Sejarah imlek sejak dahulu masih banyak belum diketahui masyarakat. Tentunya kamu pun perlu untuk mempelajari budaya imlek. Dengan mempelajari budaya lain diharapkan rasa toleransi kita semakin bertumbuh sehingga kita bisa menghargai sesama terlepas memiliki budaya yang sedikit berbeda. Terlebih lagi kita tinggal di Indonesia yang memiliki beragam budaya.
Jika bicara mengenai imlek mungkin yang ada di benak kamu ini adalah sebuah perayaan yang drayakan khusus oleh etnis Tionghoa. Namun informasi lebih lanjut mengenai sejarah imlek seperti kisah awal mula perayaan imlek serta tujuan perayaan imlek mungkin belum kamu ketahui sepenuhnya.
Oleh karena itu pada kesempatan kali ini Bob ingin berbagi kepada kamu mengenai sejarah imlek yang menarik untuk kamu pelajari untuk menambah wawasan. Yuk langsung simak penjelasan Bob mengenai sejarah imlek yang mungkin belum kamu ketahui seperti berikut ini!
Sejarah Imlek; Makna Perayaan Imlek
Sejarah imlek yang pertama kali akan Bob bahas dimulai dari makna kata imlek itu sendiri. Kata imlek berasal dari dialek Hokkian, kata im memiliki arti bulan sedangkan lek memiliki arti penanggalan. Jika digabungkan maka kata imlek memiliki artian kalender bulan. Istilah imlek pun sering disebut dengan chunjie yang memiliki arti festival musim semi. Jika melihat sejarah, imlek yang sesungguhnya adalah perayaan menyambut datangnya musim semi.
Pada zaman dahulu sebagian besar masyarakat Tionghoa hidup dengan bercocok tanam. Masyarakat Tionghoa tinggal di daerah yang mengalami empat perubaan musim dimulai dari musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Saat musim dingin, masyarakat setempat tidak dapat berkegiatan di ladang mereka karena tanaman tidak akan tumbuh dengan baik.
Oleh karena itu saat musim semi tiba mereka akan menyambut musim semi dengan penuh sukacita. Dengan hadirnya musim semi, masyarakat Tionghoa dapat kembali melakukan kegiatan bercocok tanam di ladang mereka. Kedatangan musim semi tersebut dirayakan oleh masyarakat Tionghoa sebagai tahun baru imlek. Pada hari tersebut masayarak Tionghoa akan saling megucapkan salam perayaan seperti Sin Chun Kiong Hi yang memiliki arti selamat datang musim semi.
Sejarah Imlek; Imlek Bukanlah Perayaan Agama
Banyak orang-orang keturunan Tionghoa yang awalnya beragama Buddha yang beralih memeluk agama lain, seperti Islam, Kristen Katholik, Hindu. Bahkan sebagian lainnya menjadi tidak beragama kemudian memutuskan untuk tidak lagi merayakan hari raya mlek karena menganggap diri mereka buka Buddhist lagi. Akhirnya asumsi ini kemudian seolah-olah memberikan pengertian bahwa imlek merupakan hari raya bagi kaum Buddhist Tionghoa.
Padahal sebenarnya imlek bukanlah perayaan hari besar keagamaan bagi kaum Buddhist Tionghoa. Asumsi ini tentu bertentangan dengan sejarah imlek sejak zaman dahulu. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa setiap orang keturunan Tionghoa tak peduli apapun agamanya boleh merayakan hari raya ini. Menurut sejarah imlek, ajaran Buddhisme masuk ke daratan Tiongkok pada tahun 65 Masehi.
Ajaran Buddhisme tersebut dibawa dan diajarkan oleh dua orang bhiksu dari Asia Tengah yang bernama Bhiksu Kaisyapa Matangga dan Bhiksu Gobarana. Pada tahun 1954 yang lalu ajaran Buddhisme masuk ke daratan Tiongkok, saat itu terdapat dua ajaran besar yang dianut oleh mayoritas penduduk di Tiongkok yaitu ajaran Taoisme dan ajaran Confusianisme. Kendati demikian, ajaran Buddhisme diterima dengan tangan terbuka oleh masyrakat Tiongkok.
Proses percampuran ajaran Buddhisme dengan ajaran Taoisme dan ajaran Confusianisme kemudian menjadi ajaran Sinkretisme. Saat ini ajaran Sinkretisme tersebut dikenal sebagai Sam Kaw yang memiliki arti tiga ajaran. Berdasarkan sejarah imlek ini, maka kita dapat menyimpulkan bahwa imlek bukanlah perayaan hari besar keagamaan kaum Buddhist Tionghoa.
Mitologi Tahun Baru Imlek
Sejarah imlek yang akan Bob bahas selanjutnya adalah mitologi tahun baru imlek. Masyarakat Tiongkok pada zaman dahuku percaya bahwa imlek dirayakani ketika mereka berhasil melawan seekor hewan mitos yang dinamakan Nian. Nian memiliki arti tahun dalam bahasa Cina. Hewan bernama Nian ini selalu muncul di awal tahun baru Cina dan memangsa hewan-hewan ternak milik penduduk. Selain itu, Nian pun bahkan memangsa penduduknya sendiri dan juga anak-anak.
Untuk menyelamatkan mereka dari mangsa hewan Nian, para penduduk Cina pun mempunyai ide menaruh sejumlah makanan yang disajikan dan ditaruh di depan pintu rumah. Mereka menaruh sejumlah makanan tersebt setiap tanggal 1 di awal tahun. Mereka percaya jika Nian memakan makanan yang disediakan warga maka ia tidak akan memangsa warga atau penduduk Cina tersebut.
Pada suatu hari ada seorang warga yang tidak sengaja melihat Nian berlari ketakutan saat bertemu seorang anak yang memakai pakaian berwarna merah. Sejak saat itu para warga akhirnya mengetahui kekurangan hewan nian tersebut yaitu takut dengan segala hal atau benda yang berwarna merah. Warga pun akhirnya serentak memasang lentera berwarna merah di depan rumah setiap awal tahun baru tiba.
Selain lentera berwarna merah, mereka pun memasang tirai berwarna merah yang mereka pasang di pintu atau jendela untuk menakut-nakuti Nian. Para warga pun selanjutnya menyalakan mercon berwarna merah karena mereka percaya bahwa suara mercon yang berisik dan menggelegar akan membuat Nian takut. Menurut sejarah imlek, Nian pada akhirnya ditangkap oleh seorang pendeta bernama Hongjun Lao Tse. Sejarah imlek inilah yang menjadi alasan mengapa perayaan imlek identik dengan warna merah.
Selanjutnya adat-adat pengusiran Nian ini pun berkembang menjadi perayaan tahun baru Cina atau imlek. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita ini, perayaan imlek tetap menjadi tradisi yang penting bagi orang-orang Cina. Tak terkecuali bagi para petani Cina yang merayakan berakhirnya musim dingin dengan hadirnya musim semi di awal tahun. Sejarah imlek yang menarik, bukan?
Sejarah Imlek; Harapan Tahun Baru Cina Atau Imlek
Menurut sejarah imlek, imlek dirayakan dimulai sejak tanggal 30 bulan ke 12 pada penanggalan Cina. Sejarah imlek pun mengungkapan imlek selalu diakhiri dengan perayaan Cap Go Meh di tanggal 15. Perayaan imlek ini meliputi sembahyang imlek, sembahyang kepada Thian, kemudian perayaan Cap Go Meh. Tujuan sembahyang beradasarkan sejarah imlek adalah wujud rasa terima kasih atau rasa syukur para warga Tionghoa.
Pada saat sembahyang, mereka akan menyampaikan doa dan harapan yang baik di tahun yang baru. Doa dan harapan yang biasa disampaikan saat perayaan imlek adalah mengalirnya rezeki yang berlimpah dalam hidup mereka. Sejarah imlek sejak zaman dahulu pun mengungkapkan kebiasaan penduduk Tingkok yang senantiasa menjalin silaturahmi yang baik antar tetangga atau keluarga
Mereka akan saling membagikan kisah hidup mereka yang terjadi selama setahun yang lalu saat bertemu. Selesai sudah penjelasan mengenai sejarah imlek, semoga informasi sejarah imlek ini menambah pengetahuan kamu ya. Sudah memiliki rencana di libur Imlek tahun ini? Yuk manfaatkan hari imlek dengan berkumpul bersama orang terkasih dengan staycation di Bobobox! Unduh aplikasi Bobobox untuk informasi lebih lanjut.