Ada saat-saat di mana kamu melupakan sesuatu ketika berpindah ruangan atau tempat. Kamu memiliki tujuan tertentu ketika pindah dari satu ruangan ke ruangan lain, tapi saat sudah di tempat, kamu mendadak lupa mau melakukan apa. Padahal, rentang waktunya hanya sebentar dan bahkan bisa kurang dari satu menit. Fenomena kelupaan satu ini bisa kamu sebut dengan istilah doorway effect.
Lantas, apa sebenarnya doorway effect itu? Mengapa kita kerap mengalaminya? Simak lebih lanjut penjelasannya bersama Bob, yuk!
Apa Itu Doorway Effect?
Ada banyak contoh doorway effect dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah ketika kamu berjalan dari kamar ke dapur untuk melakukan sesuatu.
Kamu hendak mengambil minum, mematikan lampu, mengambil pisau, membuat camilan, menyimpan gelas, dan sebagainya. Namun, setibanya di dapur, kamu mendadak blank dan lupa begitu saja dengan tujuan kamu.
Karena bingung, kamu pun kembali ke ruangan sebelumnya. Tidak lama kemudian, barulah kamu ingat dengan tujuan aslimu pergi ke dapur. Kali ini, kamu kembali lagi ke dapur dengan tujuan pasti.
Meski acak atau random, banyak orang pasti sering atau setidaknya pernah mengalami situasi seperti itu. Kelupaan ini bisa saja terjadi karena jarak antarruangan yang terlalu jauh, tidak fokus dan tidak terlalu memperhatikan, atau tujuanmu tidak begitu penting.
Namun, sejumlah peneliti berkata lain. Mereka mengungkapkan bahwa doorway (ambang pintu) adalah dalangnya. Berdasarkan penelitian, memori manusia bisa saja dipengaruhi oleh kegiatan melewati pintu.
Dengan kata lain, berjalan melewati sebuah pintu dapat menyebabkan kelupaan. Karena efeknya cukup konsisten, maka situasi tersebut dinamai doorway effect.
Baca Juga: Mengenal Ripley Syndrome: Kondisi Medis yang Diangkat di Drama Korea The Second Anna
Studi tentang Doorway Effect
Salah satu studi tentang doorway effect dilakukan oleh Gabriel Radvansky dan rekan-rekannya di Universitas Notre Dame. Mereka mengamati bahwa perubahan ruangan dan berjalan melewati pintu dapat membuat kita melupakan sesuatu.
Dalam studi pertama, mereka merekrut puluhan partisipan dan meminta mereka menggunakan tombol-tombol komputer untuk menavigasikan lingkungan realitas virtual yang tergambar di layar televisi. Di sana, terdapat 55 ruangan besar dan kecil.
Di setiap meja terdapat sebuah barang yang tidak lagi terlihat segera setelah diambil oleh partisipan. Tugas partisipan adalah bergerak dari satu ruangan ke ruangan lain. Saat berpindah tempat, mereka harus mengambil sebuah barang, membawanya ke meja lain, meninggalkannya di sana, dan memilih barang baru. Selain itu, mereka juga melakukan hal serupa, namun tidak melewati pintu alias berpindah-pindah di satu ruangan saja.
Berdasarkan penelitian tersebut, kinerja memori para partisipan menjadi lebih buruk saat berjalan melewati pintu terbuka (beda ruangan), dibandingkan saat mereka berjalan dengan jarak sama namun masih di ruangan yang sama (melewati pintu).
Di bagian selanjutnya dari studi ini, peneliti menguji efek pintu terbuka berdasarkan ruangan nyata sehingga partisipan pun berkeliaran di lingkungan yang sesungguhnya. Hasilnya pun tidak jauh berbeda. Para partisipan kesulitan untuk mengingat objek sebelumnya saat mereka melewati sebuah pintu.
Bagian ketiga penelitian bertujuan untuk menguji apakah pintu berfungsi sebagai batas peristiwa atau apakah kemampuan seseorang untuk mengingat berkaitan dengan lingkungan tempat dia mengambil keputusan – dalam kasus ini, pemilihan objek.
Partisipan diharuskan melewati sejumlah pintu yang mengarah kembali ke ruangan pertama kali mereka mulai. Hasilnya menunjukkan tidak ada peningkatan dalam memori. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan melewati pintu berfungsi sebagai cara pikiran menyimpan memori.
Baca Juga: Mengenal Heterochromia, Penyebab Pupil Mata Berbeda Warna
Ada Batas Peristiwa
Saat seseorang berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, pintu atau jalan keluar masuk melambangkan “event boundaries” atau batas peristiwa. Batas peristiwa ini adalah batasan antara satu konteks (misalnya ruang tamu) dengan konteks lain (misalnya dapur).
Hal tersebut membantu menegaskan mana yang mungkin penting dalam satu situasi dibandingkan situasi lain. Batas peristiwa pun memulai proses pembaruan pada memori sehingga mengakibatkan berkurangnya ketersediaan informasi di dalam memori.
Dengan begitu, saat peristiwa baru dimulai, pada dasarnya kamu menghilangkan informasi dari peristiwa sebelumnya, karena informasi tersebut tidak lagi relevan. Sederhananya, mengingat keputusan atau aktivitas yang kamu buat di ruangan berbeda terbilang sulit karena memori tentang aktivitas tersebut telah terpisah-pisah atau dikelompokkan.
Dengan mengambil contoh di atas, keinginanmu untuk mengambil minum atau camilan terkoneksi dengan peristiwa di dalam kamar. Koneksi tersebut kemudian terganggu saat kamu tiba di dapur. Karena adanya perbaruan memori akibat perpindahan lokasi, doorway effect juga dikenal dengan istilah location updating effect.
Meski begitu, batas peristiwa ini sebenarnya cukup bermanfaat. Sejumlah studi menunjukkan bahwa pemanfaatan proses yang menyebabkan doorway effect dapat meningkatkan memori.
Sebagai informasi, kamu menggunakan batas peristiwa untuk membantu memisahkan pengalaman ke dalam peristiwa-peristiwa berbeda. Saat kamu berada di satu ruangan, itu adalah satu peristiwa. Saat kamu keluar ruangan dan melewati sebuah pintu (batas peristiwa), kamu memulai peristiwa baru.
Otak kemudian menyimpan semua informasi tersebut sehingga kamu bisa mengingat peristiwa-peristiwa itu dengan mudah nantinya. Hal ini mengacu pada istilah Event Segmentation Theory.
Baca Juga: Simak Fakta Seputar Jenis-Jenis Mimpi Berikut Ini! Mana yang Pernah Kamu Alami?
Apakah Doorway Memang Dalangnya?
Sejumlah studi terbaru mendapati bahwa doorway effect sebenarnya tidak menimbulkan kelupaan. Namun, itu tidak sepenuhnya tepat. Eksperimen lanjutan menunjukkan bahwa, meski tidak sejelas yang perkiraan sebelumnya, doorway effect tetap bisa terjadi. Hanya saja, doorway effect itu muncul jika otak tengah memiliki banyak tugas.
Kesimpulannya, ada dua faktor utama yang bisa menyebabkan doorway effect. Pertama, kamu harus memasuki area baru. Saat ruangan yang kamu lalui memiliki tampilan yang identik, hal itu berarti tidak ada perubahan konteks. Oleh karena itu, kelupaan akibat melewati pintu sebenarnya lebih berkenaan dengan perubahan suasana atau lingkungan.
Sementara itu, faktor kedua adalah proses berpikir kamu terganggu atau berlebih. Dengan kata lain, kamu lebih mungkin terkena doorway effect saat pikiran teralihkan atau kamu tengah memikirkan hal lain.
Apa Doorway Effect Pertanda Buruk?
Doorway effect atau pengalaman kelupaan setelah memasuki suatu ruangan bukanlah hal yang perlu kamu khawatirkan. Situasi ini tidak mengindikasikan apapun tentang memori, intelijensi, ataupun kemampuan kognitif. Oleh karena itu, hilangkan anggapan kamu terkena penyakit Alzheimer Ketika tiba-tiba lupa saat memasuki sebuah ruangan.
Meski begitu, kamu bisa berusaha untuk menghindari doorway effect ini dengan beberapa cara, yaitu
- Tetap fokus dan jangan memikirkan hal-hal lain yang tidak begitu penting, agar pikiran kamu tidak teralihkan saat memasuki ruangan baru
- Buat catatan atau to-do list agar kamu bisa langsung mengingat tujuan saat mendadak lupa
Sedang Banyak Pikiran? Mungkin Kamu Butuh Libur!
Bosan dengan suasana rumah tapi tidak punya banyak waktu untuk berlibur? Cobain staycation di Bobobox, yuk! Hotel kapsul yang satu ini dirancang agar memberikan kenyamanan bagi pelanggan dengan desain minimalis dan futuristik.
Banyak fitur menarik yang wajib kamu coba saat menginap di sini. Salah satunya adalah fitur moodlamp, yang dapat mengubah warna serta tingkat keterangan cahaya LED di dalam kamar. Suasana terang hingga temaram bisa kamu coba dan sesuaikan dengan kebutuhan dan suasana hati kamu.
Yuk, unduh dulu aplikasi Bobobox untuk reservasi dan informasi lebih lanjut!
Header image: Phil via Unsplash