Berencana ingin melancong ke Tana Toraja? Bob saranin nih, kamu harus masukan destinasi wisata ini ke bucket list kamu nih. Pasalnya, Tana Toraja begitu terkenal dengan budaya tradisionalnya yang unik, di antaranya kebiasaan masyarakat lokalnya yang begitu mengagungkan peristiwa kematian. Karena masyarakat Toraja percaya jika ritual untuk merayakan kehidupan atau kematian dapat menjaga kekuatan tanah dan rakyatnya. Satu dari beberapa ritual khasnya adalah Ritual Ma’nene.
Toraja memang dikenal dengan upacara kematian yang berlangsung berhari-hari dan biasanya diadakan setelah musim panen selesai. Ritual penguburan pun biasanya jenazah tidak langsung dikubur, bahkan bisa ditunda hingga berbulan-bulan dan bertahun-tahun. Tidak heran kan jika Tana Toraja menjadi destinasi wisata favorit, karena budayanya yang unik dan masih dipertahankan hingga kini. Ritual ma’nene sendiri – sebagai salah satu ritual kematian unik di Tana Toraja – diadakan setiap tiga tahun sekali di beberapa lokasi Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan.
Menelisik Ritual Ma’nene
Dalam ritual ma’nene, kamu akan menemukan ratusan jenazah yang diawetkan dan dimakamkan di dalam patane – kuburan khas Toraja – dibuka kembali. Karena sebelumnya telah diawetkan, jangan heran jika jenazah yang dibuka kembali terlihat utuh. Ritual ma’nene tidak lengkap jika tidak dipandu oleh tetua adat yang disebut dengan Ne’Tomina Lumba.
Ne’Tomina Lumba adalah gelar adat yang diberi oleh tetua kampung tersebut, bisa dianggap pula sebagai orang dituakan yang berperan layaknya imam. Ne’Tomina Lumba memimpin doa dan meminta izin kepada leluhur agar mendapat berkah dalam Bahasa Toraja sebelum membuka peti jenazah. Setelah itu, Ma’nene dilakukan oleh pihak keluarga dengan memandikan jenazah leluhur. Uniknya, proses memandikan jenazah yang berusia ratusan tahun tersebut menggunakan kuas.
Setelah selesai dimandikan oleh keluarga atau kerabat – jenazah yang sebelumnya sudah mengenakan pakaian – akan dipakaikan pakaian yang baru. Sebelum ditutup kembali ke dalam patane seperti semula, jenazah perlu dikeringkan dengan cara dijemur terlebih dahulu agar jenazah tetap awet. Biasanya proses untuk memakaikan pakaian kepada jenazah nenek moyag membutuhkan waktu hingga 30 menit.
Ritual Ma’nene Dalam Kacamata Masyarakat Lokal dan Tujuan Ma’nene
Mengutip National Geographic Indonesia, Pieter Rayub – selaku tokoh masyarakat Lembang Poton sekaligus keluarga pelaksana ritual Ma’nene – mengatakan jika ritual ini dilakukan agar keluarga yang sedang merantau dapat datang kembali dan menjenguk orang tua atau Nene To’dolo. Ritual ini pun dapat mempererat hubungan keluarga yang di perantauan dengan orang tua yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Ritual Ma’nene diadakan biasanya sebelum musim tanam atau seusai memotong padi. Jadi, tidak heran jika hasil panen padi biasanya akan disisihkan untuk digunakan pada prosesi tersebut.
Seusai ritual selesai, biasanya masyarakat yang terlibat dalam upacara tersebut akan berkumpul dan makan bersama. Makanan yang disajikan pun merupakan hasil dari sumbangan setiap keluarga yang juga seorang keturunan dari leluhur yang melakukan kegiatan Ma’nene. Unik ya? Ragam budaya yang ada di Indonesia takkan ada habisnya untuk di bahas. Kamu sendiri pernah coba bertandang ke Tana Toraja dan merasakan langsung kehidupan kampung wisata di sana?
Kalau bahas soal wisata nih, sudah tahu belum kalau ada hotel kapsul super nyaman yang bisa kamu singgahi saat melancong ke Bandung? Bobobox bisa menjadi solusi untuk menginap nyaman, pengalaman baru menginap di hotel canggih, sekaligus hemat. Loh, Cuma di Bandung aja nih? Jangan sedih, Bobobox kini sudah ada di Jakarta. Untuk info lebih lanjut, kunjungi bobobox.id. Supaya lebih praktis lagi, kamu juga bisa pesan pod melalui aplikasi bobobox yang tersedia di Apple Store dan Play Store. Yuk, unduh aplikasinya dan Bob tunggu kamu di Bobobox!
Foto utama oleh: Indonesia Kaya