rumah adat sumba

Filosofi Luhur di Balik Rumah Adat Sumba, Kamu Juga Bisa ke Sini Lho!

Bukan cuma terkenal dengan Pulau Komodonya, Nusa Tenggara Timur juga menyuguhkan kekayaan budaya yang memukau. Salah satunya adalah rumah adat Sumba yang kerap menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk datang berkunjung.

Selain menawarkan keindahan yang eksotis, rumah adat Sumba juga memiliki nilai filosofis yang menarik untuk ditelusuri. Apa sih, filosofi luhur di balik rumah adat Sumba ini? Yuk, simak bareng Bob!

Bentuk Rumah Adat Sumba

kompleks rumah adat sumba

Sumber: tripsumba.com

Oleh masyarakat setempat, rumah adat Sumba biasa disebut dengan nama Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu sendiri memiliki arti ‘rumah besar’ sementara Uma Mbatangu berarti ‘rumah menara’. Sesuai namanya, rumah adat Sumba memang memiliki ciri khas berukuran besar dan bermenara.

Lebih detailnya, rumah adat tersebut berupa rumah panggung berdinding kayu dengan atap berundak dan berumbai karena berlapis ilalang. Atapnya menjulang tinggi antara 10-30 meter layaknya sebuah menara. Namun, biasanya ada juga beberapa rumah yang tidak memiliki menara (Uma Kamadungu).

Bangunan rumahnya berbentuk segi empat yang disangga oleh empat tiang kokoh dan besar, yang menjadi pilar dan rangka utama rumah serta penopang menara. Empat tiang itu juga mencerminkan arah mata angin.

Secara keseluruhan, rumah-rumah adat yang tersebar di kampung adat Sumba memiliki bentuk seragam, namun dengan ketinggian berbeda-beda seperti yang terlihat di Kampung Prai Ijing.


Baca Juga: Kenali Seni Tato Budaya Asli 3 Suku Indonesia Berikut Ini!


Terbagi Menjadi Tiga Bagian

interior bagian dalam rumah adat sumba

Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Rumah adat Sumba tersusun menjadi tiga bagian, yaitu Lei Bangun, Rongu Uma dan Uma Daluku. Lei Bangun merupakan bagian kolong yang dijadikan sebagai tempat memelihara dan merawat ternak, seperti babi dan unggas. Lei Bangun ini biasanya memiliki tinggi sekitar satu meter.

Selanjutnya, Rongu Uma adalah lantai dua atau bangunan utama yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Di area tengah ini, masyarakat melakukan aktivitas hariannya, termasuk memasak. Sementara itu, Uma Daluku mengacu pada bagian menara (loteng atau ruang di bawah atap) untuk menyimpan makanan dan pusaka.

Seperti yang Bob sebutkan sebelumnya, terdapat empat tiang yang menjadi penopang rumah sekaligus menara. Di bagian tengah area Rongu Uma di antara empat pilar tersebut, terdapat ruangan yang berfungsi sebagai dapur alias tempat para ibu atau perempuan memasak. Selain itu, ada juga perapian yang berfungsi untuk mengawetkan makanan.

Di bagian atap, empat tiang penyangga itu dihiasi ukiran-ukiran khas yang menjadi pembeda antara pintu laki-laki dan pintu perempuan. Sesuai dengan namanya, pintu laki-laki diperuntukkan bagi kepala rumah tangga atau ayah untuk memasuki rumah. Pintu tersebut biasanya ada di dekat ruang tamu yang menjadi tempat diskusi para laki-laki. Sementara itu, tiang pintu perempuan digunakan oleh ibu untuk keluar saat hendak berbelanja ke pasar. Pintu tersebut terletak di dekat dapur yang menjadi pusat kegiatan para ibu atau Inna.

Dengan adanya pintu pembeda, penghuni pun tidak bisa sembarangan keluar masuk. Selain itu, ada juga detail berbentuk bundar di setiap bagian atas tiang yang oleh penduduk diyakini sebagai tempat bersemayam Marapu.

Filosofi di Balik Rumah Adat Sumba

kompleks rumah adat sumba

Sumber: selasar.com

Arsitektur dan tata ruang rumah adat Sumba mendapat pengaruh kuat dari kepercayaan Marapu yang dianut masyarakat setempat. Marapu sendiri merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang masih berada di sekitar masyarakat dengan mendiami benda-benda di kehidupan sehari-hari. Marapu ini berasal dari kata “Ma” (berarti ‘Yang’) dan “rapu” (berarti ‘jiwa yang sudah pergi’).

Masyarakat meyakini bahwa leluhur memiliki kedekatan dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu, mereka pun berkomunikasi dengan Tuhan melaui roh-roh leluhurnya. Keyakinan ini pun tercermin dalam rumah mereka. Susunan rumah adat Sumba yang terdiri dari tiga bagian ini merepresentasikan lapisan dunia dalam kepercayaan tersebut.


Baca Juga: Perkaya Wawasan Dengan Kunjungi Destinasi Wisata Budaya Toba Ini!


Makna Setiap Bagian

foto close-up salah satu sisi rumah adat sumba

Sumber: riyanthisianturi.com

Dimulai dari lapisan bawah atau area Lei Bangun, area ini menyimbolkan dunia bawah tempat lewatnya para roh jahat. Selain itu, area ini juga memiliki filosofi sebagai tempat menyatu dengan alam.

Selanjutnya, bagian Rongu Uma atau bangunan utama menjadi simbol kehidupan manusia yang terus berjalan. Kawasan ini juga melambangkan tempat pemujaan serta penyucian sebelum menuju dunia atas.

Bangunan utama ini umumnya terbagi menjadi dua sisi, yaitu kanan dan kiri. Sisi kanan atau kaheli bokulu merupakan wilayah maskulin yang kerap menjadi tempat berbagai upacara adat dan kegiatan laki-laki lainnya. Sementara itu, sisi kiri atau kaheli maringu mewakili sisi feminin dan menjadi area pekerjaan rumah tangga oleh perempuan. Adanya pemisahan ini memiliki filosofi tentang perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di dalam rumah tangga.

Selanjutnya, ada Uma Daluku alias bagian menara atau loteng yang melambangkan dunia atas, ruang Marupu atau leluhur. Masyarakat percaya bahwa menara tersebut merupakan tempat bersemayamnya roh para leluhur. Mereka meyakini bahwa Marapu mengawasi mereka melalui menara tersebut. Oleh karena itu, bagian atas ini pun menjadi simbol penyembahan kepada Tuhan.

Selain bangunan rumah yang kaya akan filosofi, ada juga tradisi menggantung tanduk kerbau di bagian depan rumah. Hal ini menunjukkan bahwa pemilik rumah telah memotong hewan ternak untuk melakukan upacara adat. Semakin besar ukuran dan banyak koleksi tanduknya, maka semakin tinggi status sosial pemilik rumah.

Kubur Batu

kubur batu di dekat rumah adat sumba

Sumber: 3.bp.blogspot.com

Rumah adat Sumba biasanya didirikan mengelilingi kubur-kubur batu, yang diyakini merupakan peninggalan zaman Megalitikum. Selain menambah kesan magis, penataan ini juga mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap hubungan baik antarsesama, terutama dengan anggota keluarga yang telah meninggal.

Keberadaan rumah adat Sumba dan kubur batu juga menjadi pengingat kepada manusia akan adanya proses kelahiran dan kematian. Hal ini mengingatkan mereka bahwa hidup hanya sementara dan harus mereka manfaatkan untuk berbuat baik. Dengan begitu, mereka akan mendapat tempat yang layak nantinya.

Beberap kubur batu biasanya dilengkapi dengan penji atau menhir yang memiliki ukiran motif tradisional. Ukiran tersebut menjadi penanda identitas serta status sosial mendiang yang dikubur.


Baca Juga: Alami Pengalaman Budaya Bali Yang Sesungguhnya Dengan Mengunjungi Desa-Desa Adat Berikut Ini!


Rumah Adat Sumba di Kampung Prai Ijing

Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Jika ingin menyaksikan keindahan rumah adat Sumba, Kampung Adat Prai Ijing adalah salah satu pilihan destinasi yang bisa kamu kunjungi. Kampung satu ini terletak di atas bukit yang penuh dengan rimbunan pohon rindang serta memiliki bentuk memanjang dengan sebuah jalan lebar di tengahnya. Lebih tepatnya, rumah adat Sumba satu ini bisa kamu jumpai di Desa Tebara, Kecamatan Kota Walkabubak, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.

Di kiri kanannya, terdapat deretan rumah adat yang telah ada sejak lama. Sebelum tragedi kebakaran, sebenarnya ada sekitar 50 rumah di kampung tersebut. Namun, kini hanya tersisa sekitar 36 rumah.

Tidak heran jika rumah adat Sumba ini pun memiliki nilai budaya yang sangat kental sebab penduduk tetap menjaga dan mempertahankan kelestariannya. Pengunjung biasanya mengabadikan keindahan rumah-rumah ini dengan berfoto dari atas view point atau teras pandang.

Karena berlokasi lebih tinggi, teras pandang pun memungkinkan kamu menikmati pemandangan keseluruhan kampung dengan perbukitan hijau di kejauhan sebagai latar belakangnya. Saat cuaca cerah, keindahannya semakin bertambah dengan kehadiran langit biru cerah serta awan putih yang bergerombol di atasnya.

Bobocabin Ada di Sumba!

interior bagian dalam bobocabin

Sudah tahu belum, Bobocabin dari Bobobox akan ada di Sumba, Nusa Tenggara Timur! Hadir dengan dua tipe kabin, family dan deluxe, Boobocabin siap menemani liburanmu di tengah indahnya alam Sumba, tentu dengan balutan teknologi canggih khas Bobobox.

Liburan di tengah alam pun terasa mudah, aman, dan menyenangkan dengan fasilitas seperti Smart Window, B-Pad, moodlamp hingga Bluetooth speaker.

Jangan khawatir soal masalah internet, sebab Bobocabin sudah menyediakan Wi-Fi kencang untuk memperlancar semua kegiatan daring kamu. Agar keseruan makin lengkap, Bobocabin juga dilengkapi fasilitas campire dan barbeque. Untuk reservasi dan informasi lebih lanjut, sila unduh aplikasi Bobobox, ya!

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles