Kecelakaan pesawat merupakan hal yang tidak dapat diprediksi dan bisa terjadi pada pesawat mana saja. Penyebabnya pun cukup beragam mulai dari human error, masalah teknis, kendala cuaca hingga bertabrakan dengan burung. Sebagain pesawat yang mengalami masalah tersebut sayangnya harus berakhir dengan tragis. Namun, sebagian yang lain sukses melakukan emergency lading pesawat tanpa menimbulkan korban jiwa.
Emergency landing pesawat atau pendaratan darurat adalah hal yang wajib dikuasai oleh calon pilot. Dengan demikian, saat dihadapkan dengan mesin mati, pilot dapat segera melakukan pertimbangan dan memutuskan emergency landing pesawat terbaik serta kemungkinan keselamatannya.
Emergency landing pesawat itu sendiri bisa dilakukan di darat maupun di perairan (dikenal dengan istilah ditching). Namun, pendaratan di air dianggap memiliki risiko lebih tinggi mengingat banyaknya insiden ditching yang gagal karena berbagai faktor, salah satunya keadaan ombak di permukaan mair.
Meski begitu, tidak sedikit emergency landing pesawat sukses dilakukan dengan minim hingga tanpa menimbulkan korban jiwa sehingga dianggap cukup dramatis bahkan legendaris dan berikut ini adalah beberapa di antaranya.
1549 US Airways (Airbus A320)
Penerbangan 1549 US Airways bisa dibilang merupakan contoh emergency landing pesawat paling legendaris yang pernah terjadi. Peristiwa ini sendiri terjadi pada tanggal 15 Januari 2009 lalu dengan pesawat US Airways yang beroperasi dari Banda Udara Laguardia, New York menuju Bandar Udara Internasional Charlotte/Douglas, North Carolina.
Pesawat dengan pilot utama Chesley “Sully” Sullenberger dan ko-pilot Jeffrey Skiles ini mengalami mati mesin sekitar dua menit setelah mengudara akibat tabrakan dengan sekawanan burung angsa. Saat menyadari kedua mesin pesawat yang mati tersebut, Sully dihadapkan dengan dua pilihan yakni membawa pesawat ke Bandara Teterboro, New Jersey atau melakukan emergency landing peawat di lokasi terdekat.
Akhirnya, Sully pun memilih opsi kedua dengan melakukan emergency landing pesawat di Sungai Hudson di Midtown Manhattan. Pendaratan di darat tidak dapat dilakukan mengingat pesawat tersebut terbang di atas kota yang penuh dengan gedung pencakar langit serta jalanan kota yang cukup padat.
Pendaratan pun berhasil dilakukan karena terbantu oleh permukaan sungai yang tenang serta cuaca yan cukup cerah. Sebagai informasi, keadaan permukaan air cukup berperan dalam kesuksesan emergency landing pesawat. Semakin besar ombaknya, maka semakin tipis peluang pesawat untuk mendarat tanpa menimbulkan patah atau kehancuran.
155 orang yang ada di dalam pesawat termasuk penumpang dan kru kabin pun selamat dengan beberapa mengalami luka ringan. Kesuksesan emergency landing tersebut pun kemudian dikenal dengan sebutan The Miracle on the Hudson.
Hal tersebut selanjutnya menjadi inspirasi sebuah film karya Clint Eastwood pada tahun 2016 dengan judul Sully: The Miracle on the Hudson dan dibintangi oleh Tom Hanks sebagai pilotnya. Selain itu, pendaratan pesawat tersebut juga diabadikan dalam autobiografi Sully yang berjudul Highest Duty. Ironisnya, di balik kesuksesan tersebut Sully mengungkapkan bahwa sebenarnya dia tidak banyak memperoleh pelatihan dalam ditching.
Garuda Indonesia GA421 (B737-300)
Sebelum insiden emergency landing pesawat oleh Sully, pilot Indonesia ternyata telah lebih dulu melakukan hal tersebut dengan penerbangan Garuda Indonesia GA421. Penerbangan pesawat tersebut terjadi pada tanggal 16 Januari 2002 lalu dengan rute Mataram-Surabaya-Yogyakarta-Jakarta.
Pada 15 Januari, pesawat yang dipiloti Abdul Rozak dan ko-pilot Haryadi Gunawan tersebut sukses melakukan penerbangan rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram. Setelah bermalam di Mataram, Abdul Rozak kembali terbang dengan rute sebaliknya.
Saat sedang terbang dari Surabaya ke Yogyakarta, cuaca sedang hujan sehingga mesinnya mati karena menerobos badai dan hujan es. Awalnya pesawat menuju ketinggian 31.000 kaki. Namun, karena pilot melihat adanya hujan dan petir di depan, rute pun dialihkan atas izin ATC.
Pesawat pun kemudian mencoba untuk terbang di antara dua awan badai. Setelah 90 detik memasuki awan hujan, ketinggian pesawat turun menjadi 18.000 kaki. Saat itu, kedua mesin pesawat mati dan kehilangan daya dorong (thrust).
Meskipun telah melakukan prosedur untuk menyalakan mesin kembali, mesin tersebut masih gagal dihidupkan. Akibatnya, Abdul Rozak pun memutuskan untuk melakukan emergency landing pesawat di Sungai Bengawan Solo, Solo. Awalnya, sang pilot menurunkan ketinggian menjadi 17.000 kaki dan saat itu terlihatlah hamparan sawah dan sungai.
Haryadi menyarankan untuk mendarat di atas sawah yang tengah banjir dan penuh air. Namun, Abdul Rozak berpendapat justru mereka akan meninggal jika mendarat di sawah karena ketidaktahuan tentang kedalaman banjir tersebut. Dengan keterbatasan waktu, dia pun memutuskan untuk mendarat di sungai, yakni Sungai Bengawan Solo.
Meskipun terdapat beberapa jembatan dengan banyak tiang yang menghiasi sungai tersebut, Abdul Rozak berhasil mendaratkan pesawat dengan selamat, tidak tenggelam, dan minim korban. Setelah itu, proses evakuasi pun dilakukan sesuai standar.
Dengan total 54 penumpang dan enam kru, insiden emergency landing pesawat ini menewaskan seorang pramugari akibat duduk di bagian ekor. Saat kejadian, terdapat batu sungai yang merobek bagian ekor sehingga dia pun ikut tersobek. Pendapat lain mengungkapkan bahwa pramugari tersebut terlempar akibat benturan yang cukup keras. Saat melakukaSama halnya seperti Sully, Abdul Rozak juga mengabadikan momen emergency landing pesawat tersebut dalam sebuah buku berjudul Miracle of Flight.
Ural Airlines U6 178 (Airbus A321)
Sama halnya seperti kasus Sully, U6 178 terpaksa melakukan emergency landing pesawat akibat insiden bertabrakan dengan kawanan burung camar tak lama setelah lepas landas. Burung tersebut dilaporkan masuk ke dalam dua mesin pesawat dan menyebabkan kedua mesin tersebut mati. Salah satu dari mesin tersebut bahkan mengeluarkan suara.
Akibatnya, pesawat dengan 226 penumpang serta tujuh kru tersebut mendarat secara darurat tanpa mengeluarkan roda di ladang jagung dekat Bandara Internasional Zhukovsky, Moskow. Insiden emergency landing itu sendiri terjadi pada 15 Agustus 2019 lalu dengan tujuan Crimea. Aksi ini tentu dianggap sagat heroik mengingat sang pilot berhasil menyelamatkan seluruh penumpangnya.
Ural Airlines juga mengungkapkan bahwa pilot tersebut sangat berpengalaman dengan jam terbang lebih dari 3.000 jam. Keprofesionalan para kru juga dipuji karena berhasil mengatur evakuasi dengan baik. Meskipun tidak ada korban jiwa, sekitar 23 orang termasuk di antaranya sembilan orang anak mengalami luka ringan akibat insiden tersebut.
Insiden ini sendiri mengingatkan banyak orang pada emergency landing pesawat yang dilakukan oleh Sully di Sungai Hudson. Pesawat sama-sama mengalami birdsrtike atau bertabrakan dengan sekawanan burung sehingga menyebabkan kedua mesin pesawat mati dan akhirnya harus melakukan pendaratan darurat. Karena aksinya yang dramatis tersebut, stasiun televisi setempat pun menyebutnya Miracle over Ramensk.
Kecelakaan pesawat ataupun kecelakaan lainnya merupakan sesuatu yang berada di luar kuasa manusia. Hal ini tentu tidak bisa serta merta membuat kamu menghentikan jadwal liburan yang sudah kamu susun. Apapun moda transportasi yang kamu gunakan, selalu lakukan persiapan terbaik dan tentunya jangan lupa berdoa untuk senantiasa diberi keselamatan.
Untuk masalah akomodasi, kamu juga tidak boleh sembarangan memilih. Tentukanlah akomodasi yang menawarkan keamanan sekaligus kenyamana, salah satunya adalah Bobobox. Hotel kapsul yang satu ini bisa kamu jumpai di beberapa kota di Indonesia yakni Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Solo.
Banyak fasilitas menarik yang siap menemani dan membuat kamu betah berlama-lama di sana. Biar tidak ketinggalan informasi terbaru serta promo-promo menariknya, yuk unduh dulu aplikasi Bobobox di Play Store atau App Store.
Header image: @artturijalli via Unsplash