lomba lari kerbau di sawah berlumpur)
  • Pandai besi
  • Maen jaran (pacuan kuda)
  • Nyorong (prosesi seserahan barang-barang untuk kelengkapan acara pernikahan hingga resepsi)

3. Suku Mbojo

Suku Mbojo

Foto: suarantb.com

Sama halnya seperti Samawa, Mbojo merupakan suku pendatang dari Pulau Sumbawa, tepatnya dari Bima. Suku ini mulanya mendiami Pulau Sumbawa timur yang kini terbagi menjadi tiga bagian administratif, yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, dan Kabupaten Dompu.

Istilah Mbojo sendiri berasal dari kata “babuju yang dalam bahasa mereka artinya berbukit. Hal ini berkaitan dengan topografi wilayah pemukiman suku Mbojo yang berbukit-bukit dengan Gunung Tambora sebagai titik tertingginya.

Mayoritas suku Mbojo juga menganut agama Islam, sementara sebagian kecil lainnya menjadi penganut Kristen, Hindu, dan Para No Bongi. Para No Bongi adalah kepercayaan asli orang Mbojo terhadap roh nenek moyang.

Karena didominasi oleh penduduk muslim, pakaian adat suku Mbojo terbilang tertutup. Pakaian tersebut terbuat dari kain khas Mbojo bernama tembe, yang dalam bahasa setempat berarti sarung.

Bobocabin Bobobox

Ada dua jenis pakaian yang digunakan suku Mbojo, yaitu rimpu dan katente. Keduanya sudah ada sejak zaman kerajaan Islam di Bima, yaitu sekitar abad pertengahan.

Lantas, apakah perbedaan antara Rimpu dan Katente? Rimpu rupanya merupakan pakaian khusus bagi perempuan yang digunakan sebagai pengganti kerudung. Sementara itu, katente adalah pakaian untuk laki-laki berupa sarung yang diikatkan pada pinggang.

Selain pakaian adat, suku Mbojo juga terkenal dengan kesenian tarinya yang masih dipertahankan hingga sekarang. Dua di antaranya adalah:

  • Tari buja kadanda (tarian perang antara dua laki-laki yang membawa tombak berumbai bulu ekor kuda dan perisai)
  • Kalero (tarian yang dipentaskan dengan pakaian hitam sebagai perlambang duka, kesedihan, dan penghormatan kepada orang yang meninggal)

Baca Juga: Jangan Terlewatkan! 4 Spot Terbaik untuk Snorkeling di Kuta Lombok

4. Suku Bali Lombok

Suku Bali Lombok

Foto: goodnewsfromindonesia.id

Mengingat lokasinya yang berdekatan, tidak mengherankan jika penduduk Bali juga bisa ditemukan di Lombok. Kondisi ini terjadi akibat adanya proses migrasi yang berlangsung panjang dan bertahap hingga akhirnya mereka menjadi bagian dari Lombok.

Migrasinya sendiri bermula tahun 1616 saat Raja Gelgel dan pasukannya dari Bali datang ke Lombok untuk merebut kekuasaan dari Kerajaan Selaparang. Selaparang ditaklukkan pada 1675 sehingga Bali akhirnya bisa menguasai kawasan Lombok Barat serta sebagian wilayah utara dan tengah.

Pada 1898, Belanda berhasil mengalahkan dan mengusir orang Bali dari Lombok. Namun, meski sudah dikalahkan, masih banyak pengikut raja yang tidak kembali ke Bali dan akhirnya menghasilkan keturunan Bali yang kini menetap di Lombok.

Meski begitu, kamu masih bisa melihat perbedaan yang kentara antara suku Bali dan suku asli Lombok, seperti dari segi keyakinan dalam beragama yang didominasi agama Hindu.

Karena itu, jangan heran jika kamu menjumpai banyak pengaruh Bali saat berkunjung ke Lombok, seperti dari segi tarian; upacara adat; keberadaan gamelan, pura, bangunan dan ornamen khas Bali; serta sesajen.

5. Suku Bayan

Suku Bayan

Foto: baktinews.bakti.or.id

Selama ini, suku Sasak dianggap sebagai suku asli Pulau Lombok. Namun, dari sejarahnya, suku asli Lombok adalah mereka yang sudah ada di Lombok sebelum ajaran Islam masuk. Suku ini dikenal sebagai suku Sasak Boda, yang masih menganut paham animisme dan dinamisme.

Saat ini, suku tersebut masih mendiami Lombok, tepatnya di kawasan pedalaman yang jauh dari masyarakat umum dan keramaian. Salah satunya adalah suku Bayan di Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan para ahli sejarah, suku yang ada di Lombok ini merupakan generasi kedua dari suku Sasak.

Kawasan ini bisa dibilang merupakan sentral atau pusat suku Sasak Lombok yang sebenarnya. Pasalnya, penduduk di sini masih meyakini, menjalani, dan melestarikan tradisi para nenek moyang yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Hanya saja, tradisi-tradisi suku Bayan juga telah mendapat pengaruh dari ajaran Islam karena penduduknya tidak lagi menganut paham animisme dan dinamisme.

Salah satu tradisi yang masih bisa kamu jumpai di sini adalah tarian suling dewa untuk memanggil hujan saat kemarau panjang. Selain itu, ada tradisi maulid dan lebaran adat yang cukup berbeda dengan maulid dan Lebaran yang dilakukan pemerintah dan masyarakat umum.

Dalam pelaksanaannya, mereka memiliki perhitungan waktu sendiri. Tujuan kegiatannya adalah untuk bersedekah kepada sesama. Kegiatan tersebut juga kerap dibarengi dengan pembacaan Al-Qur’an, aroma wangi-wangian, dan pembacaan mantra oleh pemangku adat.

Lebih lanjut, suku Bayan juga memiliki aturan ketat tentang pakaian. Masyarakatnya tidak boleh memakan sembarang pakaian. Para wisatawan yang berkunjung bahkan harus mengenakan pakaian adat berupa kain songket dan ikat kepala agar bisa diterima sebagai tamu.

Lengkapi Liburan di Lombok bersama Bobocabin!

Liburan di Lombok Bersama Bobocabin

Sebagai salah satu destinasi wisata populer di Indonesia, Lombok memiliki beragam penginapan yang nyaman, seperti Bobocabin Gunung Rinjani. Kabin ini hadir dengan kenyamanan modern tempat kamu bisa melihat pemandangan Gunung Rinjani di depan mata. 

Selain staycation cozy, kamu juga bisa menjajal aneka wisata alam menarik, seperti mendaki Bukit Pergasingan dan Gunung Rinjani, menikmati lanskap hijau dan matahari terbit di Bukit Selong, serta bermain-main di Savana Dandaun yang eksotis.

Apa pun pilihanmu, Bobocabin siap menyambut kedatanganmu untuk recharge energi setelah lelah berwisata. Yuk, amankan kabinmu dengan reservasi via aplikasi Bobobox!

 

Penulis artikel: Aidah Musyaropah

Foto header: RaiyaniM via Wikimedia Commons

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles