Di tengah hiruk pikuk kawasan Tanah Abang, Bobobox Tanah Abang bisa menjadi akomodasi andalan, baik saat berlibur maupun dalam rangka perjalanan bisnis. Seperti yang kamu tahu, Tanah Abang terkenal sebagai kawasan yang sibuk dan ramai terutama karena keberadaan Pasar Tanah Abang, pusat grosir tekstil terbesar di Asia Tenggara.
Namun, di tengah keramaian itu, rupanya terselip tiga museum yang menyimpan informasi serta koleksi bersejarah peninggalan masa lampau. Apa saja museum dekat Bobobox Tanah Abang tersebut? Yuk, simak lebih lanjut di bawah ini!
Museum Tekstil
HTM: Rp5.000 (dewasa), Rp3.000 (mahasiswa) dan Rp2.000 (anak-anak/pelajar)
Jam operasional: 09-16.00 (Selasa-Minggu dan hari libur nasional, Senin tutup)
Alamat: Jl. K.S. Tubun No.2-4, Kota Bambu Selatan, Kecamatan Palmerah, Kota Jakarta Barat, DKI Jakarta
Museum Tekstil Jakarta merupakan objek wisata dekat Bobobox Tanah Abang yang mulanya merupakan rumah pribadi milik seorang warga negara Perancis di abad ke-19. Abdul Azis Almussawi Al Katiri, konsul Turki, kemudian membeli rumah tersebut lalu menjualnya kembali di tahun 1942 kepada Dr. Karel Christian Cruq.
Selanjutnya, bangunan itu:
- Beralihfungsi menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) di awal tahun 1945
- Menjadi kediaman Lie Sion Pin 1947 yang kemudian menyewakannya kepada Departemen Sosial untuk penampungan bagi orang-orang jompo
- Dibeli oleh Departemen Sosial pada 1952
- Menjadi bangunan bersejarah pada tahun 1972
- Diserahkan oleh Departemen Sosial kepada Pemda DKI Jakarta pada 1975
Pada 1975, Ir. Safioen, salah satu pendiri Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia WASTRAPREMA, mengajukan gagasan untuk mendirikan Museum Tekstil. Gagasan tersebut memperoleh dukungan dari Gubernur Jakarta, Ali Sadikin hingga akhirnya gedung tersebut diresmikan sebagai Museum Tekstil pada 28 Juni 1976 oleh Ibu Tien Soeharto.
Baca Juga: Berani Berkunjung? Ini Dia Tempat-Tempat Angker Di Jakarta!
Ada Apa Saja di Museum Tekstil?
Dengan luas mencapai 16.000 m², Museum Tekstil terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
- Gedung Pameran Utama
- Galeri Batik
- Pendopo Batik
- Taman Pewarna Alam
- Perpustakaan
- Ruang Perawatan Kain
- Ruang Pengenalan Wastra
Museum yang berlokasi sekitar dua kilometer dari Bobobox Tanah Abang ini mengkhususkan diri untuk mengumpulkan, mengawetkan dan memamerkan karya seni terkait pertekstilan Nusantara. Karena itu, kamu bisa melihat berbagai koleksi tekstil Indonesia yang kini tercatat mencapai 1914 yang terdiri dari kain tenun, kain batik, peralatan pembuatan kain dan koleksi campuran.
Koleksi kain yang dipamerkan meliputi batik kuno dan kontemporer. Di antaranya adalah bendera Keraton Cirebon, kain batik motif sederhana hingga rumit seperti batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura dan Riau. Tak hanya mengagumi berbagai koleksinya, kamu juga bisa ikut belajar mebatik lalu membawa hasil karya kamu pulang, tentunya dengan biaya tambahan sekitar Rp40.000.
Di area Kebun Pewarna Alam, kamu bisa menambah wawasan tentang tanaman penghasil warna alami untuk digunakan sebagai pewarna kain tradisional. Selain itu, ada juga perpustakaan yang menyimpan koleksi buku-buku tekstil. Sementara itu, di Ruang Pengenalan Wastra, kamu bisa menyaksikan koleksi alat tentu dari berbagai daerah dan berkesempatan mencoba mengoperasikan alat tersebut.
Jika sudah lelah berkeliling, kamu bisa mampir untuk menikmati kopi di kafe yang tersedia. Selain itu. Ada juga toko oleh-oleh yang menawarkan berbagai macam suvenir yang bisa kamu bawa sebagai bukti sudah berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta.
Museum Taman Prasasti
HTM: Rp5.000 (dewasa), Rp3.000 (mahasiswa) dan Rp2.000 (anak-anak/pelajar)
Jam operasional: 09-15.00 (Selasa-Minggu)
Alamat: Jl. Tanah Abang I, Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Museum dekat Bobobox Tanah Abang selanjutnya adalah Museum Taman Prasasti yang mulanya merupakan sebuah kompleks pemakaman Kebon Jahe Kober. Pemakaman ini mulai berfungsi sejak tahun 1795 sebagai pengganti pemakaman di samping Gereja Nieuw Hollandsche Kerk (sekarang Museum Wayang) yang sudah cukup padat.
Maka dari itu, pemerintah Belanda menyediakan lahan pemakaman baru. Sebagian besar nisan dari Nieuw Hollandse Kerk juga ikut dipindahkan dan kemudian ditandai dengan tulisan HK untuk Hollandsche Kerk.
Pada 1975, pemerintah menutup Kebon Jahe Kober karena alasan sudah penuh. Lalu, pada 9 Juli 1977, Ali Sadikin meresmikan kawasan tersebut menjadi Museum Taman Prasasti. Karena perkembangan kota yang semakin pesat, kompleks pemakaman pun menyusut dari 5,5 menjadi 1,3 hektar saja. Tanah bekas makam kemudian menjadi lahan tempat berdirinya Kantor Wali Kota Jakarta Pusat, Auditorium, Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Jakarta, dan KONI Pusat.
Baca Juga: 7 Restoran Unik Di Jakarta Yang Sedang Hits! Sudah Tahu Belum?
Ada Apa Saja di Taman Prasasti?
Museum Taman Prasasti menyimpan koleksi prasasti nisan kuno masa kolonial Belanda. Sebagai informasi, tempat tersebut tidak lagi menyimpan jenazah sebab semuanya telah dipindahkan antara tahun 1950-1970 ke tempat lain.
Sekarang ini, museum hanya memajang sekitar 900 batu nisan yang terbuat dari marmer, batu alam dan perunggu. Nisan tersebut memiliki beragam bentuk, mulai dari batu nisan sederhana hingga patung malaikat. Selain itu, ada juga miniatur makam khas dari berbagai provinsi di Indonesia dan kereta jenazah antik.
Untuk memudahkan dalam mencari objek yang ingin kamu lihat, terdapat sebuah papan informasi yang mencantumkan informasi tentang nisan dan prasasti tokoh penting. Papan informasi tersebut juga berisi denah museum yang terbagi ke dalam Area J, I, G dan H.
Di area J, kamu bisa melihat:
- Makam pualam dengan hiasan buku milik Dr. H. F. Roll, pendiri sekolah dokter STOVIA
- Dua peti jenazah yang tersimpan di dalam kotak mika transparan, dulunya digunakan untuk membawa jenazah Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
Selanjutnya, area I konon menyimpan jenazah Kapiten Jas yang jasadnya tidak bisa dipindahkan karena keberadaan pohon besar di atasnya. Makam tersebut pun diyakini dapat memberi kesuburan, keselamatan dan kemakmuran bagi peziarahnya.
Di area G, terdapat:
- Replika tembok peringatan Pieter Erberveld, seorang keturunan Belanda-Siam yang berencana melakukan makar pada pemerintah Hindia Belanda
- Patung Herikus van der Grinten, pastur ternama di masanya
Sementara itu, area H menyimpan:
- Nisan milik Marius J. Hulswit, seorang arsitek Belanda
- Beberapa patung bidadari
- Nisan dengan fondasi berbentuk segi delapan milik Olivia Mariamne Raffles, istri dari Thomas Stamford Raffles
- Nisan Wanita Jawa bernama Marisa serta nisan Elisabeth Adriane Roseboom, istri pemilik sekolah Santa Maria
Meski nama-nama Belanda mendominasi, di tempat ini juga terdapat nisan bagi aktivis sekaligus penyair muda Indonesia, Soe Hok Gie.
Museum Nasional Indonesia
HTM: Rp7.500 (anak-anak), Rp15.000 (dewasa), dan Rp25.000 (wisatawan asing)
Jam operasional: 08.00-16 (setiap hari, kecuali hari libur keagamaan)
Alamat: Jl. Medan Merdeka Barat No.12, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Wisata selanjutnya yang berdekatan dengan Bobobox Tanah Abang adalah Museum Nasional Indonesia atau Museum Gajah. Penyebutan gajah tersebut berkaitan dengan keberadaan patung berbentuk gajah di halaman depan gedung yang merupakan hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand pada tahun 1871.
Museum Nasional bermula dari berdirinya himpunan bernama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada 24 April 1778. Tujuannya adalah untuk memajukan penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahuan (biologi, fisika, kesusastraan, sejarah dan etnologi). C. M. Radermacher, salah satu pendiri himpunan, kemudian menyumbangkan buku, benda bersejarah hingga rumahnya yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya museum dan perpustakaan.
Sejak tahun 1862, pemerintah Hindia Belanda mulai membangun museum di tempat baru untuk koleksi benda-benda bersejarah hingga akhirnya resmi dibuka pada 1868. Kepengurusannya beralih kepada pemerintah Indonesia sejak 17 September 1962. Namanya pun resmi berubah menjadi Museum Nasional Indonesia per tanggan 28 Mei 1979.
Baca Juga: Ternyata, 10 Wisata Malam Jakarta Yang Wajib Masuk Wishlistmu!
Koleksi Museum Nasional
Berjarak sekitar 1,3 km dari Bobobox Tanah Abang, Museum Nasional menyimpan berbagai benda kuno dari seluruh penjuru Indonesia serta beberapa negara Asia, mulai dari zaman prasejarah hingga baru. Dengan total mencapai 140.000 buah, Museum Nasional pun menjadi museum terlengkap di Indonesia.
Di tempat ini, kamu bisa melihat beragam benda kuno dari yang terbagi ke dalam jenis:
- Prasejarah
- Arkeologi
- Sejarah
- Etnografi
- Numismatik dan heraldik
- Geografi
- Keramik
Sementara itu, dari segi bahan, terdapat kategori batu, logam, tanah liat, campuran, kayu, tengkorak, fosil, bambu, kain dan tulang. Secara garis besar, kamu bisa melihat koleksi berupa patung, arca, keramik, perhiasan, topeng, lumping dan masih banyak lagi.
Selain memamerkan koleksi bersejarah, Museum Nasional juga menawarkan beragam aktivitas menarik. Di antaranya adalah:
- Belajar membatik, tari tradisional, dan bermain gamelan
- Menonton pertunjukan teater
- English tour
- Museum keliling
- Aktivitas di kid corner untuk anak-anak TK dan PAUD
Bobobox Tanah Abang: Persinggahan Nyaman di Tengah Keramaian
Berdiri di salah satu area bisnis tersibuk di Jakarta Pusat, Bobobox Tanah Abang hadir sebagai tempat singgah dari segala kemacetan, keramaian dan rasa lelah di jalanan Kota Jakarta. Bobobox akan memanjakan kamu dengan akomodasi berkonsep minimalis, nyaman, dan bersih serta berbagai fasilitas penunjang yang pasti bikin kamu betah.
Lokasinya yang strategis memudahkan kamu untuk dengan mudah mengakses sejumlah tempat ikonis dari Bobobox Tanah Abang. Sebut saja Stasiun Tanah Abang, Pasar Tanah Asang, Stasiun Gambir dan Monas. Yuk, segera pesan pod yang kamu mau lewat aplikasi Bobobox!
Header image: CEphoto, Uwe Aranas CC BY-SA 3.0 via Wikimedia Commons