Buku non fiksi merupakan buku yang berisikan informasi berdasarkan fakta dan kenyataan. Berbeda dengan buku fiksi atau novel yang bersifat imajinatif, kebenaran dalam buku non fiksi harus bisa dipertanggungjawabkan.
Non fiksi sendiri terdiri dari berbagai jenis, seperti biografi, literatur, psikologi, pengembangan diri, buku pelajaran anak, parenting, memasak, tips atau panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, dan lain sebagainya.
Dengan memasukkan non fiksi ke dalam daftar bacaan, kamu tentu akan mendapat wawasan baru. Selain itu, membaca buku jenis ini juga bisa membawa kamu menjadi versi yang lebih baik. Buat kamu yang tertarik untuk mulai membaca buku non fiksi, rekomendasi buku berikut ini bisa kamu coba.
Kamu Gak Sendiri
Masih dari kategoi self-improvement, Kamu Gak Sendiri juga termasuk buku non fiksi berdasarkan pengalaman penulis. Buku karya Syahid Muhammad atau Bang Iid ini menyoroti perkara keresahan serta kegelisahan yang dialaminya, seperti mudah tersinggung dan ketidaknyamanan dengan keadaan diri sendiri.
Penulis awalnya beranggapan hanya dirinya yang mengalami perasan semacam itu. Namun sesuai dengan judulnya, Kamu Gak Sendiri seolah mengajak pembaca untuk berbagi kekhawatiran bersama.
Secara garis besar, buku non fiksi ini membahas tentang rasa cemas, resah, asmara, kesepian, lingkungan sekitar, serangan panik, perundungan, ketakutan besar hingga kondisi mental. Sebagian mungkin relate dengan kehidupan kamu sedangkan sebagian lainnya bisa saja tidak. Namun, dengan membaca buku ini, kamu tidak lagi merasa sendiri dalam menjalani segala hal tidak menyenangkan.
Selain itu, buku ini juga menyisipkan pesan-pesan menyentuh serta mengajak pembaca untuk menyadari, memberi ruang serta lebih memahami emosi dalam diri. Dengan begitu, kamu tidak akan terjebak dengan tren mendiagnosis gangguan mental pada diri sendiri.
Baca Juga: Simak 7 Judul Novel Terbaik Sepanjang Masa Yang Wajib Kamu Baca Setidaknya Sekali Seumur Hidup
Filosofi Teras
Filosofi Teras merupakan buku non fiksi karya Henry Manmpiring yang memperkenalkan konsep filosofi Yunani-Romawi kuno, yaitu filosofi stoic atau stoa. Meski kuno, filosofi yang dipopulerkan dengan nama filosofi teras ini mengajarkan kamu untuk berfokus pada hal-hal yang ada di bawah kendali kamu dan berhenti overthinking.
Sementara itu, hal-hal yang kamu yakini berada di bawah kendali kamu, padahal bukan, justru bisa menjadi penyebab ketidakbahagian kamu. Pasalnya, menurut filosofi stoa menggantungkan kebahagiaan kamu pada hal-hal tersebut tidaklah rasional.
Hal-hal yang cukup jelas bukan dalam kendali kamu meliputi jenis kelamin, kondisi saat lahir, etnis, orang tua, hingga bencana dan perisitiwa alam. Selain itu, ada juga pandangan orang lain serta reputasi, kekayaan dan kesehatan yang tidak sepenuhnya berada di bawah kendali kamu.
Alih-alih menghabiskan energi untuk sesuatu yang berada di luar kendali, kamu justru diajak untuk berfokus pada hal-hal yang bisa kamu kendalikan. Di antaranya adalah pendapat, kenginan, tujuan, pertimbangan serta segala hal terkait pikiran dan tindakan diri sendiri.
Loving the Wounded Soul
Lewat buku non fiksi Loving the Wounded Soul, Regis Machdy membagikan pengalamannya saat ia mengalami depresi mayor. Ia menceritakan kekhawatiran serta perjuangannya untuk bangkit dari gangguan yang sempat melingkupi hidupnya tersebut.
Pembahasan didukung dengan penjelasan komprehensif mengenai kesehatan mental dari sisi psikologi mengingat profesi Regis Machdy sebagai dosen psikologi Universitas Surabaya. Secara garis besar, buku non fiksi ini membahas tentang apa itu stres dan depresi, ciri-ciri depresi, orang-orang yang bisa mengalami depresi, faktor bilogis dan eksternal serta higher meaning dari kehadiran depresi itu.
Di dalamnya juga terdapat pembahasan terkait Highly Sensitive Person (HSP), orang-orang dengan tingkat sensitivitas tinggi. Topik ini mengajak pembaca agar tidak terjebak dalam pikiran negatif.
Selain menjadi pedoman bagi mereka yang mengalami depresi, buku ini juga bisa kamu gunakan untuk memahami, menghadapi hingga membantu orang-orang di sekitar yang tengah mengalami hal serupa.
I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki
I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki merupakan buku non fiksi karya penulis asal Korea Selatan, Baek Se-hee. Buku satu ini termasuk ke dalam jenis self-improvement atau pengembangan diri.
Singkatnya, buku tersebut bercerita tentang perjalanan penulis yang didiagnosis distimia (gangguan depresi persisten) hingga berhasil pulih dan sehat secara mental. Gangguan tersebut membuatnya merasa rendah diri, putus asa dan tidak produktif. Ia bahkan pernah terjebak dalam situasi antara ingin mengakhiri hidup atau makan tteokpokki.
Buku ini sendiri berisi kompilasi dialog atau percakapan Se-hee selama sesi konsultasi dengan psikiater. Percakapan tersebut mencakup pertanyaan, saran, penilaian, nasihat serta evaluasi diri agar pembaca bisa lebih menerima dan mencitai dirinya sendiri.
Melalui kompilasi percakapan itu, kamu seolah terlibat langsung dalam situasi tersebut. Meski tidak mengalami depresi, kamu mungkin menjumpai momen-momen yang membuat kamu merasa terhubung dengan kondisi penulis.
Baca Juga: Berniat Untuk Investasi Saham? Coba Baca 7 Rekomendasi Buku Investasi Untuk Pemula Berikut Ini!
Ikigai
Ikigai merupakan salah satu topik yang cukup terkenal dalam dunia buku non fiksi. Istilah tersebut menyoroti pendekatan orang Jepang dalam menemukan dan memaknai kehidupan dan kesenangan dengan cara sederhana, namun berefek besar.
Salah satu yang bisa kamu baca adalah The Little Book of Ikigai karya penulis sekaligus ahli saraf Ken Mogi. Melalui buku tersebut, Ken Mogi memperkenalkan lima pilar kunci ikigai yang didukung dengan beberapa penelitian ilmiah.
Lima pilar kunci itu meliputi:
- Awali dengan hal kecil
- Bebaskan diri
- Keselarasan dan kesinambungan
- Kegembiraan dari hal-hal kecil
- Berada di tempat dan waktu sekarang
Dikemas dalam berbagai cerita dan anekdot, buku non fiksi Ikigai satu ini akan membantu kamu memahami dan mengadopsi prinsip-psrinsip serta kebiasan positif khas masyarakat Jepang. Sebut saja rahasia hidup seratus tahun hingga cara mengatur pikiran agar tetap tenang dan terbebas dari stres berkepanjangan.
Dengan begitu, kamu bisa menemukan ikigai kamu sendiri. Dengan kata lain, ikigai bisa untuk siapa saja, mulai dari koki ternama hingga seorang pembersih di kereta. Kamu pun bisa termotivasi untuk mencapai mimpi serta menjalani hidup yang lebih bermakna tentu sesuai dengan tujuan hidup kamu.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Novel Anak Berikut Ini Untuk Meningkatkan Minat Baca Si Kecil!
Atomic Habits
Sesuai dengan judulnya, Atomic Habits atau kebiasaan atom mengajarkan kamu cara mengubah hidup melalui kebiasaan-kebiasaan kecil atau remeh. Buku non fiksi satu ini mengaja pembaca untuk membentuk kebiasaan yang baik, meninggalkan kebiasaan buruk dan menguasai kebiasaan-kebiasaan kecil yang membawa pada hasil luar biasa.
Bangun lebih cepat lima menit dan olahraga ringan setiap hari adalah segelintir kebiasaan kecil yang bisa membentuk kebiasaan baik. Jika seseorang terus melakukan kebiasaan buruk, sang penulis, James Clear mengungkapkan bahwa kesalahan bukan terletak pada ketidakinginan seseorang untuk berubah. Dalam hal ini, kesalahan ada pada sistem perubahannya. Jika sistem perubahan dilakukan dengan tepat, maka dia bisa mendapatkan tingkat produktivitas baru.
Perlu tempat yang tenang untuk membaca sekalian me time? Gak usah pusing-pusing mencari tempat, langsung saja ke Bobobox! Suasananya yang tenang dan hening dijamin membuat kamu nyaman berleha-leha sambil melahap berbagai buku non fiksi atau bacaan favorit lainnya.
Hadir dengan gaya futuristik dan minimalis, Bobobox menawarkan kenyamanan dengan memaksimalkan fungsi ruang sehingga tidak banyak makan tempat untuk aksesori dan fasilitas yang tidak perlu. Nggak cuma itu, Bobobox juga menawarkan fasilitas moodlamp serta sleep meditation untuk memastikan tidur kamu tetap berkualitas. Yuk, unduh dulu aplikasi Bobobox untuk informasi lebih lanjut!
Header image: @blazphoto via Unsplash