ripley syndrome

Mengenal Ripley Syndrome: Kondisi Medis yang Diangkat di Drama Korea The Second Anna

Apa itu Ripley syndrome mungkin tidak begitu familiar di telinga banyak orang. Namun, istilah tersebut belakangan ini menjadi topik pembicaraan setelah drama terbaru Bae Suzy berjudul Anna meramaikan layanan streaming Coupang Play.

Berbeda dengan drama-drama Suzy sebelumnya, Anna merupakan drama berjumlah delapan episode yang mengusung genre psikologi thriller. Drama tersebut mengangkat kisah tentang seorang wanita bernama Yoo Mi yang mengalami gangguan Ripley syndrome.

Lantas, apa itu Ripley syndrome? Simak lebih lanjut di bawah ini!

Apa Itu Ripley Syndrome

Photo: @tinaflour via Unsplash

Ripley syndrome menunjukkan gejala yang mengarah pada antisocial personality disorder (gangguan kepribadian antisosial) atau sociopathy (sosiopat). Gangguan satu ini merupakan gangguan kejiawaan yang ditandai dengan rendahnya kemampuan penderita untuk menilai baik buruknya sesuatu. Alhasil, penderita Ripley syndrome pun cenderung bersikap acuh terhadap orang lain serta konseskuensi dari tindakannya.

Ripley syndrome kerap membuat penderitanya melakukan tindakan melanggar hukum atau kriminal seperti kekerasan, penipuan dan tindakan tidak terpuji lainnya demi keuntungan pribadi. Dengan kecenderungan tersebut, penderita Ripley syndrome bisa saja memusuhi, memanipulasi, menyalahkan, dan memperlakukan orang lain dengan kasar serta menunjukkan ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain sebagai bentuk pembelaan atas tindakannya.

Penderita bisa saja merasa menyesal, bersalah atau sadar atas tindakan mereka. Namun, hal tersebut tidak akan menghentikan atau menghalangi tindakan mereka.


Baca Juga: Apa Itu Sindrom Asperger: Penyakit Geu-Ru Di Serial Move To Heaven


Gejala Ripley Syndrome

Untuk lebih memahami apa itu Ripley syndrome, gejala-gejala yang ditunjukkan mungkin bisa membantu. Seperti yang kamu saksikan dalam drama Anna, seseorang dengan Ripley syndrome terus mengulang kebohongan hingga kehilangan jati diri mereka.

Selain berbohong, gangguan kepribadian antisosial ini juga ditandai dengan gejala-gejala sebagai berikut:

  • Tidak bisa membedakan mana yang salah dan benar
  • Tidak berperasaan atau berempati, bersikap sinis, dan tidak menghargai orang lain
  • Menggunakan pesona atau kecerdikan untuk memanipulasi orang lain demi kepentingan atau kesenangan sendiri
  • Sombong, merasa superior, dan sangat percaya diri
  • Seringkali terlibat masalah hukum dan tindakan kriminal
  • Berulang kali melanggar hak orang lain dengan intimidasi dan ketidakjujuran
  • Bertindak impulsif (tanpa pikir panjang dan perhitungan)
  • Bersikap kasar, penuh kebencian, cepat marah, merasa cemas, agresif dan melakukan kekerasan
  • Kurangnya empati terhadap orang lain dan rasa sesal telah merugikan orang lain
  • Mengambil risiko yang tidak perlu atau melakukan tindakan berbahaya tanpa memikirkan keselamatan sendiri maupun orang lain
  • Memiliki hubungan yang buruk atau abusive atau kesulitan mempertahankan hubungan
  • Gagal mempertimbangkan konsekuensi negatif dari tindakan atau belajar dari kesalahan
  • Tidak bisa memenuhi tanggung jawab terhadap keluarga, pekerjaan, kewajiban finansial atau sekolah

Orang dewasa dengan gangguan kepribadian antisosial bisanya menunjukkan gejala-gejala conduct disorder sebelum mencapai usia 15 tahun. Gangguan tersebut menunjukkan pola perilaku serius dan berulang, seperti:

  • Agresif terhadap manusia dan hewan
  • Perilaku merusak (destructive)
  • Melakukan kejahatan atau pelanggaran berat, misal menipu, mencuri, dan menggunakan obat terlarang
  • Pembolosan

Ripley syndrome bisa dikatakan merupakan gangguan seumur hidup. Gejala-gejala tersebut biasanya sangat parah ketika seorang penderita memasuki usia akhir remaja atau awal 20an.

Meski begitu, pada sebagian orang gejal-gejala merusak dan kriminal biasanya akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Alasannya sendiri masih belum jelas, apakah akibat bertambahnya usia atau meningkatnya kesadaran tentang konsekuensi perilaku antisosial.

Penyebab dan Faktor Risiko

Mengetahui apa itu Ripley syndrome tidak lengkap tanpa mengenali penyebab di baliknya. Penyebab gangguan satu ini sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun, gen dianggap memainkan peranan penting dalam pembentukan antisocial personality disorder. Lingkungan hidup yang keras juga bisa memicu perkembangan gangguan tersebut.

Selain itu, ada juga sejumlah faktor yang mungkin meningkatkan risiko perkembangan gangguan ini, yaitu:

  • Diagnosis conduct disorder di masa kanak-kanak
  • Riwayat kesehatan keluarga yang pernah mengidap gangguan kesehatan mental, baik Ripley syndrome ataupun gangguan lainnya
  • Trauma masa lalu, seperti menjadi korban kekerasan, pelecehan atau penelantaran saat anak-anak
  • Keluarga yang tidak stabil, kacau atau abusive

Jika dibandingkan dengan wanita, gangguan kepribadian antisosial lebih banyak dijumpai pada pria.


Baca Juga: Apa Itu Autis, Gejala Autis, Spektrum, Hingga Cara Menanganinya!


Asal Usul Kata Ripley

Photo via goodreads.com

Untuk menjawab apa itu Ripley syndrome, kamu juga perlu mengetahui asal-usul penamaan tersebut. Kata Ripley pertama kali digunakan dalam novel karya Patricia Highsmith berjudul The Talented Mr. Ripley (1955). Tokoh utama novel tersebut, Tom Ripley, merupakan seorang yatim piatu mencoba melakukan segala cara untuk bertahan hidup, termasuk dengan mencuri dan meniru orang lain dan tidak menggunakan nuraninya dalam melakukan apapun.

Suatu hari, ia berhasil memperoleh kepercayaan pengusaha perkapalan kaya bernama Greenleaf dengan kebohongan-kebohongannya. Greenleaf menawarkan uang dalam jumlah besar dengan syarat Ripley bisa membawa pulang anaknya yang bernama Dickie dari Italia kembali ke Amerika. Namun, Dickie yang terbiasa hidup bebas pun menolak.

Selama berada di Itali, Dickie membiarkan Ripley tinggal di rumahnya. Namun, hal ini ternyata membawa bencana sebab Ripley mulai terobsesi dengan kehidupan Dickie. Ia pun mulai berpakaian dan meniru perilaku Dickie. Dickie yang mulai muak kemudian membawanya berlibur. Menyadari niat Dickie yang akan memberhentikannya, Ripley pun menghabisi nyawa Dickie lalu mengambil identitasnya.

Ripley sangat menikmati kehidupan barunya yang mewah dan ia tidak akan segan untuk membunuh demi menutupi kebohongannya tersebut. Dengan banyaknya kebohongan yang ia lakukan, ia pun mulai menganggapnya sebagai kenyataan. Semakin banyak kebohongan yang tidak terungkap, semakin jauh pula Ripley dari realitas sebenarnya.

Maka dari itu, setiap ada kasus orang yang terus melakukan kebohongan hingga menggangap dunia yang mereka buat adalah kenyataan, orang-orang pun menamainya dengan istilah Ripley syndrome.


Baca Juga: Simak Fakta Seputar Jenis-Jenis Mimpi Berikut Ini! Mana Yang Pernah Kamu Alami?


Komplikasi

Tindakan kriminal menjadi salah satu kunci yang berkaitan dengan apa itu Ripley syndrome. Dalam perjalanan hidupnya, seorang penderita Ripley syndrome berisiko tinggi untuk berbuat kriminal dan mendekam di penjara. Bukan hanya itu, Ripley syndrome juga bisa mengakibatkan konsekuensi atau komplikasi sebagai berikut:

  • Kekerasan terhadap pasangan, kekerasan terhadap anak atau penelantaran anak
  • Masalah dengan alkohol atau obat-obatan
  • Melakukan pembunuhan atau bunuh diri
  • Status sosial dan ekonomi rendah serta menjadi gelandangan
  • Memiliki gangguan mental lain seperti depresi atau kecemasan
  • Kematian dini akibat kekerasan, keinginan bunuh diri atau tindakan impulsifnya

Pengobatan

Setelah mendapat gambaran tentang apa itu Ripley syndrome, kamu mungkin bertanya-tanya apakah ada obat untuk menyembuhkan penderita gangguan tersebut. Sayangnya, sejauh ini tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penderita Ripley syndrome. Namun, mereka bisa melakukan sejumlah perawatan untuk mengurangi gejala-gejala tersebut.

Di antaranya adalah:

  • Cognitive behavioral therapy (CBT) atau Mentalisation-based therapy (MBT): terapi berbicara untuk membantu mengubah cara berpikir dan berperilaku
  • Democratic therapeutic communities (DTC): terapi sosial yang bertujuan untuk menunjukkan risiko akibat melukai orang lain serta menyoroti kebutuhan emosional dan psikologis
  • Obat-obatan tertentu: Carbamazepine dan lithium untuk mengendalikan gejala seperti tindakan impulsif serta selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) untuk mengatasi kemarahan dan gejala gangguan kepribadian umum

Orang-orang dengan Ripley syndrome sangat tidak mungkin mencari bantuan secara sukarela. Mereka baru menjalani terapi setelah ada perintah dari pengadilan (sebagai akibat dari tindakan kriminalnya).

Maka dari itu, jika kamu menduga teman atau anggota keluarga mengidap gangguan ini, ajak baik-baik untuk mencari bantuan dari tenaga profesional dan tawarkan bantuan kamu. Mengingat perkembangannya yang berakar dari masa kanak-kanak, peran orang tua, guru dan dokter anak sangat penting untuk mengenali tanda-tanda awal Ripley syndrome. Mengenali tanda-tanda conduct disorder pada anak-anak bisa menjadi langkah awal pencegahan Ripley syndrome sejak dini.

Saat hari libur tiba dan bingung harus ke mana, pintu Bobobox terbuka lebar untuk memberi kamu pengalaman menginap yang asyik dan menyenangkan. Masalah kenyamanan, tidak perlu kamu ragukan lagi.

Interior podnya cukup luas dengan kasur empuk yang pasti bikin kamu betah dan bebas berleha-leha. Nggak hanya itu, Bobobox juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang seperti Bluetooth speaker, Wi-Fi, moodlamp, pantry, shared bathroom, musala, communal space hingga vending machine yang siap memenuhi kebutuhan camilan kamu.

Harganya juga terjangkau. Kamu bahkan bisa mendapatkan kesempatan menginap dengan harga promo lewat aplikasi Bobobox! Yuk, unduh aplikasinya di sini untuk informasi lebih lanjut!

Header image: @coupangplay via Instagram

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles