Kegiatan dan komunitas pecinta alam mungkin pernah kamu dengar saat memilih ekstrakurikuler di sekolah maupun perkuliahan.
Sesuai namanya, komunitas pecinta alam merujuk pada sekelompok orang yang mewujudkan kecintaan mereka terhadap alam lewat kegiatan-kegiatan pelestarian alam.
Komunitas satu ini sangat identik dengan kegiatan naik gunung dan kegiatan outdoor lain yang bertujuan untuk menjaga alam tetap lestari.
Untuk lebih mengenal komunitas pecinta alam ini, yuk simak sejarah, manfaat, dan apa saja aktivitas yang kerap mereka lakukan.
Sejarah Komunitas Pencinta Alam
Pecinta alam sebenarnya sudah ada sejak Indonesia belum merdeka.
Tahun 1912, Indonesia telah memiliki De Nederlandsh Indische Vereneging Tot Natuur Rescherming, sebuah komunitas yang bergerak dalam upaya pelestarian alam.
Pada 1937, pemerintah Belanda terlibat langsung dengan membentuk Bescherming Afdeling Van’t Land Plantetuin. Sejak saat itu, kegiatan pecinta alam pun mulai berkembang di Indonesia.
Istilah “pecinta alam” sendiri baru terbentuk tahun 1953. Informasi ini mengacu pada artikel Norman Edwin bertajuk “Awibowo – Biang Pencinta Alam Indonesia” dalam majalah Mutiara edisi 323, 20 Juni–3 Juli 1984.
Norman menyebutkan bahwa Awibowo mendirikan perkumpulan bernama Perkoempoelan Pentjinta Alam (PPA) pada 18 Oktober 1953 di Yogyakarta.
Saat berdirinya PPA, Awibowo baru saja menyelesaikan pendidikannya di IPB. Ia bersama rekan-rekannya menggelar diskusi ramai untuk membentuk perkumpulan yang bergerak dalam kegiatan di alam terbuka.
Dalam diskusi tersebut, ada yang mengusulkan nama penggemar alam, pesuka alam, dan lainnya.
Namun, Awi kemudian mengusulkan istilah “pecinta alam” karena maknanya terasa lebih dalam daripada gemar atau suka yang bisa mengandung makna eksploitasi.
Kata cinta dianggap memiliki makna mengabdi, sehingga mereka akhirnya menggunakan istilah pecinta alam.
Meski begitu, masyarakat tidak serta-merta menerimanya, terutama karena kata “cinta” sangat erat kaitannya dengan asmara.
PPA pun terus bergerak untuk menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta terhadap alam dan seisinya, baik di kalangan anggota maupun masyarakat umum.
Usaha mereka berbuah hasil. Perkumpulan yang awalnya terdiri dari beberapa orang saja terus bertambah. Bukan hanya dari Jogja, melainkan ada yang berasal dari kota lain seperti Jakarta hingga Padang.
Sayangnya, perkumpulan ini tidak berumur panjang karena kondisi negara yang masih kurang mendukung. Salah satunya karena situasi politik yang diwarnai kehadiran komunis.
Di akhir tahun 50-an, PPA sudah tak terdengar lagi namanya. Meski begitu, hingga bubar, perkumpulan ini tercatat telah memiliki sekitar 600 anggota.
Baca Juga: 7 Macam Olahraga Udara yang Patut Dicoba Sekali Seumur Hidup
Tujuan Awal Dibuatnya Komunitas Pecinta Alam
Berdasarkan informasi wawancara Norman dengan Awibowo yang kala itu hampir menginjak 80 tahun, Awibowo mengaku bahwa ia dan rekan-rekannya ingin mengisi kemerdekaan dan menunjukkan kecintaan terhadap negara dengan mencintai alamnya.
Tujuan ini pun mereka tuangkan dalam buku kecil Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPA, yaitu untuk “memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggota-anggota dan masyarakat umumnya”.
Untuk mencapai tujuan tersebut, komunitas pecinta alam ini pun kerap mengadakan berbagai kegiatan.
Kegiatan tersebut meliputi ceramah, penerbitan majalah bulanan Pentjinta Alam, wisata alam, hingga pertunjukan film tentang lingkungan alam.
Dalam pelaksanaannya, mereka menggunakan uang iuran anggota alias tanpa sponsor. Salah satu kegiatan besarnya berlangsung tahun 1954 dalam rangka ulang tahun kota Jogja.
Mereka membuat taman, memamerkan foto, kegiatan hingga merenovasi argadhumilah (tempat melihat pemandangan) di Desa Patuk, Gunung Kidul.
Meski tidak bertahan lama karena gejolak politik, komunitas pecinta alam lainnya kembali bermunculan pada tahun 1960-an.
Dua di antaranya adalah Wanadri dari Bandung (16 Mei 1964) dan MAPALA dari UI Jakarta (12 Desember 1964).
Kedua komunitas pecinta alam ini kemudian menjadi pelopor munculnya kelompok-kelompok lain di seluruh wilayah Indonesia.
Dengan perkembangan komunitas pecinta alam yang semakin pesat dan tersebar di berbagai wilayah Indonesia, diciptakanlah kode etik pencinta alam lewat Pertemuan Gladian Nasional IV pada 1974.
Pertemuan ini menjadi lembaran baru bagi semua komunitas pecinta alam agar bisa lebih mencintai alam, menjalin hubungan baik dengan masyarakat, serta berbakti kepada bangsa dan negara.
Manfaat Mengikuti Komunitas Pecinta Alam
1. Kebugaran dan Ketahanan Tubuh
Mengikuti komunitas pecinta alam bisa memberi manfaat kesehatan yang baik bagi kebugaran dan ketahanan tubuh.
Kamu memang tidak berolahraga seperti orang-orang pada umumnya. Namun, sebagai anggota pecinta alam, kamu akan menggerakkan seluruh otot tubuh lewat kegiatan mendaki hingga susur hutan.
Selain itu, dengan mengikuti kegiatan pecinta alam, kamu akan diajak untuk lebih mengenal fisik sendiri. Kamu pun terbawa untuk mengikuti pola hidup yang lebih sehat.
Kegiatan luar ruangan sambil berinteraksi dengan alam juga diyakini baik untuk kesehatan mental, seperti menangani gejala stres dan kecemasan. Tubuh sehat, jiwa pun kuat.
2. Banyak Bersyukur
Berdiam sejenak sambil menikmati semilir angin, gemericik air sungai, birunya langit, hingga hijaunya pepohonan akan membangkitkan ketenangan dalam diri sekaligus rasa syukur.
Kamu pun akan semakin sadar akan konsepsi alam dan manusia, serta fungsi dan kedudukan diri sebagai manusia. Ketenangan ini juga bisa membantumu mengenal diri sendiri.
3. Melatih Kemandirian
Aktivitas pecinta alam yang erat dengan kegiatan di luar ruangan, seperti aktivitas di gunung dan hutan, juga bisa membantu melatih kemandirian.
Anggota komunitas umumnya akan diberi tugas masing-masing, seperti menyiapkan makanan, tempat tidur, dan kebutuhan lainnya selama berada di alam.
Kamu tidak bisa mengandalkan siapa pun selain diri sendiri dan rekan-rekanmu.
4. Ajang Introspeksi Diri
Saat mengikuti kegiatan komunitas pecinta alam, kamu bisa saja berhadapan dengan berbagai masalah yang jarang muncul di kehidupan sehari-hari.
Dalam keadaan sulit, misal mendaki medan terjal dengan bekal terbatas dan kondisi letih, sifat asli seseorang biasanya mudah muncul.
Di saat-saat seperti itu, kamu pun bisa mengambil pelajaran sekaligus melakukan evaluasi dan instrospeksi diri sendiri.
5. Berperan dalam Melestarikan Bumi
Komunitas pecinta alam bisa membantu dalam pelestarian bumi dengan berbagai cara.
Mereka bisa mengabdi kepada masyarakat dengan melakukan serangkaian kegiatan untuk kelestarian alam dan budaya masyarakat setempat.
Sebut saja kegiatan pelestarian lingkungan, pembuatan desa wisata, dan penggerak kegiatan bermanfaat lainnya.
Selain itu, ada juga yang bergerak dengan sosialisasi dan edukasi. Dengan pengetahuan yang mereka miliki, pecinta alam bisa berbagi ilmu kepada orang-orang di sekitar mereka.
Sebut saja kampanye untuk tidak menebang pohon, kampanye untuk tidak buang sampah sembarangan, penanaman tanaman peneduh di sekitar rumah, perlindungan flora dan fauna, dan lain-lain.
Kemampuan para anggota komunitas pecinta alam yang sudah mumpuni juga bisa bermanfaat di bidang kemanusiaan.
Salah satunya adalah dengan bergabung dengan tim Search and Rescue (SAR) untuk menyelamatkan atau mencari orang-orang yang hilang atau dalam keadaan darurat.
Baca Juga: 15 Hobi yang Unik dan Sulit Dimengerti di Dunia
Kode Etik Pecinta Alam Indonesia
Pada bulan Januari tahun 1974, Kode Etik Pecinta Alam Indonesia diperkenalkan melalui Gladian Nasional Pecinta Alam IV, sebuah acara yang diadakan di Pulau Kahyangan dan Tana Toraja. Acara ini diorganisir oleh Badan Kerjasama Club Antarmaja pecinta Alam se-Ujung Pandang (Makassar) dan dihadiri oleh 44 perhimpunan pecinta alam dari seluruh Indonesia. Tujuan utama Gladian Nasional Pecinta Alam IV adalah untuk memfasilitasi pertukaran pemikiran, pengetahuan, opini, dan keterampilan di bidang kepencintaalaman dan kegiatan di alam bebas. Selain itu, acara ini juga berfungsi sebagai wadah silaturahmi antara perhimpunan pecinta alam dari seluruh penjuru Indonesia.
Melalui Gladian Nasional Pecinta Alam IV ini, terbentuklah Kode Etik Pecinta Alam Indonesia yang berlaku hingga saat ini. Kode Etik ini menegaskan kesadaran akan tanggung jawab kepada Tuhan, bangsa, dan tanah air, serta penghargaan terhadap alam sebagai anugerah Tuhan. Dalam sumpahnya, pecinta alam di Indonesia berkomitmen untuk menjaga alam, memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak, menghormati masyarakat sekitar, dan mempererat persaudaraan sesama pecinta alam. Kode Etik ini secara resmi disahkan dalam Gladian Nasional Pecinta Alam IV di Ujung Pandang pada tahun 1974.
Apa Saja Kegiatan yang Dilakukan oleh Komunitas Pecinta Alam?
:
Kegiatan komunitas pecinta alam mulanya meliputi kegiatan penjelajahan hutan dan konservasi. Seiring waktu, kegiatannya pun semakin bertambah dan bervariasi.
1. Hiking
Hiking merupakan salah satu kegiatan yang paling sering dilakukan komunitas pecinta alam. Kegiatan ini biasanya tersusun matang dan dilakukan beramai-ramai.
Saat seorang anggota ingin naik gunung, maka secara spontan anggota lain pun ikut mendaki. Karena memakan waktu lebih dari satu hari, hiking biasanya dibarengi dengan kegiatan camping.
Baca Juga: Inilah 15 Perlengkapan Hiking yang Wajib Dimiliki oleh Hiker Pemula
2. Rafting
Rafting atau arung jeram adalah pilihan kegiatan lainnya untuk menyegarkan pikiran para anggota komunitas
Kegiatan ini akan membawa kamu mengarungi sungai berarus deras hanya dengan perahu karet dan dayung.
Dalam kegiatan ini, anggota biasanya dituntut untuk bisa berenang dan berpikir cepat.
3. Susur Gua
Susur gua umumnya memberikan pengalaman menarik menyaksikan keindahan alam yang tidak akan kamu temui di permukaan.
Kegiatan ini juga sangat menantang. Jika guanya vertikal, kamu pun memerlukan kemampuan rock climbing. Jika guanya berada di bawah air, kamu pun memerlukan kemampuan menyelam.
4. Menyelam
Kegiatan pecinta alam tidak melulu di daratan. Dunia bawah laut juga tak kalah menarik dan menyimpan keindahan sekaligus misteri yang sayang untuk dilewatkan.
Namun, kamu tentu memerlukan pelatihan khusus untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Baca Juga: Sebelum Menyelam, Ketahui Dulu Perbedaan Snorkeling dan Scuba Diving
5. Susur Pantai
Bukan sekadar jalan-jalan di tepian pantai, susur pantai juga melibatkan kegiatan mengamati seberapa parah tingkat abrasi pantai hingga ekosistem yang ada di sana.
6. Relawan Bencana Alam
Komunitas pecinta alam juga kerap berpartisipasi menjadi relawan bencana alam, seperti banjir, kecelakaan di gunung, gunung meletus, gempa, dan lainnya.
7. Penghijauan
Sebagai pecinta alam, rasa cinta terhadap alam tentu cukup tinggi. Rasanya tidak sanggup ketika melihat alam mulai rusak oleh tangan jahil manusia.
Maka dari itu, komunitas pecinta alam kerap mengadakan kegiatan penghijauan, seperti menanam pohon di hutan gundul, penghijauan pulau, hingga penanaman bakau di pantai.
8. Memungut Sampah
Kesadaran masyarakat yang masih rendah mengakibatkan ekosistem yang tercemar sampah, termasuk hutan, sungai, pantai dan laut.
Pecinta alam tentu akan membawa kembali sampah mereka saat menjelajah alam. Selain itu, mereka juga kerap melakukan pembersihan lingkungan dengan memungut sampah di berbagai tempat tercemar.
Baca Juga: Ingin Mencoba Hiking? Coba Saja 7 Rute Hiking untuk Pemula Ini!
Nyamannya Glamour Camping di Bobocabin
Ingin menikmati alam tapi ogah diribetkan masalah tenda dan alat-alat camping lainnya? Ke Bobocabin saja!
Lini Bobobox satu ini menawarkan kenyamanan kabin modern dengan konsep glamping, alias glamorous camping, di tengah indahnya alam Indonesia.
Pilihan lokasinya sendiri cukup beragam, mulai dari Ranca Upas, Cikole, Toba, Kintamani, Gunung Mas, Malang, Baturraden, hingga Sumba.
Yuk, unduh aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut!
Foto utama oleh: Tim Foster via Unsplash