Sebagai orang yang tinggal di negara bericincin api, kamu mungkin sudah mengenal apa itu gunung api aktif, yakni gunung yang sudah dan masih melakukan aktivitas fisik seperti meletus dan mengeluarkan lahar dan magma. Selain jenis aktif, gunung api juga diklasifikasikan ke dalam dua jenis lainnya, yaitu punah dan dorman atau tidur. Dari namanya, kamu pasti sudah paham bahwa gunung punah dianggap tidak akan bererupsi lagi.
Sementara itu, gunung berapi dorman bisa diartikan sebagai gunung yang sudah lama tidak erupsi namun diperkirakan akan bererupsi lagi tanpa ada kepastian waktu. Dalam kasus ini, tidak ada yang tahu berapa lama gunung api dorman akan tertidur, bisa puluhan, ratusan atau bahkan ribuan tahun. Karenanya, penentuan batas tahun tidurnya pun menjadi perdebatan di kalangan vulkanolog. Sebagian menggolongkan gunung yang belum erupsi dengan batas maksimal 10.000 tahun sebagai gunung api dorman.
Dari ribuan gunung berapi dorman di berbagai negara, berikut ini adalah 16 yang paling dikenal. Yuk intip informasinya!
16 Gunung Berapi Dorman di Seluruh Dunia
1. Gunung Api Dorman Mauna Kea, Amerika Serikat

Sumber: @alexeckermann via Unsplash
Mauna Kea merupakan gunung tertinggi dari lima gunung api di Big Island, Hawaii sekaligus tertinggi di dunia jika dihitung dari kaki hingga puncak. Dari atas permukaan laut, Mauna Kea hanya memiliki tinggi 4.205 meter sementara tinggi Everest sebagai puncak tertinggi dunia mencapai 8.848 meter. Berbeda dengan Everest yang kakinya berada di atas tanah, kaki Mauna Kea berada di kedalaman 6.000 meter sehingga tinggi keseluruhannya mencapai sekitar 10.210 meter.
Erupsi terakhir dari Mauna Kea diperkirakan terjadi sekitar 4.600 tahun yang lalu. Meski begitu, gunung ini termasuk ke dalam kategori gunung api dorman. Karenanya, gunung ini memiliki kemungkinan untuk terbangun dan meletus suatu hari nanti terutama jika gempa bumi terjadi di kawasan tersebut.
Baca Juga: Tidak Hanya Bogor, Ini Dia Kota-Kota Di Dunia Yang Dijuluki Sebagai Kota Hujan
2. Gunung Api Sete Cidades, Portugis

Sumber: @gaetanbe via Unsplash
Gunung berapi dorman Sete Cidades berlokasi di bagian paling barat Pulau São Miguel, Portugis. Gunung satu ini memiliki kaldera puncak selebar 5 km dengan kedalaman 457 meter yang diisi oleh Danau Hijau dan Biru. Kedua danau tersebut menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan karena perbedaan warnanya yang memukau.
Dengan ketinggian mencapai 856 meter, Sete Cidades diperkirakan telah erupsi sebanyak delapan kali sejak abad ke-15 (sekitar tahun 1444). Letusan keluar dari kaldera serta saluran bawah laut di dekat pesisir barat. Erupsi terakhirnya diketahui terjadi pada tahun 1880 juga dari saluran bawah laut.
3. Gunung Api Teide, Spanyol

Sumber: @marekpiwnicki via Unsplash
Berlokasi di Kepulauan Canary, Gunung Teide merupakan puncak tertinggi Spanyol sekaligus gunung api terbesar ketiga di dunia. Jika dihitung dari lantai samudra, tinggi Gunung Teide mencapai 7.498 meter, menjadikannya gunung api tertinggi keempat di dunia. Berstatus sebagai gunung api dorman, erupsi terakhir terjadi pada 18 November, 1909 di saluran El Chinyero. Erupsi ini terjadi secara tiba-tiba dan para peneliti berpendapat hal ini akan terulang kembali.
Sementara itu, erupsi dari puncak terakhir terjadi 850 Anno Domini. Saat itu, gunung mengeluarkan lava hitam yang kini menutupi gunug tersebut. Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi menjadikannya salah satu dari 16 Gunung Api Dekade Ini yang diawasi dengan ketat karena riwayat erupsi serta kedekatannya pada area dengan populasi besar.
4. Gunung Ararat, Turki

Sumber: @danborn via Unsplash
Dengan ketinggian 5.137 meter, Gunung Ararat menjadi puncak tertinggi di Turki. Gunung ini terdiri dari dua puncak berlapis salju yang terpisah sejauh 11 km. Berdasarkan Alkitab, Gunung Ararat juga dipercaya menjadi lokasi mendaratnya Bahtera Nuh.
Sejumlah orang bahkan mengaku telah menemukan berbagai potongan bahtera di lereng gunung. Erupsi terbesar Ararat diperkirakan terjadi sekitar 10.000 tahun yang lalu. Sementara itu, erupsi teranyarnya berlangsung pada tahun 2 Juli, 1840. Erupsi tersebut diakibatkan sebuah gempa bumi besar yang juga menyebabkan longsor.
5. Gunung Solfatara, Italia
Solfatara merupakan gunung berkawah dangkal yang menjadi bagian dari kawasan supervolcano Campi Flegrei. Meski dianggap dorman, Solfatara masih mengeluarkan semburan uap dengan asap belerang melalui banyaknya fumarol di lantai gunung tersebut.
Gunung berapi dorman ini diperkirakan terbentuk sekitar 4.000 tahun lalu dan erupsi terakhirnya terjadi pada tahun 1198. Erupsi tersebut kemungkinan berupa letusan freatik, yaitu keluarnya magma akibat pengaruh uap yang disebabkan oleh sentuhan air dengan magma baik secara langsung ataupun tidak.
6. Gunung Hood, Amerika Serikat

Sumber: @sean_estergaard via Unsplash
Dengan ketinggian mencapai 3.426 meter, Gunung Hood menjadi puncak tertinggi serta gunung yang paling mungkin meletus di Oregon. Gunung yang pertama kali ditemukan oleh penjelajah Eropa pada tahun 1792 ini termasuk dorman dan terakhir kali meletus sekitar tahun 1865-66.
Pada 1903, Gunung Hood sempat mengeluarkan uap serta abu (tefra) berskala kecil. Banjir glasial, aliran debris, dan gempa bumi juga kerap terjadi di sana. Namun, hal tersebut tidak cukup untuk dianggap sebagai situasi yang mengkhawatirkan. Meski begitu, pada tahun 2006 lalu, seorang vulkanolog bersama Survei Geologi Amerka Serikat melabeli Gunung Hood sebagai gunung api paling berbahaya keempat di negara tersebut.
7. Gunung Agua de Pau, Portugis
Agua de Pau merupakan gunung api dorman yang terletak di Pulau São Miguel. Sebuah kaldera terbentuk sekitar 15.000 tahun lalu dan diisi oleh Danau Lagoa do Fogo. Erupsi terakhirnya diperkirakan terjadi pada tahun 1563-644. Selama erupsi tersebut, Danau Lagoa do Fogo terbentuk sebagai akibat dari hancurnya kaldera Agua de Pau. Selain itu, pada 1988, Agua de Pau terdeteksi menunjukkan sejumlah aktivitas gempa bumi kecil dan getaran harmonik lemah.
Baca Juga: Jarang Terdengar, Ini Dia 5 Pulau Terpencil di Dunia
8. Gunung Rainier, Amerika Serikat

Sumber: Intricate Explorer via Unsplash
Pemandangan indah di Gunung Rainier ternyata menyimpan bahaya besar. Gunung yang dorman sejak erupsi terakhirnya pada 1894 ini merupakan gunung dengan kandungan es gletser terbanyak dibandingkan gunung-gunung lain di Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran saat gunung tersebut terbangun ditambah dengan banyaknya warga yang tinggal di dekat gunung tersebut. Karena itu, gunung juga termasuk ke dalam Gunung Api Dekade Ini.
9. Gunung Shasta, Amerika Serikat

Sumber: Marco Bicca via Unsplash
Dikenal sebagai puncak tertinggi kelima di California, Gunung Shasta memiliki empat kerucut yang terbentuk lebih dari 600.000 tahun lalu. Berrdasarkan catatan erupsi selama 10.000 tahun terakhir, satu letusan biasanya terjadi setiap 600-800 tahun di gunung Shasta. Letusan terakhirnya diyakini terjadi pada tahun 1786 berdasarkan informasi dari seorang penjelajah Prancis. Letusan di masa mendatang diperkirakan akan menyemburkan abu, aliran lava, dan arus piroklastik. Hal tersebut dapat membahayakan infrastruktur yang berdiri dalam jarak puluhan km dari gunung.
10. Gunung Kilimanjaro, Tanzania

Sumber: @sickle via Unsplash
Gunung Kilimanjaro memiliki tiga kerucut yaitu Mawenzi, Shira dan Kibo. Mawenzi dan Shira sendiri dianggap sudah punah sementara Kibo merupakan puncak tertinggi di antara ketiganya dan terbilang dorman. Para peneliti memperkirakan bahwa erupsi terakhirnya terjadi sekitar 360.000 tahun lalu. Meski tidak ada erupsi besar dalam kurun waktu belakangan ini, peneliti mendapati adanya aktivitas di gunung tersebut, contohnya emisi gas belerang dari fumarol. Selain itu, pada 2003, peneliti juga melaporkan adanya aliran magma cair 400 meter di bawah puncak Kilimanjaro.
Baca Juga: Pertama Kali Naik Gunung? Jangan Lupa Bawa 6 Perlengkapan Mendaki Gunung Untuk Pemula Ini Ya!
11. Gunung Sinabung, Sumatera Utara

Photo: Amir Hamzah via Unsplash
Kalau kamu pernah dengar berita tentang awan panas di Sumatera Utara, penyebabnya adalah Gunung Sinabung di Kabupaten Karo.
Gunung api ini punya tinggi sekitar 2.460 meter. Sebelum tahun 2010, Sinabung dianggap gunung api dorman karena nggak pernah meletus selama lebih dari 400 tahun. Catatan terakhir menunjukkan letusan terjadi pada tahun 1600-an, sebelum akhirnya bangun dari tidur panjangnya pada bulan Agustus 2010.
Muntahan abu, lahar, dan lava pijar akibat letusan Gunung Sinabung membuat banyak desa di sekitarnya harus dievakuasi. Sejak saat itu, Sinabung beberapa kali meletus lagi hingga tahun 2021, dan perlahan-lahan akhirnya aktivitasnya pun mereda.
Meski kini relatif tenang, statusnya tetap perlu diwaspadai karena termasuk gunung berapi yang bisa bangun sewaktu-waktu.
12. Supervolcano Toba, Sumatera Utara
Masih di provinsi yang sama dengan gunung berapi sebelumnya, ada satu nama yang mungkin sudah kamu kenal: Supervolcano Toba. Ya, Danau Toba yang indah itu sebenarnya terbentuk dari letusan gunung api super dahsyat sekitar 74.000 tahun lalu.
Bayangkan, letusan Toba saat itu bahkan dianggap sebagai salah satu peristiwa vulkanik terbesar dalam sejarah Bumi! Abu dari letusannya tercatat mencapai India dan Afrika hingga memengaruhi iklim global selama bertahun-tahun.
Sejak saat itu, Toba nggak pernah meletus lagi, jadi bisa dibilang sudah dorman selama puluhan ribu tahun. Namun, penelitian menunjukkan bahwa di bawah permukaan Danau Toba masih ada aktivitas magma yang lemah.
13. Gunung Sumbing, Jawa Tengah

Photo: Unsplash
Bergeser ke Jawa Tengah, ada Gunung Sumbing yang menjulang setinggi 3.371 meter dan berdampingan dengan Gunung Sindoro.
Gunung Sumbing tergolong gunung api di Indonesia yang dorman, dengan letusan terakhir tercatat pada tahun 1730. Meski sudah lama nggak ada aktivitas vulkanik, bentuk kerucutnya yang sempurna dan kawah di puncaknya menunjukkan bahwa gunung ini dulunya sangat aktif.
Sekarang, Sumbing lebih populer sebagai tujuan pendakian. Jalur pendakiannya menantang, tapi pemandangannya luar biasa. Kamu bisa melihat hamparan ladang tembakau di lereng dan lautan awan dari puncak.
Walau statusnya dorman, banyak ahli vulkanologi tetap memantau aktivitasnya. Siapa tahu, gunung ini suatu hari kembali aktif, kan?
14. Gunung Merbabu, Jawa Tengah

Photo: Dan Gilmour via Unsplash
Di dekat Sumbing, Gunung Merbabu berdiri megah dengan ketinggian 3.145 meter. Gunung ini terkenal di kalangan para hiker karena pemandangannya yang hijau dan jalur pendakian yang relatif ramah. Dari puncak Merbabu, kamu bisa melihat panorama luar biasa termasuk pemandangan langsung ke arah Merapi.
Eits, jangan salah sangka dulu; Merbabu dulunya juga gunung berapi aktif. Letusan terakhirnya terjadi sekitar tahun 1560. Setelah itu, gunung api di Indonesia satu ini memasuki tidur panjang dan kini dikategorikan sebagai gunung api dorman.
15. Gunung Teon, Maluku
Pindah ke bagian timur Indonesia, ada Gunung Teon di Kepulauan Maluku. Gunung ini berada di Pulau Teon, salah satu pulau kecil yang terpencil di Laut Banda.
Meski kurang terkenal dibandingkan gunung-gunung di Pulau Jawa, Teon punya sejarah vulkanik yang cukup aktif di masa lalu. Letusan terakhir tercatat sekitar tahun 1900-an awal, dan sejak saat itu gunung ini diam membisu.
Gunung Teon memiliki bentuk kerucut yang menawan dengan puncak berkabut dan lereng curam yang langsung menghadap laut. Karena letaknya yang jauh dari kota besar, gunung ini jarang didaki.
Namun, beda cerita bagi para peneliti gunung api di Indonesia. Justru, gunung ini merupakan lokasi menarik untuk mempelajari aktivitas vulkanik di kawasan timur Indonesia yang masih sangat aktif secara tektonik.
16. Gunung Lawu, Jawa Tengah
Bicara soal gunung berapi di Indonesia yang menarik dari segi geologis dan kisah spiritual, tentu kita nggak bisa melupakan Gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Timur.
Menurut catatan, aktivitas terakhir gunung api dengan ketinggian 3.265 meter ini terjadi sekitar tahun 1885. Sampai sekarang pun masih belum ada tanda-tanda aktivitas yang berarti.
Kini, Lawu menjadi salah satu gunung api favorit pendaki karena punya jalur yang rapi, udara sejuk, dan spot camping yang indah seperti Hargo Dumilah. Selain hiking, banyak orang datang ke Lawu untuk berziarah atau mencari ketenangan batin.
Bobocabin: Teman Setia Petualangan Gunung Api di Indonesia

Photo: Bobobox Internal Asset
Selain gunung api dorman di atas, ada juga gunung berapi yang tak kalah legendaris karena menantang untuk para pencari adrenalin: Gunung Rinjani. Tertarik mendakinya? Kamu bisa nginap di Bobocabin Gunung Rinjani, Lombok!
Bobocabin Gunung Rinjani punya paket hiking yang lengkap dan praktis buat kamu hiker mahir. Memangnya, ada apa aja, sih?
Untuk durasi mendaki 2-4 hari, kamu akan mendapatkan layanan pemandu berpengalaman, porter buat membawa barang selama hiking, transportasi dari dan ke bandara, perlengkapan camping, konsumsi, minuman free flow, dan asuransi. Harganya juga sudah include tiket masuk pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani, lho!

Photo: Bobobox Internal Asset
Setelah hiking, kamu bisa istirahat di Bobocabin karena ada Cabin yang nyaman. Tiap Cabin sudah dilengkapi Smart Window yang menghadap gunung di dekat tempat tidur, dan kamu bisa buramkan kapan pun kamu ingin istirahat lewat B-Pad. Selain itu, ada juga perlengkapan menyeduh teh dan toiletries di kamar mandi.
Kalau pengen mengisi waktu dengan kegiatan selain rebahan, kamu bisa hubungi Host untuk menyewa kartu Uno, Tentang Kita, papan congklak, peralatan melukis, dan berbagai fasilitas seru lainnya dalam daftar ini. Mau santai-santai di tepi api unggun? Cukup minta Host bantu nyalakan apinya.
Bagaimana, kamu percaya diri dengan pengalaman dan skill hiking-mu? Yuk, coba uji sambil staycation di Bobocabin Gunung Rinjani, Lombok! Untuk mendapatkan harga Cabin lebih hemat dengan promo eksklusif, jangan lupa download aplikasi Bobobox dan pesan lewat sana, ya!
Featured Photo: Amir Hamzah via Unsplash
