Beberapa Deretan Kota Mati yang Tersebar di Seluruh Dunia
Pripyat, Ukraina
Pripyat merupakan sebuah kota mati yang terletak di Ukraina utara, dekat dengan perbatasan Belarus. Kota mati ini dinamai berdasarkan sungai yang mengalir di tempat itu dan menjadi mati karena ledakkan pembangkit nuklir Chernobyl yang memaksa seluruh penduduknya mengungsi ke tempat lain.
Kota ini pertama kali diresmikan di sekitar tahun 1970an sebagai kota nuklir pada zaman Uni Soviet. Sebagian besar penduduknya pun merupakan karyawan-karyawan dari Chernobyl tersebut. Pada tanggal 26 April 1986, kejadian Chernobyl menjadi salah satu kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah dunia.
Kota ini tidak langsung dievakuasi. Para warganya pun menjalankan aktivitas seperti biasa, sama sekali tidak menyadari apa yang baru saja terjadi. Namun, setelah beberapa jam setelah ledakan, puluhan orang jatuh sakit. Untuk mempercepat evakuasi, warga diberitahu untuk membawa yang diperlukan saja, dan mereka akan tetap dievakuasi selama kurang lebih tiga hari. Akibatnya, sebagian besar barang pribadi tertinggal, dan tetap ada sampai sekarang, menghiasi kota mati tersebut.
Ashgabat, Turkmenistan
Sebenarnya, Kota Ashgabat ini bukan kota mati seperti yang lainnya, karena masih fungsional. Akan tetapi, minimnya aktivitas yang terlihat malah membuat kota tersebut malah seperti kota hantu. Sekilas, kota dengan banyaknya bangunan dari marmer putih ini mirip seperti Capitol pada Hunger Games. Mewah, tapi menyeramkan. Semua infrastruktur baru dan mewah ini dibangun untuk masyarakatnya, dengan mereka menjadi tutup mulut sebagai bayarannya.
Konon katanya, kediktatoran yang ada di dalam Turkmenistan ini lebih buruk dari Korea Utara. Perbedaan politik menjadi hal yang dilarang di sini, dan pendirian pengawas HAM independen seperti layaknya Komnas HAM pun dilarang. Tidak aneh, ibukota Turkmenistan ini menjadi sebuah kota mati yang mewah karena terbatasnya akses keluar masuk dan birokrasi yang menyeramkan.
Ordos Kangbashi, Cina
Kota mati selanjutnya adalah Ordos Kangbashi. Kota ini dibangun untuk menjadi kota modern dengan arsitektur mutakhir, stadion besar, dan ruang publik yang indah. Dan, mereka mencapai semua itu hanya dalam waktu kurang dari 10 tahun, tetapi gagal menarik orang untuk tinggal didalamnya.
Rencana kapasitas 300.000 orang akhirnya hanya ditempati oleh sekitar 70.000 orang. Ujung-ujungnya, masyarakat yang kepalang tinggal di situ mulai meninggalkan Ordos Kangbashi juga. Kota ini pun menghentikan pembangunannya karena bangkrut. Saat ini, lokasi tersebut menjadi kota mati dengan banyak bangunan tinggi yang kosong dan mencekam.
Tianducheng, Cina
Masih dari Cina, kota mati selanjutnya adalah sebuah replika Kota Paris di Perancis, yaitu Tianducheng. Awalnya, Tianducheng dibangun dengan konsep perumahan super mewah. Mereka bahkan punya replika Menara Eiffel dan Taman Luxembourg. Terlepas dari pesonanya, calon penduduknya tidak pernah datang. Pengembang Tianducheng menempatkan kota ini di tengah pedesaan, terputus dari koneksi perkotaan atau transportasi umum, yang membuat orang menjadi enggan untuk menempatinya dan kota ini perlahan menjadi kota mati.
Varosha, Siprus
Beralih ke kota mati selanjutnya. Sebelum pembagian Siprus pada tahun 1974, Varosha adalah kota resor yang berkembang pesat dengan hotel-hotel yang menjulang tinggi, distrik perbelanjaan yang glamor, dan pantai berpasir yang sering disebut yang terbaik di Siprus. Menurut BBC, setelah kekerasan bertahun-tahun, Turki menyerbu Siprus menyusul kudeta yang didukung pemerintah Yunani dan menguasai bagian ketiga utara pulau itu, termasuk distrik Varosha.
Varosha tetap ditinggalkan dan di bawah kendali Militer Turki sejak 1974. Kota mati ini telah dipagari, dan tak seorang pun kecuali personel militer dan PBB yang diizinkan masuk ke tujuan wisata yang dulu indah itu. Ada banyak upaya untuk menengahi kesepakatan yang sekali lagi akan membuka Varosha, tetapi tidak ada yang disepakati. Sekarang, gedung-gedung tinggi dan pantai-pantai di kota mati Varosha perlahan-lahan direbut kembali oleh alam dari sisi jauh pagar militer.
Craco, Italia
Kota mati selanjutnya terletak di lengkungan sepatu bot Italia. Sepanjang seribu tahun sejarahnya, Craco menjadi saksi banyak konflik antara raja, tentara, dan ideologi politik. Pada tahun 1963, 1.800 penduduk terakhir terpaksa meninggalkan Craco demi keselamatan mereka sendiri dan dipindahkan ke Craco Peschiera, sebuah kota baru di lembah bagian bawah.
Film-film seperti “Quantum of Solace” dan “The Passion of the Christ” telah menggunakan kota mati di Italia ini untuk memberikan latar yang spektakuler dan otentik pada cerita mereka. Meskipun ditinggalkan, Craco tetap menjadi salah satu tujuan wisata populer Italia dan ditambahkan ke daftar pantauan Dana Monumen Dunia pada tahun 2010.
Pulau Hashima, Jepang
Pulau Hashima, dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai Gunkanjima (artinya Pulau Kapal Perang), adalah pulau terlantar yang menjadi kota mati di lepas pantai Nagasaki, Jepang. Awalnya dikembangkan sebagai tempat tinggal bagi orang-orang yang bekerja di tambang batu bara bawah laut pada tahun 1887, Pulau Hashima dengan cepat berkembang menjadi pulau dengan bangunan beton bertingkat tinggi yang menampung lebih dari 5.000 orang.
Tambang tersebut akhirnya ditutup pada tahun 1974 ketika Jepang pindah dari pembangkit listrik tenaga batu bara yang juga menghapus lapangan pekerjaan di sana. Pulau Hashima juga ditampilkan sebagai sarang penjahat dalam film James Bond “Skyfall.” Meskipun hanya sebagian kecil dari pulau yang dibuka untuk umum, kota mati itu tetap menjadi pemandangan unik dari industrialisasi Jepang yang pesat dan merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Oradour-sur-Glane, Perancis
Oradour-sur-Glane adalah kota mati pertanian kecil yang terletak di bagian Prancis yang diduduki Jerman selama Perang Dunia II. Pada 10 Juni 1944, Desa Oradour-sur-Glane di Prancis dihancurkan oleh tentara Nazi. Mereka membunuh 642 orang dan hanya meninggalkan sedikit yang selamat. Pasca perang, kota mati tersebut menjadi simbol kejahatan Jerman terhadap warga sipil dan dinyatakan sebagai tugu peringatan dan museum. Kota mati ini tetap dilestarikan dalam keadaan hancur dan setiap tahun pada 10 Juni, upacara peringatan diadakan untuk mengingat pembantaian tersebut.
Marina City, Indonesia
Kota mati yang terakhir ini teletak di Batam, Indonesia. Marina City dulunya adalah sebuah markas perjudian terbesar. Ditambah lagi, lokasinya yang dekat dengan Singapura membuat Marina City menjadi daerah yang bebas jual beli. Mulai dari konglomerat, ekspat dan orang-orang kaya memenuhi kota perjudian ini.
Meskipun begitu, pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kejayaan Marina City pun surut karena larangan berjudi. Ekonomi kota menjadi mati, orang-orang mulai berpindah dan kota ini menjadi seakan kota kosong yang hanya dihuni dengan hantu.
Kota yang Tidak Mati Tapi Penuh dengan Sejarah: Kota Tua Jakarta
Ingin berkunjung ke wisata yang normal-normal saja karena kamu takut dengan kota mati tapi ingin ke tempat yang unik? Coba yuk berkunjung ke Kota Tua di Jakarta! Kamu bisa berkunjung ke Museum Fatahillah dan berbagai destinasi lainnya! Capek dan butuh tempat untuk menginap? Jangan khawatir, ada Bobobox Kota Tua yang siap jadi akomodasi liburanmu! Yuk, download aplikasi Bobobox sekarang dan dapatkan promo menarik lainnya! Ingin cek seperti apa Bobobox? Cek virtual tournya di sini!
Header image: Boris Dunand via Unsplash