Membentang sepanjang 700 meter dengan lebar 100 meter, kawasan Jalan Braga menyimpan sejarah masa lalu di deretan bangunan klasik khas Belanda di sekelilingnya.
Seperti apa sih, sejarah Jalan Braga hingga kini menjadi lokasi favorit untuk sekadar jalan-jalan, foto, nongkong, belanja, hingga wisata malam? Yuk, simak lebih lanjut bareng Bob!
Sejarah Jalan Braga yang Legendaris
Sejarah Jalan Braga berkaitan erat dengan zaman pemerintahan Hindia Belanda. Di masa kolonial Belanda, Braga merupakan sebuah jalan berlumpur yang dilewati pedati.
Jalan tersebut menjadi akses penghubung antara Jalan Raya Pos (sekarang Jalan Asia Afrika) dan gedung kopi milik Andreas de Wilde.
Oleh karena itu, orang-orang pun menyebutnya sebagai Pedatiweg atau Karrenweg yang artinya jalan pedati.
Pedati-pedati tersebut mengangkut kopi hasil dari pemberlakukan cultuurstelsel (Politik Tanam Paksa pemerintah Belanda) yang berlangsung tahun 1831-1879.
Kopi, komoditas utama saat itu, harus dikirimkan ke tempat pengemasan bernama Koffie Pakhuis (gudang kopi).
Sekitar tahun 1882, Pieter Sijthoff, Asisten Residen Bandung, mengubah nama Pedatiweg menjadi Bragaweg.
Kala itu, jalannya sudah diperkeras dengan batu kali dan dipasangi lampu-lampu minyak untuk penerangan.
Asal Usul Nama Jalan Braga Bandung
Pengambilan nama Bragaweg yang berarti Jalan Braga memiliki beragam versi. Versi pertama, Braga berasal dari nama Theotila Braga, seorang penulis naskah drama yang hidup tahun 1834-1924.
Hal ini berkaitan dengan ketenaran Toneelvereeniging Braga (Perkumpulan Tonil Braga) yang didirikan pada 18 Juni 1882 oleh Pieter Sijthoff.
Ada juga yang menyebutkan bahwa nama Braga berasal dari nama minuman keras khas Rumania, yang biasanya disajikan di gedung Societeit Concordia (sekarang Gedung Merdeka) di ujung selatan Bragaweg.
Selain itu, ada juga yang mengatakan kalau nama Braga berasal dari kata “bragi”, nama dewa puisi dalam mitologi bangsa Jerman.
Versi keempat mengaitkan nama Braga dengan kata “baraga” yang berarti ‘jalan di tepi sebuah sungai’. Jalan Braga memang memanjang di tepi Sungai Cikapundung.
Ada juga versi yang menyebutkan bahwa nama Braga berasal dari kata bahasa Sunda “ngabaraga”. Kata tersebut memiliki arti bergaya, nampang, atau mejeng.
Penamaan ini berkaitan dengan Jalan Braga yang mulai dikenal sebagai pusat kota dengan banyak pertokoan untuk bergaya.
Menurut catatan sejarah Jalan Braga, sejak awal 1900-an, perkembangan di kawasan tersebut semakin pesat dengan berdirinya toko kelontong, butik, restoran, kedai kopi, toko pakaian, bioskop, hotel, bank, tempat hiburan, dan bahkan pelacuran.
Baca Juga: 5 Belantara Hutan Pinus Bandung untuk Agenda Trip Kamu Berikutnya
Menatap Jalan Braga Masa Kini
Melihat sejarah Jalan Braga, kawasan ini telah berkembang dari jalan culik menjadi ikon wisata Bandung.
Berdasarkan buku Wajah Bandoeng Tempo Doeloe karya Haryoto Kunto, di awal tahun 1800-an, Braga identik dengan nama jalan culik.
Sebutan tersebut muncul karena kondisi jalan yang masih sepi. Banyak pohon besar di sekitarnya sehingga menimbulkan kesan menakutkan.
Sejak keberadaan gudang kopi, jalur ini pun menjadi sibuk dan kesan seramnya menghilang.
Memasuki tahun 1920-an, Jalan Braga berkembang menjadi pusat fashion dan pusat barang berkelas, khususnya untuk kalangan orang kaya Eropa. Dari sinilah julukan Paris van Java bermula.
Selain itu, Jalan Braga juga konon menjadi awal mula istilah Kota Kembang muncul, tapi dengan konotasi negatif.
Hal ini berkaitan dengan banyaknya wisatawan asing yang sengaja datang ke Jalan Braga untuk melirik gadis-gadis Bandung yang terkenal cantik.
Di samping itu, Jalan Braga juga menjadi tempat favorit warga Belanda untuk kongko-kongko. Hal ini pun tak jauh beda dengan potret Jalan Braga sekarang.
Selain menjadi jalan protokol, Jalan Braga masih menjadi lokasi favorit untuk nongkrong dan menghabiskan akhir pekan, apalagi dengan adanya deretan coffee shop, restoran, hotel, hingga toko pakaian.
Namun, daya tarik utamanya adalah suasana Belanda tempo dulu yang masih terasa. Ini disebabkan bangunan-bangunan bekas kolonialnya yang kini telah beralih menjadi kafe, restoran, bank, hingga gedung pertunjukan.
Selain berhiaskan bangunan Eropa di kanan kirinya, Jalan Braga juga semakin cantik dengan kondisi trotoar yang lebar. Jalanannya pun tersusun dari batu andesit.
Keberadaan lampu jalan dengan tiangnya yang klasik, deretan batu bulat dan tempat duduk, lukisan di pinggir jalan, dan pohon-pohon tabebuya juga memperkuat kesan apiknya.
Karena suasanyanya yang Instagrammable abis, Jalan Braga juga menjadi spot favorit bagi wisatwan untuk berburu foto.
Baca Juga: 7 Street Food Bandung Dekat Bobobox Alun-Alun, Murah dan Lezat!
4 Spot Terbaik Jalan Braga
1. Bangunan Masa Lalu
Seperti halnya Kota Tua Jakarta dan Kota Lama Semarang, Jalan Braga masih mempertahankan bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial Belandanya:
- Societeit Concordia (sekarang Gedung Merdeka)
- De Vries (toko serba ada pertama di Bandung yang sejak 2010 digunakan oleh Bank OCBC NISP)
- Bank N.I. Escompto Mij
- Gedung Majestic (gedung bioskop yang kini menjadi pusat seni budaya Jabar)
- Toko busana Onderling Belang (kini Gedung Sarinah)
- Bank Denis (kini gedung BJB)
- Leger des Heils (tempat pelayanan sosial gereja Protestan yang kini menjadi Gedung LKBN Antara)
- Toko Populair
- Sin Sin Art Shop
- Centre Point (dulunya toko alas musik Naessens & Co)
- Gedung Landmark (dulunya toko buku Van Dorp dan kini menjadi gedung serbaguna dan tempat pameran)
Baca juga: Sejarah Kenapa Bandung Disebut Paris van Java
2. Braga City Walk
Kawasan wisata terpadu ini memiliki faslitas lengkap dan modern, sehingga cocok kamu jadikan tempat nongkrong, rekreasi, hingga kulineran.
Di kawasan ini, kamu akan menjumpai shopping mall atau pusat perbelanjaan yang terbilang lengkap, mulai dari outlet belanja, foodcourt, hingga bioskop.
Selain itu, kamu juga akan menjumpai hotel, pusat hiburan, hingga condominium.
Dibandingkan pusat perbelanjaan Bandung lainnya, Braga City Walk tidak begitu luas dan lokasinya agak tersembunyi, tapi masih mudah ditemukan.
3. Taman Braga
Setelah lelah jalan-jalan dan berburu foto Instagenic, Taman Braga menjadi salah satu spot terbaik untuk bersantai sambil menyaksikan lalu lalang kendaraan di sekitarnya.
Berlokasi di persimpangan Jalan Braga dan Naripan, tempat satu ini terkenal dengan ikon tulisan “Braga” dengan ukuran besar.
Selain untuk bersantai, tidak sedikit orang menjadikannya spot foto.
4. Spot Kulineran
Sama halnya seperti dulu, Jalan Braga masih menjadi salah satu spot favorit untuk menikmati beragam kuliner.
Di sisi kanan dan kiri Jalan Braga, ada banyak toko makanan dan minuman yang siap memanjakan lidah, mulai dari kedai kopi, restoran, toko roti, hingga angkringan.
Salah satu yang wajib kamu coba adalah Toko Roti Sumber Hidangan. Sejak 1929, toko bernuansa tempo dulu ini setia menawarkan aneka jenis roti, kue kering, dan es krim.
Alternatif tempat makan legendaris lainnya adalah restoran Braga Permai yang dulunya bernama Maison Bogarijen.
Buka sejak 1923, tempat ini dulunya termasuk restoran elit sebab menjadi tempat berkumpulnya orang-orang kelas atas.
Hingga kini, restoran masih beroperasi dan menawarkan menu aneka kue dan roti khas Belanda, es krim, dan makanan berat ala Eropa.
Selain kuliner legendaris, kamu juga bisa mencoba tempat makan lain seperti:
- Kopi Toko Djawa
- Braga Huis
- La Baraga Café
- Warung Ayam Penyet Ibu Tris
- Myloc Coffee & Café
- Wiki Koffie
- Roempoet
- Warung Upnormal
- Bandung Suki
- RM Jaso Bundo
- Wendy’s Braga
- Warung C’Mar
- Warung Kopi Limarasa
- Bacang Panas Braga
- Canary Bakery and Café
- Braga Art Cafe
- Ulen Sandwich
- JurnalRisa Coffee
- Kopi Magma
- Aneka warung tenda
Baca Juga: 7 Spot Wisata Murah Meriah Di Bandung: Alun Alun Bandung Sampai Taman Hutan Raya!
Lepas Lelah dengan Nyaman di Bobobox Alun-Alun Bandung
Berlokasi di Jalan Kepatihan 8, Bobobox Alun Alun Bandung memang paling pas menjadi tempat persinggahan setelah puas menjelajahi Jalan Braga.
Hotel kapsul satu ini memiliki interior pod yang luas plus kasur empuk yang pasti bikin kamu nyaman.
Bukan cuma itu, Bobobox juga dilengkapi dengan fitur moodlamp untuk pengaturan kecerahan dan pemilihan warna lampu di dalam pod.
Tidur pun bisa semakin nyenyak karena pencahayaannya bisa kamu sesuaikan dengan kenyamanan dan keinginan kamu.
Dapatkan penginapan terbaik, kualitas ekslusif, dan harga terjangkau hanya di Bobobox. Untuk reservasi dan informasi lebih lanjut, yuk unduh dulu aplikasinya!
Foto utama oleh: Michael Stevanus Hartono via Unsplash