Peran Sutradara Film Perempuan Dalam Industri Perfilman Indonesia
Kian hari, sutradara-sutradara visioner dan berbakat ikut ambil andil dalam mengharumkan nama perfilman Indonesia baik di dalam negeri maupun mancanegara. Negara kita yang luas dan multikultural juga memberikan para orang-orang kreatif ini banyak kesempatan untuk bisa mengarang cerita dengan berbagai perspektif yang beragam. Nama-nama seperti Joko Anwar, Timo Tjahjanto sampai Riri Riza terkenal atas karyanya yang disorot oleh berbagai festival film internasional ternama.
Meskipun begitu, industri perfilman, terutama di Indonesia, masih nampaknya didominasi oleh laki-laki. Namun, sutradara-sutradara film perempuan tetap bisa membuktikan bahwa mereka juga layak untuk berdiri dalam podium yang sama dengan karya mereka. Selain pengemasan yang unik, sutradara film perempuan di Indonesia menyajikan perspektif yang lebih segar pada mata penonton. Mereka berhasil untuk menciptakan suatu cerita yang tidak hanya inklusif, tapi juga interseksional dan membahas banyak hal yang selama ini terlewat oleh sineas lainnya. Masih dalam semangat International Women’s Day 2021, yuk ikut Bob membahas film-film Indonesia keren yang disutradarai oleh perempuan!
Film Berikut Dibuat Oleh Para Sutradara Film Perempuan Indonesia Lho, Pernah Nonton?
Realita, Cinta dan Rock’n Roll
Film pertama dalam list-nya Bob adalah “Realita Cinta dan Rock ‘n Roll” yang disutradarai oleh sutradara film perempuan Upi Avianto. Sutradara film perempuan ini juga terkenal oleh karya-karyanya lain seperti sekuel “My Stupid Boss” dan bekerjasama dengan Bumilangit Cinematic Universe untuk film tentang superhero Indonesia, Sri Asih dengan judul yang belum diketahui. Dalam film ini, sutradara film perempuan Upi Avianto bercerita tentang dua sahabat, Nugi dan Ipang, dan petualangan coming-of-age mereka.
Arisan!
Di sini siapa sih yang belum pernah nonton “Arisan!”? Karya oleh sutradara film perempuan Nia Dinata ini termasuk salah satu karya sinema terbaik dan cukup kontroversial pada masanya. Di tahun 2003, Nia Dinata dengan berani mengangkat isu-isu yang mungkin dianggap tabu seperti orientasi seksual dan juga satir-satir lainnya. Berkat keberaniannya, sutradara film perempuan ini membuat “Arisan!” mengantongi 5 piala penghargaan, mulai dari kategori film terbaik, sampai kategori aktor dan aktris pendukung terbaik di Festival Film Indonesia tahun 2004. “Arisan!” juga mendapatkan nominasi dari seluruh kategori penghargaan pada festival tersebut.
Kuldesak
“Kuldesak” merupakan karya ansambel dari banyak sutradara indonesia, salah satunya sutradara film perempuan Mira Lesmana. Dalam film ini, Mira bersama Riri Riza, Nan Achnas dan Rizal Mantovani juga para sineas, aktor dan kru muda memproduksi sebuah karya drama komedi hitam pada tahun 1998 dan ditayangkan pertama kali di International Film Festival, Rotterdam, setahun kemudian. Film yang mengisahkan tentang anak-anak muda Jakarta dan lika-liku kehidupan getir di ibukota ini berhasil membuat mereka mendapatkan nominasi untuk Silver Screen Award – Best Asian Feature Film dalam Singapore International Film Festival tahun 1999.
Minggu Pagi di Victoria Park
Sutradara film perempuan selanjutnya, Lola Amaria, kian mengharum namanya dengan “Minggu Pagi di Victoria Park”. Film yang dibintangi dengan Lola Amaria,Titi Sjuman dan Donny Alamsyah ini bercerita tentang kehidupan seorang TKW asal Indonesia, Mayang, yang pergi ke Hongkong, dan juga kisahnya selama berada di sana. Lewat arahan sutradara film perempuan ini, Titi Sjuman dinobatkan sebagai pemenang Pemeran Utama Wanita Terbaik versi Indonesian Movie Awards tahun 2011 dan editor dari film tersebut, Aline Jusria, memenangkan Piala Citra.
Perempuan Punya Cerita
“Perempuan Punya Cerita” merupakan salah satu karya antologi terbaik pada masanya karena berhasil mengangkat isu perempuan ini dibuat oleh empat sutradara film perempuan Indonesia, yaitu Upi Avianto, Nia Dinata, Fatimah Rony dan Lasja Fauzia Susatyo. Dalam film yang ditulis oleh Melissa Karim dan Vivian Idris ini, kita bisa menyaksikan empat segmen cerita dari perspektif berbagai perempuan. Keempat segmen tersebut menceritakan tentang struggle dari empat perempuan berbeda di berbagai daerah di Indonesia dengan benang merah yang sama.
Dua Garis Biru
Karya dari sutradara film perempuan selanjutnya datang dari Gina S. Noer, “Dua Garis Biru”. Pada minggu pembukaannya, “Dua Garis Biru” menjadi film dengan popularitas yang tinggi dan ini semua mungkin berkat visi Gina yang merasa penting untuk membahas hak kesehatan seksual dan reproduksi remaja. Film yang bercerita tentang kehamilan remaja ini memicu adanya pembahasan mengenai hak kespro tersebut di masyarakat dan berhasil membuat mereka memenangkan 5 kategori penghargaan di Indonesian Movie Actors Awards 2020. Gina juga menjadi salah satu sutradara film perempuan yang masuk nominasi sutradara terbaik Festival Film Indonesia 2019.
Rectoverso
“Rectoverso” merupakan adaptasi dari novel dengan judul sama oleh Dee Lestari. Dalam adaptasinya ini, sutradara film perempuan yang terlibat adalah Marcella Zalianty, Rachel Maryam, Cathy Sharon, Olga Lydia dan Happy Salma. Para sutradara film perempuan di sini masing-masing menyutradarai 5 fragmen cerita yang berbeda. Film antologi ini berhasil diputar pada Cannes Film Festival 2013 selama tiga hari dan mendapatkan dua nominasi Piala Citra untuk kategori Artis Pendukung Terbaik dan Aktor Terbaik di tahun yang sama juga.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak
“Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak” memang diakui tidak hanya di Indonesia, tapi secara internasional, sebagai salah satu film terbaik yang menceritakan tentang perjuangan perempuan di bawah sistem patriarki yang mengakar. Sutradara film perempuan Mouly Surya dan kru filmnya patut diacungi seribu jempol karena usaha mereka mengemas cerita Marlina bagaikan sajak yang berenang di panasnya sabana Pulau Sumba menjadi suatu kesatuan yang indah dan berbahaya. Mouly Surya berhasil menjadi sutradara film perempuan yang memenangkan kategori sutradara terbaik di Piala Citra, bersamaan dengan penghargaan di kategori-kategori lainnya pada tahun 2018.
Salawaku
Karya sutradara film perempuan terakhir dalam list Bob kali ini adalah “Salawaku” yang disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Lewat “Salawaku”, kita bisa melihat indahnya pesona alam Maluku dan sekitar Pulau Seram, juga mendengarkan kisah pencarian yang dilakukan oleh Salawaku dan Saras. “Salawaku” mendapatkan banyak nominasi di Piala Citra dan memenangkan penghargaan untuk tiga kategori, salah satu diantaranya adalah kategori sinematografer terbaik.
Long Weekend Bersama Bobobox!
Long weekend ini bingung mau kemana karena bosan di rumah tapi takut untuk berada di keramaian? Staycation aman sama Bob di Bobobox saja yuk! Kamu bisa marathon film, atau bahkan males-malesan sepuasnya tanpa khawatir! Yuk download apps-nya sekarang dan dapatkan promo menarik!