Coronavirus tipe baru atau yang sekarang dikenal dengan nama COVID-19 sudah menyebar ke banyak negara dan menyebabkan ribuan jiwa terinfeksi bahkan melayang. Dengan banyaknya kasus yang terus terjadi, peran serta para dokter dan staf medis sangat dibutuhkan.
Tentunya ini merupakan sebuah tugas yang cukup berat, karena selain melakukan kontak langsung dengan para pasien, mereka pun harus bekerja tanpa henti untuk menangani banyak pasien. Akibatnya, tidak sedikit staf medis yang juga ikut terinfeksi coronavirus dan mengalami kelelahan akut sampai akhirnya meninggal.
Korban meninggal akibat virus ini terhitung mencapai lebih dari 3.000 orang, beberapa di antaranya adalah para dokter dan staf medis yang selalu siaga di garis depan. Dilansir dari The Times, setidaknya ada 18 staf medis yang dilaporkan meninggal termasuk dokter dan perawat.
Nah, berikut ini Bob sudah merangkum beberapa informasi terkait korban jiwa dari pihak staf medis dalam melawan coronavirus. Simak baik-baik ya!
Kekhawatiran Para Staf Medis
Sejauh ini sudah ada sekitar 500 staf medis yang terinfeksi coronavirus di kota Wuhan. Selain itu, sejak awal kemunculannya, lebih dari 3.000 staf medis telah terinfeksi virus tersebut di Tiongkok.
Akibatnya, sejumlah rumah sakit pun kekurangan tenaga medis seperti perawat dan dokter. Karena sifat coronavirus yang mudah menyebar, para staf medis berharap agar pemerintah memberikan perhatian lebih mengenai kasus ini.
Mereka berpendapat bahwa kurangnya alat perlindungan bagi para staf medis saat merawat pasien coronavirus serta jam kerja yang cukup panjang memudahkan penyebaran virus tersebut kepada para staf medis. Dalam kasus ini, banyak dokter menemui pasien mereka tanpa memakai masker atau pelindung tubuh yang tepat. Mirisnya, mereka terkadang harus menggunakan kembali peralatan yang sama meskipun seharusnya peralatan tersebut harus diganti secara berkala.
Selain itu, ada juga beberapa staf yang terpaksa mengenakan popok karena tidak memiliki cukup waktu dan agar mereka tidak perlu melepas pakaian pelindung supaya lebih tahan lama.
Di sisi lain, meskipun mereka sudah dibekali dengan pakaian pelindung yang lengkap, risiko kematian tetap tinggi. Hal ini bisa terjadi karena faktor kelelahan akut yang membuat daya tahan tubuh mereka lemah sehingga rentan terjangkit virus atau terkena serangan jantung akibat kelelahan.
Salah satu penyebab kelelahan itu adalah jumlah pasien yang tidak sebanding dengan jumlah para staf medis. Contohnya, ada sebuah klinik yang menerima 400 pasien dalam waktu delapan jam, yang tentunya membuat para staf kewalahan.
Meninggal Karena Kelelahan
Di tengah merebaknya coronavirus, para dokter dan staf medis bekerja tanpa kenal lelah untuk menyelamatkan ribuan pasien yang sudah terjangkit virus tersebut. Karenanya, tidak sedikit staf medis mengabaikan waktu istirahat mereka demi merawat para pasien. Namun, pengorbanan mereka ada yang harus terhenti karena kematian. Ya, setelah bekerja tanpa henti untuk melawan coronavirus, banyak dokter yang kehilangan nyawanya akibat kelelahan bekerja.
Salah satu kasus meninggalnya seorang staf medis akibat merawat pasien coronavirus adalah seorang dokter bernama Yuan Yangyang. Dilansir dari The Shanghaiist, dr. Yuan menjabat sebagai wakil kepala rumah sakit di Baofeng, Provinsi Henan.
Dr. Yuan dikabarkan meninggal pada tanggal 28 Februari di usia 36 tahun karena serangan jantung akibat dirinya bekerja terlalu berlebihan. Menurut rekannya, Yuan bekerja tanpa henti selama lebih dari 39 hari berturut-turut tanpa istirahat. Lebih menyedihkannya lagi, Yuan meninggalkan seorang istri dan dua orang anak yang masih kecil.
Selanjutnya, kasus kematian akibat kelelahan juga menimpa seorang apoteker bernama Song Yingjie yang berusis 28 tahun. Dia harus mengurusi resep-resep obat rumah sakit seorang diri sekaligus mengecek suhu di perhentian jalan raya di malam hari.
Dia bekerja sampai jam dua malam setiap malamnya di pinggir jalan dengan ditemani angin dingin. Berdasarkan informasi dari rekannya, dia sudah bekerja selama 10 hari berturut-turut. Sebagai akibatnya, dia pun ditemukan meninggal di asrama rumah sakit karena serangan jantung yang dipicu oleh kelelahan.
Wang Tucheng dan Xu Hui juga mengalami nasib yang sama setelah bekerja tanpa henti melawan coronavirus. Wang merupakan seorang dokter berumur 37 tahun sementara Xu berumur 51 tahun dan merupakan pimpinan tim pengendali virus rumah sakit. Wang meninggal akibat serangan jantung sementara Xu dikabarkan meninggal saat tertidur setelah bekerja 18 hari tanpa henti.
Meninggal Akibat Infeksi Coronavirus
Selain meninggal akibat kelelahan, para dokter dan staf medis lainnya juga rentan terkena infeksi coronavirus karena mereka harus berurusan dengan pasien secara terus menerus. Kasus meninggalnya seorang dokter akibat terinfeksi coronavirus tipe baru ini diawali oleh dr. Li Wenliang.
Li merupakan salah satu orang yang pertama kali memperingatkan adanya penyakit yang berpotensi menjadi wabah seperti saat SARS merebak di tahun 2002. Sayangnya, Li harus meninggal di awal Februari lalu setelah menjalani perawatan. Kematiannya membuat publik Tiongkok bersedih sekaligus murka karena peringatannya diabaikan oleh pemerintah.
Selanjutnya, pada 18 Februari, Liu Zhiming, Direktur Rumah Sakit Wuchang Wuhan sekaligus ahli bedah saraf juga dilaporkan meninggal akibat infeksi coronavirus Covid-19.
Dua hari berselang, dr. Peng Yinhua, seorang dokter berusia 29 tahun, harus meninggal akibat terinfeksi coronavirus. Peng menjadi dokter ke tiga yang meninggal akibat virus tersebut. Kisahnya sangat mengharukan karena dia terpaksa menunda pernikahannya karena harus berjuang di garis depan untuk memerangi coronavirus.
Peng mulai dirawat sejak 25 Januari 2020. Kemudian, pada tanggal 1 Februari, di hari pernikahannya, Peng malah harus dilarikan ke Unit Perawatan Intensif (ICU). Sayangnya, Peng pun harus mengembuskan napas terakhirnya pada pukul 21.50 tanggal 20 Februari 2020.
Selain itu, ada pula kasus dr Du Xiansheng, dokter yang terinfeksi coronavirus baru saat bekerja di Rumah Sakit Yangjiang di daerah Qiongzhong pada bulan Januari. Dokter berusia 55 tahun tersebut mengembuskan napas terakhirnya pada 23 Februari di Rumah Sakit Rakyat di ibu kota provinsi Haikou setelah kondisinya memburuk sejak 26 Januari.
Selanjutnya, kasus kematian akibat coronavirus COVID-19 juga menimpa seorang dokter bernama Xia Sisi yang bekerja di Union Jiangbei Hospital of Wuhan. Perempuan berusia 29 tahun tersebut juga meninggal di hari yang sama dengan dr. Du dan merupakan dokter gastroenterologi.
Xia sudah dirawat sejak 19 Januari kemudian pada 7 Februari, dia dipindahkan ke Zhongnan Hospital of Wuhan University karena kondisinya semakin memburuk.
Hotel Kapsul Bobobox
Istirahat yang cukup akan membantu kamu meningkatkan daya tahan tubuh agar jauh dari berbagai penyakit.
Biar kamu merasakan tidur yang nyaman, yuk coba menginap di Bobobox. Hotel kapsul yang satu ini dirancang agar memberikan kenyamanan bagi pelanggan dengan desain minimalis dan futuristik.
Banyak fitur menarik yang wajib kamu coba saat menginap di sini. Contohnya, kamu bisa memainkan pengaturan cahaya kamar agar warnanya sesuai dengan mood kamu.
Kamu pun bisa mendengarkan alunan lagu favorit kamu dengan fitue Bluetooth speaker yang tersedia di kamar kamu.
Tertarik? Yuk unduh aplikasinya dan tentukan tanggalnya sekarang juga.