@toddtphoto/Unsplash

Yuk, Kenali Tanda-tanda Tsunami di World Tsunami Awareness Day Ini!

World Tsunami Awareness Day jatuh pada tanggal 5 November setiap tahunnya. Peringatan ini ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada Desember 2015 lalu.

Dalam peringatan ini, PBB mengajak berbagai negara, badan internasional, hingga warga sipil untuk meningkatkan kesadaran tentang tsunami dan berbagi berbagai pendekatan inovatif untuk pengurangan risiko. PBB juga menugaskan Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana untuk mengoordinasi peringatan bencana tsunami di seluruh dunia.

Gagasan World Tsunami Awareness Day sendiri berasal dari Jepang sebagai negara yang sudah berulang kali menghadapi bencana tersebut. Selama bertahun-tahun, Jepang telah membangun budaya keselamatan terkait tsunami, mulai dari peringatan dini, kesiapsiagaan masyarakat serta pendekatan build back better setelah bencana untuk mengurangi dampaknya di masa depan.

Sama halnya seperti Jepang, pesisir pantai Indonesia juga telah berulang kali terkena hantaman gelombang tsunami. Beberapa yang cukup besar dan menelan banyak korban jiwa adalah tsunami Karakatau (1883), Biak (1996), Aceh (2004), Pangandaran (2006), Mentawai (2010), Palu (2018), dan Selat Sunda (2018).

Sayangnya, budaya keselamatan dan kesiapsiagaan belum cukup tertanam di masyarakat Indonesia. Maka dari itu, dalam rangka peringatan World Tsunami Awareness Day 2022, yuk ketahui tanda-tanda tsunami agar kamu selalu siap siaga dalam menghadapi bencana!

Apa Itu Tsunami?

@raymondo600/Unsplash

Untuk menyambut World Tsunami Awareness Day, kamu bisa mulai dengan memahami apa itu tsunami. Kata tsunami berasal dari Bahasa Jepang, yaitu “tsu” (berarti pelabuhan) dan “nami” (berarti gelombang). Secara harfiah, tsunami ini diartikan sebagai gelombang laut yang menghantam pelabuhan.

Namun, pengertiannya kemudian berkembang menjadi serangkaian gelombang dahsyat yang biasanya terbentuk akibat gempa bumi di dasar laut. Meski ada beberapa kondisi yang membuat gempa bisa menyebabkan gelombang besar, yaitu

  • Terjadi di bawah laut atau menyebabkan material meluncur ke laut
  • Kekuatannya besar, minimal dengan Magnitudo lebih dari 7,0
  • Memiliki pola sesar naik atau turun
  • Pusat gempa kurang dari 70 km di bawah permukaan laut

Letusan gunung api dan longsor di dasar laut juga bisa menjadi penyebab tsunami. Ambil saja contoh tsunami Krakatau pada 1883 atau di Tonga di awal 2022 akibat letusan gunung berapi dan tsunami Selat Sunda pada 2018 akibat longsor di bawah laut karena letusan Anak Krakatau. Selain itu, tsunami juga bisa dipicu oleh jatuhnya batuan hingga hantaman asteroid dan meteor ke laut. Meski begitu, hal tersebut terbilang jarang.

Tsunami sendiri berasal dari gerakan vertikal di kerak bumi sehingga menyebabkan dasar laut naik atau turun secara mendadak. Akibatnya, ada gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya sehingga menimbulkan terjadinya aliran energi air laut. Ketika sampai di pantai, aliran energi tersebut berubah menjadi gelombang besar tsunami.

Gelombang itu kerap kali terlihat seperti dinding air yang bisa memporakporandakan bibir pantai. Terjangan gelombang di daratan bisa mencapai 5 km dan menimbulkan bahaya hingga berjam-jam dengan gelombang yang terus berdatangan setiap 5-60 menit. Gelombang pertama bisa saja bukan yang terbesar dan paling berbahaya dan biasanya gelombang kedua, ketiga, keempat atau bahkan yang terakhirlah yang menjadi gelombang terbesar.


Baca Juga: 10 Gempa Bumi Terbesar Dalam Sejarah Dunia. Indonesia Termasuk Salah Satunya!


Bencana Mematikan

@noaa/Unsplash

Adanya World Tsunami Awareness Day juga bisa menjadi pengingat betapa bahayanya gelombang tsunami, terutama untuk masyarakat pesisir. Tsunami sendiri merupakan bencana yang jarang terjadi, namun bisa sangat mematikan. Selama 100 tahun ke belakang, 58 dari tsunami yang menerjang telah menelan lebih dari 260.000 jiwa atau rata-rata 4.600 jiwa per bencana, melebihi berbagai bencana alam lainnya.

Angka tertinggi yang pernah tercatat adalah peristiwa tsunami di Samudra Hindia pada Desember 2004. Bencana satu ini diperkirakan menyebabkan 227.000 kematian di 14 negara. Dari 14 negara tersebut, yang paling terdampak adalah Indonesia lalu disusul oleh Sri Lanka, India dan Thailand.

Tsunami memang merupakan bencana mematikan, namun seharusnya tidak begitu. Peringatan dan tindakan dini merupakan faktor penting untuk bisa melindungi dan menyelamatkan banyak nyawa sehingga bencana tidak menjadi malapetaka.

Agar efektif, sistem peringatan dini tsunami harus multi-hazard (Multi Hazard Early Warning System) dan menjangkau semua orang yang terancam bahaya. Masyarakat juga harus siap siaga sehingga bisa bertindak dengan cepat.


Baca Juga: Apa Perbedaan Pandemi, Epidemi, Dan Endemi? Ini Penjelasannya!


Tanda-Tanda Tsunami di Laut Dalam

via cbc.ca

Sebagai negara rawan Tsunami, mengetahui berbagai tanda datangnya bencana tersebut menjadi suatu keharusan demi meminimalkan jumlah korban yang mungkin berjatuhan. World Tsunami Awareness Day pun menjadi momen yang tepat untuk menambah wawasan terkait tanda-tanda tersebut.

Di laut dalam, gelombang tsunami bisa merambat dengan kecepatan 500-1.000 km/jam, setara dengan kecepatan pesawat terbang. Di permukaan laut, ketinggian gelombangnya hanya sekitar 30 cm hingga 1 meter sehingga kapal-kapal yang ada di tengah laut tidak menyadari kehadirannya dan tidak bisa merasakan laju gelombang tersebut. Dengan kata lain, tsunami sulit terdeketsi di lautan lepas dan bisa datang secara tiba-tiba.

Setelah tsunami mencapai air dangkal di dekat pantai, gelombangnya akan melambat. Namun, bagian atas gelombang bergerak lebih cepat dari bagian bawahnya sehingga menimbulkan air laut naik secara dramatis. Pusat peringatan tsunami biasanya mengirimkan peringatan dalam waktu 5 menit setelah gempa di dekat atau di bawah laut dengan magnitudo 7.0 atau lebih besar.

Tanda-Tanda Tsunami di Daratan

via noaa.gov

Meski tanda di laut dalam sulit terdeteksi, tanda-tanda peringatan alami bisa membantu kamu mengetahui bahwa tsunami mulai mendekat.

Gempa Bumi

Maka dari itu, saat kamu berada di pantai dan merasakan gempa bumi kuat, segeralah naik ke daerah, tempat atau bangunan kokoh yang lebih tinggi. Tsunami biasanya terjadi antara 5 menit hingga 1 jam setelah gempa. Namun, di Indonesia, gempa biasanya berlangsung lebih dari 20 detik dan tsunami umumnya terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah gempa besar di bawah laut.

Gempa bisa saja bukan terjadi di daerah kamu, tetapi ribuan kilometer jauhnya. Namun, hal tersebut masih berpotensi memicu terjadinya gelombang.

Surutnya Air Laut

Usai gempa, air laut biasanya surut atau mengalami penurunan yang begitu cepat dan tiba-tiba padahal bukan di waktu air surut. Ikan, karang dan bebatuan pun akan tampak di permukaan. Tidak lama, air biasanya akan kembali dengan kekuatan super besar sebab gempa mengakibatkan terbukanya lempengan bumi di bawah laut. Air pun otomatis mengisi ruang yang terbentuk oleh bukaan tersebut. Ambil saja contoh tsunami Selat Sunda di 2018 lalu yang air lautnya surut atau kering hingga 15-20 meter dari bibir pantai.

Suara Gemuruh

Tanda lain datangnya tsunami adalah adanya suara gemuruh yang keras seperti suara deru kereta atau pesawat jet yang melintas. Bunyi tersebut biasanya berasal dari proses pergeseran lempeng bumi di bawah laut.


Baca Juga: Dramatis! Ini Dia Insiden Emergency Landing Pesawat Yang Sukses


Jangan Terkecoh dengan Gelombang Pertama

via weather.gov

Seperti yang Bob sebutkan sebelumnya, gelombang pertama tidak selalu yang terbesar. Dengan kata lain, jika gelombang pertama saja sudah besar, bayangkan sebesar apa gelombang yang berikutnya menghantam daratan. Oleh karena itu, jangan terkecoh dan tetap jauhi area pantai dan juga sungai sebab gelombang tsunami bisa mengalir hingga ke sungai serta aliran air lainnya yang mengarah ke laut.

Perilaku Hewan

Perilaku hewan yang tidak biasa juga bisa menjadi pertanda datangnya gelombang tsunami. Contohnya adalah:

  • Burung-burung yang muncul di area laut
  • Binatang yang menjauh dari area laut
  • Kelelawar yang aktif setengah jam sebelum gelombang datang
  • Gajah yang berlarian ke bukit satu jam sebelum tsunami (contoh kasus tsunami 2004 di Thailan dan Sri Lanka)

Tanda-Tanda Lainnya

  • Gerakan angin yang tidak biasa
  • Tekanan udara dan cuaca ekstrem
  • Munculnya buih dalam jumlah banyak
  • Bau garam yang menyengat
  • Aktivitas laut tidak biasa (misal gelombang yang tampak seperti dinding air, gelombang kuat yang datang tiba-tiba dan berulang dengan energi yang kuat, gelombang-gelombang kecil sebelum datangnya gelombang besar, atau gelombang tinggi berwarna pekat dan sejajar dengan permukaan laut)

Staycation Aman di Bobobox

Memasuki bulan-bulan akhir tahun, dunia dihebohkan dengan berbagai kabar duka yang menelan ratusan korban jiwa, terutama akibat kerumunan massa. Meski ruang gerak tidak lagi terbatas, tidak ada salahnya kamu tetap menghindari tempat atau acara yang berpotensi menimbulkan kerumunan dan kericuhan.

Namun, kamu juga tidak bisa selamanya mengurung diri di rumah. Untuk itu, jika kamu mulai jenuh di rumah tapi tidak suka keramaian, rencanakan saja staycation di Bobobox!

Soal kemananan, kamu tidak perlu khawatir. Bobobox telah menerapkan sejumlah aturan untuk menjamin keamanan, kebersihan dan kenyamanan di area Bobobox.

Untuk keperluan kesehatan, Bobobox juga menyediakan obat-obatan standar yang bisa kamu gunakan agar tubuh kamu tetap sehat dan fit. Yuk segera unduh aplikasi Bobobox untuk reservasi dan informasi lebih lanjut!

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles