Penggunaan lipstik merah yang sekarang menjadi item kecantikan populer tidak lepas dari sejarah lipstik yang panjang dan berliku.
Sebagaimana kamu tahu, lipstik merah merupakan salah satu rangkaian kecantikan yang sangat digandrungi kaum hawa di seluruh dunia.
Warnanya yang mencolok dapat membuat para wanita semakin percaya diri dengan penampilan mereka. Maka tak heran lipstik menjadi item kosmetik yang wajib dimiliki oleh wanita.
Lipstik merah sendiri menurut para sejarawan sudah ada sejak 3.500 tahun Sebelum Masehi dan dipercaya diciptakan oleh bangsa Sumeria Kuno.
Namun, sebagian yang lain meyakini bahwa lipstik diciptakan di zaman Mesir Kuno, yang mana juga digunakan oleh Cleopatra.
Berdasarkan sejarah lipstik, bahan-bahan yang digunakan pun cukup beragam yakni tumbuhan, hewan hingga yang mematikan.
Selain itu, sejarah lisptik juga mengungkapkan kesan yang berbeda di tiap zamannya, mulai dari simbol keberanian hingga dianggap rendahan sampai sekarang menjadi item kecantikan.
Lalu bagaimana perkembangan dan sejarah lipstik merah dari waktu ke waktu? Yuk simak rangkumannya berikut ini!
Sejarah Lipstik Peradaban Kuno
Sejarah lipstik tentang penggunaan serta penemuan awalnya masih simpang siur. Sebagian percaya bahwa sejarah lipstik dimulai oleh bangsa Sumeria sekitar 5.000 tahun lalu.
Mereka menggunakan lipstik berbahan batu permata yang diremukkan serta timah putih yang kemudian diaplikasikan ke wajah, terutama di bagian bibir dan mata.
Sementara itu, lisptik juga dipercaya pertama kali diciptakan dan digunakan oleh bangsa Mesir Kuno termasuk Ratu Cleopatra.
Di zaman tersebut, lipstik hanya digunakan oleh para elit bangsa Mesir Kuno baik pria maupun wanita sebagai penanda status sosial mereka.
Lipstik yang mereka gunakan menggunakan bahan-bahan seperti serangga (kumbang dan semut), bunga, tanah liat merah, lilin lebah hingga sisik ikan.
Serangga tersebut ditumbuk bersama dengan campuran zat lainnya hingga menciptakan gincu merah yang dapat diaplikasikan ke bibir. Sisik ikan ditambahkan untuk memberikan efek berkilau pada bibir.
Selanjutnya, kesan berbeda ditampilkan dalam sejarah lipstik bangsa Yunani Kuno. Alih-alih menjadi simbol kecantikan, lipstik di zaman tersebut justru hanya berlaku untuk para pelacur.
Lemahnya posisi wanita saat itu membuat mereka tidak bisa memakai lipstik merah kecuali berprofesi sebagai pelacur.
Namun, sebagai penanda prostitusi, maka para pelacur pun dilarang untuk tidak menggunakan pewarna bibir karena dianggap berlagak layaknya wanita bangsawan sehingga akan mendapatkan hukuman jika berani tampil tanpa lipstik.
Bahan-bahan yang digunakan pun cukup unik yaitu pewarna merah, keringat domba dan kotoran buaya.
Sementara itu, bangsa Romawi Kuno menjadikan lipstik sebagai pembeda kasta sosial dan digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan di seluruh kerajaan.
Sejarah Lisptik Abad Pertengahan Hingga 1800an
Sejarah lipstik di Abad Pertengahan memberikan kesan yang menakutkan di mana penggunaan lipstik dikaitkan dengan penyembahan setan.
Dengan masuknya agama Kristen ke Eropa, gereja pun melarang keras penggunaan lipstik serta segala bentuk riasan wajah.
Perempuan yang memakai lipstik merah pun seringkali dianggap sebagai penyihir.
Meski begitu, penggunaan salep bibir tetap diperbolehkan. Lalu seiring dengan berjalannya waktu, banyak perempuan yang diam-diam menambahkan warna pada salep bibir mereka.
Memasuki abad ke-16, bibir merah merona pun menjadi populer berkat Ratu Elizabeth I yang memiliki ciri khas riasan wajah serba putih dengan bibir merah merona.
Namun, penggunaan lipstik hanya dibatasi untuk perempuan dari kalangan bangsawan serta para aktor.
Bahan-bahan yang digunakan untuk lipstik pun jauh lebih aman ketimbang pendahulunya, yaitu dengan menggunakan pewarna dari tanaman.
Selain dikaitkan dengan pemujaan setan, penggunaan lipstik pada wanita juga dianggap sebagai penipuan terhadap lawan jenis dan melawan kodrat Tuhan.
Pada akhir abad ke-17, dibuatlah peraturan yang melarang penggunaan riasan wajah, rambut palsu dan bahkan sepatu berhak.
Bagi perempuan yang melanggar, maka mereka akan mendapatkan hukuman.
Memasuki abad ke-19, penggunaan riasan masih dianggap tabu bagi para perempuan terhormat Inggris.
Hal ini disebabkan oleh asosiasi lipstik yang identik dengan pelacur dan aktor panggung.
Maka dari itu, penggunaanya pun harus dilakukan diam-diam. Namun, seorang aktris bernama Sarah Bernhardt membuat kehebohan besar di akhir abad ke-19 dengan memberanikan diri menggunakan lipstik merah dan menunjukkannya ke publik.
Sejarah Lipstik Sebagai Bentuk Perlawanan
Pada tahun 1912 di New York, sebuah gerakan hak memilih yang dipimpin oleh Elizabeth Cady Stanton dan Charlotte Perkins Gilman menandai sejarah lipstik sebagai sebuah simbol pemberontakan dan perlawanan.
Gerakan tersebut didukung oleh Elizabeth Arden, seorang pendiri jenama kosmetik yang memulai bisnisnya dua tahun sebelum gerakan tersebut.
Saat itu, dia membagikan lipstik merah terang kepada ribuan pendukung gerakan yang melewati salon miliknya.
Kedua pemimpin gerakan mengakui bahwa lipstik merah memiliki kemampuan untuk menunjukkan keberanian.
Mereka menggunakan lipstik berwarna mencolok tersebut sebagai bentuk pemberontakan dan pembebasan para perempuan.
Dalam sebuah buku berjudul “Red Lipstick: An Ode to a Beauty Icon” oleh Rachel Felder, disebutkan bahwa gerakan hak memilih dengan lipstik merah memicu rekan seperjuangan di belahan dunia lain untuk melakukan hal serupa.
Gerakan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan pun menyebar ke seluruh Eropa, Selandia Baru, dan Australia dengan taktik biasa hingga yang lebih agresif.
Salah satu yang terinspirasi oleh gerakan di Amerika adalah gerakan di Inggris yang dipimpin oleh Emmeline Pankhurst.
Selanjutnya, pada Perang Dunia II, lipstik merah kembali digunakan untuk simbol pembangkangan.
Mengingat Adolf Hitler merupakan pembenci lipstik merah, penggunaan lipstik tersebut pun menjadi simbol patriotisme di negara-negara sekutu untuk menentang fasisme.
Saat para lelaki berjuang di medan perang, para perempuan pun harus melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan para laki-laki.
Dalam kesempatan itu, para wanita selalu menggunakan lipstik merah saat bekerja untuk menunjukkan ketahanan mereka di saat yang sulit sambil tetap mempertahankan identitas mereka sebagai perempuan.
Pada tahun 1941 dan di masa perang, perempuan yang bergabung dengan Angkatan Darat AS diwajibkan untuk memakai lipstik merah.
Hal ini bertujuan untuk menunjukkan harga diri wanita yang tangguh dan kuat.
Perkembangan Lipstik di Abad ke-20
Awal abad ke-20, tepatnya tahun 1915, menandai awal mula penggunaan wadah logam silinder dalam sejarah lipstik yang dipopulerkan oleh Maurice Levy.
Seiring dengan berjalannya waktu, mulai banyak perusahaan yang mengiklankan lipstik, salah satunya adalah Helena Rubenstein, yang mana dia juga memproduksi lipstik dengan kandungan SPF.
Pada tahun 1950-an, lipstik merah menjadi semakin populer karena pengaruh para artis seperti Marilyn Monroe, Rita Hayworth, Ava Gardner, dan Elizabeth Taylor.
Akibatnya, banyak wanita di Amerika Serikat yang mulai menggilai lipstik.
Di tahun-tahun selanjutnya, lipstik merah terus dipopulerkan dengan menggaet artis-artis terkenal seperti Madonna untuk M.A.C di tahun 1980an.
Lalu ada Drew Barrymore serta beberapa supermodel dunia lain yang juga membantu memopulerkan lipstik merah di tahun 1990an.
Hingga kini pun, lipstik merah masih menjadi primadona di kalangan masyarakat dunia selain sebagai item kecantikan juga sebagai simbol perlawanan dalam memperjuangkan hak-hak wanita.
Penasaran ingin menginap di hotel kapsul? Yuk datang ke Bobobox!
Hotel kapsul berlogo koala ini menawarkan akomodasi dalam single dan double pods, cocok buat kamu yang mau solo travelling ataupun bareng teman.
Kamu bisa menemukan Bobobox di tiga kota besar Indonesia yaitu Bandung, Jakarta dan Semarang.
Tunggu apa lagi, yuk unduh aplikasinya sekarang juga!
Foto utama oleh: @dragblack via Unsplash