Selain terkenal akan wisata sejarahnya, Mojokerto juga memiliki wisata-wisata religi yang sayang dilewatkan, terutama jika kamu ingin meningkatkan spiritualitas. Wisata religi Mojokerto ini pun tidak hanya terbatas untuk satu agama saja.
Lalu, apa saja sih wisata religi Mojokerto yang bisa kamu kunjungi? Yuk, simak rekomendasinya berikut ini!
Rekomendasi Wisata Religi Mojokerto
Wisata religi merupakan wisata mengunjungi tempat peribadahan atau tempat yang dianggap sakral dan penting oleh agama tertentu.
Destinasi wisata religi di Mojokerto sendiri meliputi tempat ibadah seperti masjid dan wihara, serta tempat sakral seperti makam orang penting.
Baca Juga: Tidak Hanya Dilakukan Umat Muslim, Simak Tradisi Puasa Berbagai Agama Berikut Ini
Makam Troloyo
Makam Troloyo alias Makam Syekh Jumadil Kubro bisa kamu jumpai di Jalan Syech Jumadil Kubro No.10, Kedaton, Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Sesuai namanya, wisata religi Mojokerto ini merupakan kompleks pemakaman yang diyakini sebagai tempat persemayaman Syekh Jamaluddin Al Husain Al Akbar alias Syeikh Jumadil Kubro.
Sebagai informasi, Syekh Jumadil Kubro adalah ulama asal Samarkand, Uzbekistan. Lahir sekitar tahun 1349 Masehi, ia merupakan keturunan Rasulullah SAW melalui generasi ke delapan.
Sang Syekh datang ke tanah Jawa tahun 1399 sebagai pedagang dan pendakwah. Ia lalu mulai menyebarkan agama Islam di wilayah lingkungan Majapahit, yang penduduknya mayoritas Hindu.
Selain keturunan Nabi, Syekh Jumadil Kubro juga merupakan nenek moyang dari para Wali Songo, sembilan ulama yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa.
Ia kemudian wafat di usia 116 tahun pada 1465 dalam pertempuran melawan para adipati Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu.
Kompleks Makam Troloyo sendiri berdiri di lahan seluas 14.164 meter persegi dengan makam Syekh Jumadil Kubro sebagai yang terluas.
Makam ini berada di pendopo dengan gerbang kayu kokoh yang melingkupinya. Keberadaannya mulai tersohor sebagai wisata religi Mojokerto sejak Gusdur menjabat sebagai presiden.
Selain makam sang Syekh, kompleks pemakaman ini juga menjadi tempat persemayaman tokoh-tokoh penting lainnya, termasuk ulama dan anggota Kerajaan Majapahit. Di antaranya adalah:
- Sunan Ngudung
- Raden Patas Angin
- Nyai Roro Kepyur
- Tumenggung Satim Singgomoyo
- Syeikh Qohar
- Syeikh Al Husain
- Imamuddin Sofari
- Ratu Kencono Wungu
- Raden Kumdowo
- Ki Ageng Surgi
- Syekh Jaejani
- Syekh Maliki
- Abd. Rochim
- Mbah Besuki
- Mbah Rembyong
- Puspa Negoro dan keluarga
- Kubur pitu (makam bangsawan dan abdi dalem Majapahit yang memeluk agama Islam)
Pengunjung biasanya mendatangi area pemakaman pada malam Jumat Legi dengan tujuan mendoakan para leluhur.
Makam Panjang
Berlokasi di Dusun Unggah-unggahan, Desa Towulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Makam Panjang menjadi salah satu makam yang dikeramatkan masyarakat desa setempat.
Wisata religi Mojokerto ini memiliki sebuah makam dengan ukuran tidak biasa, yaitu 5×2 meter. Makamnya berada di dalam sebuah pendopo, di bawah naungan pohon beringin raksasa.
Di makam tersebut, terdapat sebuah prasasti serupa batu nisan yang pertama kali ditemukan pada tahun 1900 Masehi.
Batu tersebut bertuliskan bahasa Jawa kuno yang berbunyi “Pangadegning Bodii 1203”. Artinya, terjadi penanaman pohon Bodhii alias beringin pada tahun 1203 Saka (sebelum Majapahit berdiri).
Berdasarkan isinya, muncullah keraguan tentang adanya makam seseorang di Makam Panjang.
Penanaman pohon Bodhie sendiri biasanya bertujuan untuk memperingati peristiwa tertentu sehingga segala keinginan yang menjadi maksud dari peringatan tersebut dapat tercapai.
Juru kunci Makam Panjang, Sunoto, juga memperjelas argumen tersebut.
Ia mengungkapkan bahwa Makam Panjang bukanlah makam manusia, melainkan tempat pertapaan Mbah Dono Puro yang dianggap sebagai pusatnya Pulau Jawa.
Masyarakat setempat meyakini bawha Mbah Dono Puro adalah leluhurnya orang Jawa.
Oleh karena itu, nenek moyang masyarakat desa menyebut kawasan petilasan itu sebagai Makam Panjang, agar tidak ada yang berani merusaknya.
Selain batu prasasti, bangunan lain di area Makam Panjang adalah bangunan baru, yaitu dua bangunan gapura mini di depan makam.
Dua puluh meter arah barat dari Makam Panjang, kamu akan menjumpai mata air bernama Sumber Towo yang tidak pernah kering.
Pengunjung yang datang ke Makam Panjang tidak terpaku pada satu agama tertentu saja.
Siapapun dari agama manapun bisa berkunjung, baik untuk menghormati leluhur atau melakukan ritual dengan tujuan tertentu.
Sesuai namanya, Makam Panjang akan menambah panjang segala hal yang kurang.
Orang-orang yang datang biasanya memiliki masalah ekonomi yang kurang, tidak memiliki pekerjaan, ingin dagangan laris, dan meminta kesembuhan penyakit.
Sebelum melakukan ritual, pengunjung harus menyucikan diri dulu di Sumber Towo.
Baca Juga: Mulai Perjalanan Wisata Religimu di Masjid-Masjid Terindah Indonesia Berikut Ini
Masjid Agung Al Fattah
Masjid Agung Al Fattah adalah masjid tertua di Mojokerto. Ia sudah berdiri sejak masa kolonial Belanda, yaitu tahun 1877, di masa pemerintahan Kromodjojo Adinegoro II atau Raden Ersadan.
Berdiri megah di depan Alun-Alun Kota, bangunan Masjid Agung Al Fattah yang sekarang merupakan perpaduan antara budaya Islam Timur Tengah dan Majapahit.
Bangunan wisata religi Mojokerto ini sempat mengalami pemugaran pada 2020 lalu. Namun, ukiran warisan Majapahit pada empat tiang penyangga bangunannya, yang berupa cerita pewayangan, tetap dipertahankan.
Pada bangunan hasil pemugaran—kubah, menara, serambi, hingga bagian dalam masjid—terinspirasi dari gaya Masjid Nawabi di Madinah, Arab Saudi.
Di setiap bagiannya, terdapat ukuran kalimat “Muhammad Rasulullah” dalam bahasa Arab. Selain itu, ada juga atap teras yang terbuat dari pelat kuningan berwarna emas.
Dengan kemegahannya tersebut, masjid yang berada di Kelurahan Kauman, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto ini bisa menampung hingga 5.500 jemaah.
Baca juga: Mulai Perjalanan Wisata Religimu dengan Mengunjungi Masjid-Masjid Terindah di Indonesia Berikut Ini
Maha Vihara Majapahit
Berlokasi di Siti Inggil, Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Maha Vihara Majapahit menjadi destinasi wisata religi Mojokerto untuk pemeluk agama Budha.
Bangunannya merupakan perpaduan antara India, Cina, dan Jawa. Namun, gaya Jawa terlihat lebih dominan terutama dengan adanya atap joglo.
Berdiri di lahan seluas 20.000 meter persegi, pembangunan vihara sudah berlangsung sejak tahun 1987 oleh Bante Viriyanadi Mahathera.
Sebelum menjadi biksu, Bante Viriyanadi Mahathera adalah seorang penganut kebatinan dan kerap bepergian ke berbagai daerah.
Pada 31 Desember 1989, vihara pun diresmikan oleh Bhante Ashin Jinarakkhita dan Soelarso, Gubernur Jawa Timur saat itu.
Selain bangunan vihara yang unik, di kawasan ini juga terdapat Patung Buddha Tidur dengan panjang mencapai 22 meter, tinggi 4,5 meter, dan lebar 6 meter.
Karena ukurannya, ikon wisata Mojokerto ini mendapatkan penghargaan Muri 2001 sebagai Patung Buddha terbesar di Indonesia, dan ketiga terbesar di dunia setelah Thailand dan Nepal.
Dibangun sejak tahun 1993, patung tersebut merupakan gambaran saat Siddharta Gautama akan tutup usia, yaitu dengan posisi tidur miring ke kanan dan telapak tangan menyangga kepala. Posisinya mengarah ke selatan yang merupakan kiblat bagi umat Buddha.
Baca Juga: Mengunjungi 9 Masjid Termegah di Dunia, dari Spanyol hingga Timur Tengah
Lepas Lelah dengan Nyaman di Bobocabin Padusan
Sebagai kota dengan ragam wisata religi, Mojokerto bisa menjadi pilihan untuk meningkatkan spiritualitas menjelang bulan Ramadan.
Masalah akomodasi, serahkan saja pada Bobocabin Padusan.
Mengusung konsep futuristik, Bobocabin siap menemani kamu merasakan kesejukan serta tenangnya alam dalam balutan teknologi canggih.
Dapatkan kenyamanan, kualitas ekslusif, dan harga terjangkau hanya di Bobocabin. Untuk reservasi dan informasi lebih lanjut, yuk unduh dulu aplikasinya!
Foto utama oleh: Pemerintah Kota Mojokerto