Setiap bulan Maret, tepatnya tanggal 8 Maret, seluruh dunia merayakan Hari Perempuan Internasional. Pada hari tersebut, setiap negara merayakannya dengan cara yang berbeda dan unik.
Namun dibalik semua perayaannya itu, ada sejarah yang panjang yang melatarbelakangi penetapan Hari Perempuan Internasional pada tanggal 8 Maret. Kira-kira apa sih yang terjadi sehingga hari perempuan dirayakan? Apa sih sebenarnya yang para perempuan perjuangkan?
Perempuan Pindah ke Pabrik
Perubahan besar-besaran dalam era Revolusi Industri membuat masyarakat terutama di Eropa dan Amerika Serikat mengalami perpindahan pekerjaan masal dari sektor pertanian ke sektor industri.
Mereka yang tidak memiliki kemampuan khusus mulai berpindah dari desa ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan bekerja di pabrik. Tidak terkecuali perempuan dan anak-anak. Namun sayangnya, pekerja perempuan dan anak tidak mendapat perhatian khusus dan dianggap pekerja kelas dua di era itu.
Perempuan tidak dinilai cakap dan memiliki kemampuan yang terbatas dibandingkan dengan laki-laki. Karena hal itu juga, pekerja perempuan dibayar sangat rendah. Tidak adanya jaminan keselamatan bagi perempuan yang bekerja di pabrik pun menambah daftar panjang ketidakadilan yang terjadi di sektor industri bagi perempuan.
Perempuan New York Bergerak
Hingga pada tahun 1908, akhirnya perempuan pekerja untuk pertama kalinya bergerak dan satu suara. Mereka adalah 15.000 perempuan pekerja pabrik di New York yang merasakan ketidakadilan terhadap perempuan di dunia industri.
Penindasan inilah yang membawa para perempuan tersebut turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Mereka menuntut tiga hal kepada pemerintah Kota New York untuk mengurangi jam kerja, gaji yang lebih baik, dan hak untuk memilih.
Satu tahun kemudian, Partai Sosialis di Amerika akhirnya memfasilitasi suara para perempuan pekerja tersebut dengan mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional yang jatuh pada tanggal 28 Februari.
Hari Perempuan Sedunia
Pada tahun 1910, Konferensi Internasional Pekerja Perempuan diadakan di Kopenhagen, Denmark. Lebih dari 100 perempuan dari 17 negara menghadiri konferensi tersebut. Pada saat itulah, Clara Zetkin yang merupakan salah satu perwakilan dari Partai Sosialis Jerman mencetuskan ide Hari Perempuan Internasional.
Zetkin berpendapat bahwa harus ada satu hari khusus yang dirayakan di seluruh dunia untuk memperingati perjuangan perempuan. Semua peserta yang hadir termasuk partai-partai sosialis menyambut baik ide Zetkin tersebut. Pada Konferensi Internasional Pekerja Perempuan tersebut, Hari Perempuan Internasional ditetapkan pada tanggal 19 Maret.
Alasan ditetapkannya Hari Perempuan Internasional pada tanggal tersebut karena di tanggal yang sama pada tahun 1848, Raja Prusia pernah menjanjikan hak pilih untuk perempuan namun janji tersebut gagal untuk ditepati.
Kebakaran Pabrik di New York
Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan satu tahun setelah Konferensi Internasional Pekerja Perempuan. Pada 19 Maret 1911, untuk pertama kalinya, perempuan-perempuan di Eropa turun ke jalan untuk berkampanye dan mendukung hak-hak perempuan terutama dalam sektor industri dan hak untuk memilih.
Tidak sampai satu minggu sejak perayaan Hari Perempuan Internasional pertama, ratusan pekerja perempuan di Amerika Serikat mengalami kecelakaan kerja terparah dalam sejarah Amerika Serikat. Sekitar 146 perempuan tewas dalam kebakaran pabrik di Kota New York.
Insiden tersebut mempertegas bobroknya sistem keamanan dan keselamatan pekerja bagi perempuan di pabrik-pabrik. Selain itu masyarakat dunia semakin yakin bahwa perlindungan bagi pekerja perempuan dalam dunia industri sangat diperlukan.
Perempuan dan Perang Dunia I
Perayaan hari Perempuan Internasional sempat vakum beberapa tahun karena ketidakstabilan politik dunia pada saat itu. Perhatian dunia tersita oleh Perang Dunia I.
Pada tahun 1913-1914, penetapan Hari Perempuan Internasional diobservasi lebih lanjut oleh perempuan-perempuan Rusia. Hasil diskusi dan observasi itu menghasilkan penetapan Hari Perempuan Internasional baru pada tanggal 8 Maret. Hingga tahun 1975, Hari Perempuan Internasional secara resmi ditetapkan oleh PBB pada tanggal 8 Maret.
Hari Perempuan Internasional Saat Ini
Setelah ditetapkannya Hari Perempuan Internasional secara resmi oleh PBB, beberapa negara di dunia bahkan menetapkan Hari Perempuan Internasional sebagai hari libur nasional.
Negara-negara di Eropa Timur seperti Azerbaijan, Armenia, dan Belarus akan meliburkan para pekerja setiap perayaan Hari Perempuan Internasional. Di beberapa negara, Hari Perempuan Internasional dirayakan dengan unik dan berbeda. Di Rusia, laki-laki akan memberikan bunga kepada perempuan pada hari ini.
Hal yang sama berlaku juga di Negara Italia, dimana selain mendapat bunga, perempuan juga bisa bebas mengakses museum dan situs-situs kebudayaan gratis. Namun pada umumnya, perayaan Hari perempuan Internasional dilakukan dengan perempuan turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi dan tuntutan-tuntutan mereka.
Apakah Perempuan Sudah Mencapai Kesetaraan?
Perjuangan perempuan memang belum selesai. Meskipun kesempatan perempuan dan pemenuhan hak-hak perempuan sudah jauh lebih baik dibandingkan pada saat pertama kali Hari Perempuan Internasional dicetuskan.
Namun, apakah perjuangan sudah selesai? Di Indonesia sendiri, kebanyakan perempuan yang tinggal di perkotaan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja di Industri mana pun. Dalam hal pendidikan, perempuan memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Apakah semua perempuan Indonesia sudah merasakan hal yang sama?
Perjuangan Perempuan Masih Panjang
Sayangnya, untuk mencapai kesetaraan dan keadilan, perjalanan perempuan masih panjang. Hal ini bisa dilihat dari data Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak yang telah mengadakan survei mengenai jumlah perempuan dan laki-laki melek huruf di Indonesia.
Hasil survei tersebut mengatakan bahwa jumlah perempuan di atas 15 tahun yang melek huruf di Indonesia jumlahnya lebih sedikit daripada laki-laki dengan kisaran umur yang sama. Perbedaan paling signifikan dari angka melek huruf terdapat di daerah pedesaan.
Selain itu, menurut Badan Pusat Statistik, rata-rata upah perempuan di Indonesia lebih rendah daripada upah laki-laki. Bahkan terhitung sejak tahun 2015-2019, selisih upah perempuan dan laki-laki makin besar. Di tahun 2019, selisihnya mencapai Rp492.000.
Perempuan pun lebih rentan terhadap pelecehan dan kekerasan seksual. Menurut data Komisi Nasional Perempuan, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan kepada Komnas Perempuan terus meningkat dari 50.000 kasus di 2008 hingga mencapai 400.000 kasus di 2018.
Bobobox Penginapan Ramah Perempuan
Perjuangan perempuan memang belum berakhir. Perempuan masa kini menghadapi berbagai tantangan baru yang jauh berbeda dengan perjuangan perempuan di zaman ketika Hari perempuan Internasional diusulkan untuk pertama kalinya.
Perempuan-perempuan zaman sekarang jauh lebih mandiri dan bisa mengambil keputusan sendiri. Termasuk keputusan untuk traveling. Sebagai perempuan kamu bebas untuk traveling kemana pun kamu mau dan kamu berhak mendapatkan rasa aman selama perjalananmu.
Nah, untuk masalah keamanan saat menginap, kamu tidak usah ragu lagi untuk memilih Bobobox. Sebagai pionir hotel kapsul yang sudah terintegrasi IoT, Bobobox akan menjamin keamananmu 100% dengan teknologi yang paling mutakhir. Kok bisa?
Untuk bisa masuk ke dalam pods Bobobox, kamu hanya bisa mengaksesnya melalui telepon pintarmu. Selain itu, di Bobobox kamu bisa bersantai di ruangan bersama yang dijamin aman dan nyaman dengan sinyal wifi yang kuat.
Tunggu apalagi, maksimalkan liburanmu dan cek terus promo Bobobox hanya disini.
Source:
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/d9495-buku-ppi-2018.pdf
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/11/kesenjangan-upah-antar-gender-semakin-melebar