Kesehatan mental adalah salah satu aspek kesehatan yang masih seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Terdapat banyak sekali stereotip negatif seputar isu kesehatan mental yang beredar. Padahal, stereotip yang ada kebanyakan merupakan mitos belaka.
Maraknya misinformasi seputar kesehatan mental menimbulkan stigma, diskriminasi, dan isolasi terhadap orang yang mengalami gangguan mental. Sehingga, mempersulit mereka untuk mendapatkan penanganan yang baik. Terlebih lagi, berbagai daerah di Indonesia masih memiliki fasilitas kesehatan jiwa yang minim.
Untuk membantu menyingkirkan stereotip negatif seputar isu kesehatan mental, berikut Bob rangkum 7 mitos kesehatan mental yang wajib kamu ketahui.
Baca Juga: Pelajari Kondisi Mentalmu Dengan Buku Kesehatan Mental Berikut!
7 Mitos Kesehatan Mental
1. Hanya Orang Lemah yang Memiliki Gangguan Kesehatan Mental
Mitos kesehatan mental yang satu ini sayangnya masih banyak dipercayai masyarakat.
Pada faktanya, gangguan mental tidak timbul karena pengidapnya lemah ataupun malas. Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu gangguan mental, mulai dari faktor biologis, pengalaman dari lingkungan sekitar, trauma signifikan, hingga kelainan senyawa kimia otak.
Gangguan kesehatan mental sama mengganggu seperti penyakit fisik, perlu penanganan yang baik untuk dapat lepas dari kondisi tersebut.
2. Gangguan Mental adalah Penyakit yang Tidak Umum
Faktanya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperkirakan bahwa setidaknya 1 dari 8 orang di dunia dapat mengalami masalah kesehatan mental atau neurologis dalam hidupnya. Penyakit mental pun telah menjadi salah satu penyebab utama masalah kesehatan bagi banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Salah satu gangguan mental yang paling umum adalah gangguan kecemasan, disusul dengan depresi. Menurut data WHO, setidaknya ada sebanyak 301 juta orang di dunia mengidap gangguan kecemasan, selain itu juga terdapat 280 juta orang di dunia yang mengidap depresi pada tahun 2019. Pada tahun 2020, penderitanya meningkat secara signifikan karena pandemi Covid-19, dengan peningkatan 26% untuk penderita gangguan kecemasan dan 28% untuk depresi.
3. Anak-Anak Tidak Mengalami Kesehatan Mental
Anak-anak pun dapat menunjukkan gejala dini sehubungan kesehatan mental. Mitos kesehatan mental ini sangat merugikan, karena faktanya setengah dari semua gangguan kesehatan mental menunjukkan tanda-tanda awal sebelum menginjak usia 14 tahun dan 3/4 dari gangguan kesehatan mental dimulai sebelum usia 24 tahun.
Namun sayangnya, kurang dari 20% anak-anak dan remaja yang mengalami masalah kesehatan mental dapat menerima perawatan ataupun diagnosis yang mereka butuhkan. Padahal, penanganan dini dapat menghindarkan anak dari gangguan perkembangan dan dapat mendorong anak untuk meregulasi perasaan dengan lebih baik.
Baca Juga: Ini Dia 7 Ciri Gangguan Kesehatan Mental Mesti Kamu Ketahui
4. Penderita Kesehatan Mental Tidak Dapat Diprediksi dan Kasar
Mitos kesehatan metal selanjutnya adalah bahwa penderita kesehatan mental tidak dapat diprediksi dan kasar. Padahal pada kenyataannya, hanya 3-5% dari tindak kekerasan memiliki kaitan dengan penyakit mental yang serius.
Justru orang dengan penyakit mental memiliki 10 kali kemungkinan lebih untuk menjadi korban kejahatan kekerasan akibat stigma dan diskriminasi pada masyarakat. Oleh karena itu, bantu sebarkan kesadaran demi membantu menghilangkan stigma yang merugikan teman-teman yang memiliki gangguan mental ini.
5. Kesehatan Mental Bisa Disembuhkan Lewat Kegiatan Sosial Atau Hobi
Tindakan seperti berkumpul dengan orang terkasih, curhat, atau mendalami hobi dapat meringankan gejala kesehatan mental, tetapi tidak dapat sepenuhnya menyelesaikan masalah mental.
Jadi, tidak ada salahnya jika kamu memiliki inisiatif untuk menemani teman yang mungkin memiliki gangguan mental, tetapi tetap harus melalui proses penanganan secara profesional melalui psikolog. Hal ini bertujuan agar penderita dapat mengatasi masalahnya secara konstruktif dan menyeluruh hingga akar masalah.
6. Terapi Dapat Langsung Menghilangkan Gangguan Mental
Pada kenyataannya, terapi memang dapat membantu penderita mengelola gejala dan stres dengan lebih baik, namun bukan berarti terapi dapat langsung menyembuhkan gangguan mental.
Kondisi tertentu seperti gangguan makan, gangguan bipolar, atau skizofrenia memerlukan penanganan yang konsisten seumur hidup. Sementara untuk masalah lain seperti gangguan kecemasan dan depresi pun bisa saja memerlukan perawatan yang bervariasi, terkadang bahkan membutuhkan pengobatan.
Terapi merupakan proses yang cukup panjang, terkadang pada mulanya pun dapat memicu kecemasan karena sang penderita harus memulai dari refleksi diri. Rasanya dapat seperti membuka luka lama, membutuhkan kesabaran dari sang penderita dan support system yang baik dari orang terdekat.
Namun demikian, jika dilakukan secara konsisten, maka terapi dapat menyediakan ruang untuk meluapkan perasaan dan orang yang akan selalu membantu penderita untuk mengatasi masalah tersebut.
Baca Juga: 10 Tanda-Tanda Kamu Harus Check Up Kesehatan Mental Kamu Ke Psikolog Atau Psikiater
7. Tidak Mungkin Mencegah Penyakit Mental
Meski tidak dapat menjamin pencegahan secara utuh, kamu dapat melakukan berbagai langkah berikut untuk menjaga kesehatan mental:
- Menuliskan hal-hal yang dapat kamu syukuri
- Mengatakan hal positif pada diri sendiri
- Fokus pada satu hal pada satu waktu
- Lebih terbuka pada orang lain
- Saling membantu
- Makan dan tidur secara teratur
Healing Dengan Tenang di Bobobox
Kerjaan dan rutinitas sehari-hari pasti bikin capek. Terlalu sering melakukan hal yang sama bisa meredupkan semangat dan rasa ingin tahu. Kalau sudah sampai di titik itu, sudah waktunya buat healing lewat Staycation di Bobobox biar kamu bisa segar kembali.
Istirahat dengan tenang tanpa terganggu. Kamu akan mendapatkan pods modern yang dapat diatur sesuka hati. Langsung atur pencahayaan yang tepat biar menginap jadi lebih nyaman. Jangan lupa foto-foto untuk selalu mengingat pengalaman staycation kamu.
Untuk informasi lebih lanjut, yuk unduh aplikasi Bobobox di sini.