Wabah virus corona tipe baru atau yang sekarang dikenal dengan nama COVID-19 telah menyebar ke banyak negara. Jumlah korban yang terinfeksi virus ini pun sudah mencapai sekitar 141.000 kasus.
Virus corona menyerang sistem pernapasan sehingga orang-orang yang terinfeksi virus ini dapat mengalami gangguan pada sistem pernapasan, pneumonia akut, bahkan kematian.
Virus yang pertama kali merebak di kota Wuhan, Tiongkok, ini dapat menyerang siapa saja termasuk bayi, anak-anak, orang dewasa, ibu hamil, ibu menyusui hingga lansia.
Sejauh ini, dari total kasus yang terinfeksi virus tersebut, sekitar 71.000 orang dilaporkan kembali pulih sementara kurang lebih 5.300 orang dinyatakan meninggal.
Infeksi yang disebabkan oleh virus ini tentu menimbulkan gejala-gejala tertentu pada pasien yang sudah terinfeksi.
Virus corona umumnya akan menyebabkan infeksi pernapasan ringan, misalnya gejala flu. Maka dari itu, orang-orang yang terinfeksi virus ini akan menunjukkan tanda-tanda seperti hidung berair atau meler, sakit kepala, batuk, nyeri tenggorokan, dan demam.
Di sisi lain, virus ini juga dapat menyebabkan infeksi pernapasan berat yang ditandai dengan demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, serta nyeri dada.
Namun, dari semua gejala yang disebutkan di atas, ada tiga gejala umum yang menandakan bahwa seseorang telah teriveksi virus corona COVID-19, yakni demam, batuk kering, dan sesak napas.
Berdasarkan penelitian, gejala-gejala tersebut akan muncul dalam waktu dua sampai 14 hari setelah terinfeksi virus COVID-19.
Lalu, sebenarnya apa sih yang terjadi pada tubuh kamu jika kamu terinfeksi virus corona COVID-19 ini?
Simak informasinya berikut ini, yuk!
Infeksi Virus Pada Paru-Paru
COVID-19 akan menyebar melalui percikan atau tetesan cairan dalam udara yang berasal dari batuk atau bersin yang kemudian dapat terhirup atau mengenai orang-orang sekitar dalam jarak dekat melalui hidung, mulut atau mata.
Virus kemudian memasuki rongga hidung dan membran mukosa di beakang tenggorokan. Virus kemudian menempelkan diri pada reseptor dalam sel pernapasan.
Setelah itu materi genetik virus akan membajak metabolisme sel untuk menghasilkan lebih banyak virus tersebut.
Dengan jumlah virus yang terus membeludak, maka virus-virus tersebut pun mulai menginfeksi sel-sel di sekitarnya.
Saat ini terjadi, orang yang terinfeksi virus mulai menunjukkan gejala sakit tenggorokan dibarengi dengan batuk kering.
Virus kemudian akan memasuki tabung bronchial dan saat mencapai paru-paru, membran mukosanya akan membengkak.
Pembengkakan ini akan merusak kantung udara atau alveolus dan karenanya kantung-kantung tersebut harus bekerja esktra untuk memasok oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida.
Selain itu, akibat pembengkakan tersebut, aliran oksigen pun akan terhambat karena paru-paru mengalami kesulitan dalam mentransfer oksigen ke dalam darah.
Dengan adanya pembengkakan sekaligus terhambatnya aliran oksigen, paru-paru dapat dengan cepat terisi oleh cairan serta sel-sel yang sudah mati.
Di fase ini, orang yang terinfeksi virus corona kemungkinan mengalami pneumonia. Demam tinggi dan sesak napas pun terjadi sehingga pasien akan merasakan sensasi seperti sedang tenggelam.
Akibatnya, pasien yang mengalami kesulitan dalam bernapas harus menggunakan ventilator atau alat bantu napas.
Namun, jika kasusnya sudah sangat parah, pasien yang terinfeksi virus kemungkinan akan meninggal karena paru-parunya sudah dipenuhi terlalu banyak cairan dan alat bantu apapun tidak dapat berbuat apa-apa.
Rusaknya Paru-Paru Karena Terinfeksi Virus
Hasil CT scan dan juga rontgen para pasien yang terinfeksi virus COVID-19 menunjukkan bahwa kondisi paru-paru para pasien sangatlah buruk.
Dalam foto hasil CT scan dan rontgen, diperlihatkan bahwa ada banyak bercak putih dalam paru-paru pasien akibat digerogoti oleh virus tersebut.
Kelainan itu dikenal dengan nama ground glass opacity atau adanya cairan di ruang-ruang dalam paru-paru.
Selain itu, kelainan tersebut juga terjadi pada pasien yang terinfeksi virus penyebab SARS dan MERS.
Kondisi tersebut akan terlihat semakin jelas jika dilakukan pemindaian lanjutan karena cairan dalam ruang paru-paru tersebut pun akan semakin terlihat dari waktu ke waktu.
Maka dari itu, para peneliti berpendapat bahwa metode scanning ini lebih efektif dibandingkan dengan tes laboratorium untuk mendiagnosis COVID-19 di tahap awal.
Degan begitu, diagnosis COVID-19 akan lebih cepat dan pencegahan terhadap pasien yang terinfeksi virus dapat dilakukan sejak dini.
Infeksi Pada Organ Lainnya
Meskipun jarang terjadi, orang yang terinfeksi virus COVID-19 juga dilaporkan mengalami gejala gastrointestinal seperti mual atau diare.
Hal ini terdeteksi karena adalanya peneliti yang melaporkan telah menemukan virus COVID-19 pada sampel tinja.
Lalu, bagaimana bisa virus COVID-19 mengganggu sistem pencernaan?
Sama halnya saat menginfeksi sistem pernapasan, virus akan mencari reseptor pada sel yang sesuai dengan virus tersebut.
Menurut Anna Suk-Fong Lok, seorang asisten dekan untuk penelitian klinis di University of Michigan Medical School, meskipun beberapa virus memiliki sifat pemilih, sebagian dapat dengan bebas memilih berbagai tipe sel.
Berkaca dari virus SARS dan MERS, kedua virus tersebut dapat mengakses sel yang melapisi usus besar dan kecil lalu menginfeksinya.
Infeksi tersebut kemudian memicu timbulnya kerusakan atau kebocoran cairan yang mengakibatkan diare.
Meski belum ada bukti jelas apakah COVID-19 melakukan hal yang sama seperti SARS dan MERS, para peneliti meyakini bahwa COVID-19 menggunakan reseptor yang sama dengan SARS yang mana dapat ditemukan di paru-paru dan usus kecil.
Selain mengganggu sistem pencernaan, orang yang terinfeksi virus COVID-19 juga mungkin mengalami gangguan pada jantung dan pembuluh darah.
Sebagaimana Bob jelaskan sebelumnya, virus ini menyebabkan terhambatnya aliran oksigen ke dalam darah.
Hal itu mengakibatkan kurangnya darah yang masuk ke dalam jaringan tubuh sehingga menyebabkan irama jantung menjadi tidak teratur atau tekanan darah.
Meski begitu, belum ada indikasi jelas yang menunjukkan bahwa COVID-19 akan merusak jantung.
Selanjutnya, hati dan ginjal juga diyakini akan terdampak jika seseorang terinfeksi virus COVID-19 ini.
Terhambatnya aliran darah karena hanya sedikit oksigen yang disalurkan dapat merusak funsi ginjal.
Teori ini masih berhubungan dengan penelitian mengenai virus corona yang menyebabkan SAR di mana penderitanya mengalami cedera ginjal akut.
Bobobox
Agar sistem imunitas kamu tetap terjaga, jangan lupa untuk selalu tidur dan istirahat dengan cukup. Kalau kamu ingin merasakan sensasi tidur yang berbeda dari biasanya, coba saja menginap di Bobobox.
Hotel kapsul berlogo koala ini menawarkan akomodasi nyaman, minimalis, dan futuristik. Kamu bisa datang sendirian dan menginap di single podnya Bobobox.
Atau, agar lebih asyik, ajak saja teman kamu dan book kamar double pod yang lebih luas untuk mengakomodasi kamu dan teman kamu.
Manfaatkan fitur pengaturan cahaya agar mood kamu semakin meningkat dan jangan lupa berfoto dengan latar cahaya yang membuat foto kamu semakin kece.
Yuk segera unduh aplikasi Bobobox di Google Play atau App Store. Selain memudahkan kamu dalam proses booking, kamu pun akan memperoleh kunci akses pod dalam bentuk QR code untuk bisa memasuki kamar kamu.
Jangan lewatkan promo dan giveaway menarik dari Bobobox dan dapatkan kesempatan menginap yang tak terlupakan.