Siapa sih yang tak tahu KKN Desa Penari? Film horor lokal ini berhasil merebut hati 10 juta lebih penonton Indonesia.
Ketenarannya pun memicu banyak perbincangan hingga spekulasi tentang kebenaran ceritanya. Tidak sedikit juga yang bertanya-tanya di mana lokasi KKN Desa Penari sebenarnya.
Apa kamu juga penasaran? Simak jawabannya di bawah ini, yuk!
Di Mana Lokasi KKN Desa Penari Sebenarnya?
Sejak muncul ke permukaan, kisah KKN Desa Penari memang menarik perhatian banyak orang, termasuk tentang di mana lokasi KKN Desa Penari asli. Sebenarnya, tidak ada yang tahu pasti tentang tempat terjadinya KKN horor tersebut. Terlebih, penulis cerita, yaitu pemilik akun X SimpleMan, juga tidak pernah mengungkapkan lokasi pastinya.
Namun, banyak petunjuk yang mengerucut pada suatu kawasan di Kabupaten Banyuwangi yang bernama Rowo Bayu. Rowo Bayu sendiri merupakan sebuah telaga yang memiliki air berwarna hijau. Lokasinya berada di tengah-tengah hutan di kaki Gunung Raung, tepatnya di Dusun Kentangan, Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Lantas, mengapa Rowo Bayu diyakini sebagai latar asli KKN Desa Penari? Hal ini berkaitan dengan keberadaan sendang (pemandian) sekaligus lokasinya yang ada di dalam hutan. Deskripsi tersebut terbilang mirip dengan yang diceritakan di dalam kisah KKN Desa Penari.
Rumor tentang Rowo Bayu sebagai lokasi KKN Desa Penari asli sendiri sudah beredar sejak 2019. Lalu, namanya kembali mencuat setelah Menteri BUMN Erick Thohir mengunggah obrolannya dengan pengelola dan penjaga Rowo Bayu, yaitu Bapak Sudirman.
Dalam obrolan yang diunggah pada 2022 itu, Sudirman memaparkan alasan mengapa Rowo Bayu adalah lokasi KKN Desa Penari sebenarnya. Hal ini berdasarkan pada kesaksian Kepala Desa Rowo Bayu, catatan tahun dan tanggal KKN di tempat tersebut, serta kemiripan ceritanya, seperti:
- Adanya enam mahasiswa KKN di Rowo Bayu pada 2008 dari Surabaya
- Dua di antaranya menjalin asmara dan menyambangi hutan belantara (yang diduga sebagai Desa Penari) tidak jauh dari Rowo Bayu
- Keduanya berjumpa dengan seseorang yang mengajak mereka ke rumahnya lalu menjamu mereka dengan berbagai makanan
- Saat pulang, mereka dibekali makanan yang saat dibuka di tempat KKN bersama teman lainnya ternyata berisi potongan kepala kera
- Laki-laki yang berkunjung ke Desa Penari pingsan lalu meninggal beberapa hari setelahnya sementara pasangan wanitanya menyusul sebulan kemudian
Baca juga: 10 Tempat Indah di Banyuwangi yang Tidak Kalah dengan di Bali
Wisata Rowo Bayu, Lokasi KKN Desa Penari
Meski ada klaim tentang keberadaannya, pertanyaan tentang ‘Desa Penari di mmana’ atau ‘Di mana lokasi KKN Desa Penari sebenarnya’ masih belum terjawab. Rumor kencang terkait Rowo Bayu pun kemudian memicu tanggapan langsung dari penulis cerita KKN Desa Penari asli.
Pemilik akun ‘SimpleMan’ itu menegaskan bahwa Rowo Bayu bukanlah lokasi KKN Desa Penari sebenarnya. Karena itu, hingga kini, lokasi KKN Desa Penari asli masih menjadi misteri. Pasalnya, SimpleMan telah berjanji kepada narasumber untuk tidak menyebarluaskan informasi tentang lokasi serta kampus asal mahasiswa KKN Desa Penari.
Terlepas dari benar tidaknya Rowo Bayu adalah lokasi KKN Desa Penari, tempat tersebut tetap layak mendapat perhatian. Rowo Bayu merupakan tempat wisata berupa telaga atau rawa berdiameter sekitar 50 meter.
Dengan pepohonan hijau di sekelilingnya, Rowo Bayu tak hanya menyuguhkan keindahan kolam alami, tetapi juga kesejukan udara yang menyegarkan dan menenangkan. Selain tersembunyi di balik pepohonan dan tanaman lebat, telaga ini juga dilengkapi dengan jalan setapak bertangga.
Kamu bisa melaluinya untuk menuju ke beberapa lokasi sakral di sekitar rawa. Namun, sebelum itu, kamu perlu membayar tiket masuk dan biaya parkir terlebih dahulu, yaitu Rp10.000/orang dan Rp2.000/kendaran (roda dua).
Baca juga: Mengenal 12 Alat Musik Jawa Timur dan Cara Memainkannya
Tempat-Tempat Sakral di Wisata Rowo Bayu
Rowo Bayu dikenal sebagai tujuan wisata religi yang kerap dikunjungi pada malam hari. Para pengunjung biasanya berasal dari kalangan ahli spiritual atau umat Hindu yang hendak bersembahyang di pura atau petilasan.
Tidak jauh dari rawa memang terdapat petilasan serta sendang (sumber air/pemandian) keramat. Keberadaan sendang inilah yang menjadi salah satu alasan Rowo Bayu dianggap sebagai lokasi KKN Desa Penari sebenarnya.
Secara keseluruhan, ada lima sumber mata air di Rowo Bayu, yaitu Kaputren, Dewi Gangga, Rahayu, Panguripan, dan Kamulyan. Kaputren dan Dewi Gangga berada di Selatan petilasan sementara tiga lainnya berlokasi di belakang petilasan.
Konon, airnya sangat berkhasiat dan tidak pernah berhenti mengalir meski kemarau melanda sehingga tidak heran kalau sendang-sendangnya dianggap sangat sakral. Masyarakat setempat percaya bahwa membasuh wajah atau meminum air dari sumber Dewi Gangga bisa menghasilkan keturunan yang cantik.
Air Kaputren bisa memberikan keturunan yang baik sedangkan Kamulyaan untuk memperbaiki kehidupan (contohnya mengobati penyakit). Umat Hindu biasanya akan mengambil air Kamulyan saat menjalani ritual melasti (penyucian diri) di Hari Raya Nyepi.
Sementara itu, keberadaan petilasan di Rowo Bayu berkaitan erat dengan peninggalan sejarah Kerajaan Blambangan. Petilasan ini dulunya digunakan oleh Prabu Tawang Alun, Raja Blambangan pada 1770 Masehi, untuk mengasingkan diri setelah turun tahta.
Di petilasan itu, terdapat sebuah batu berbentuk pura yang tidak boleh dimasuki. Karena itu, batunya dipagari dan diberi tirai. Di sekitarnya juga terdapat payung, sesajen, bunga aneka rupa, serta dupa dengan asapnya yang mengepul dan mengeluarkan aroma wangi.
Selain sendang dan petilasan, kamu juga akan menjumpai Candi Puncak Agung Macan Putih. Candi ini dibangun sebagai bentuk penghormatan dan untuk mengenang para leluhur dan mereka yang berperang dalam Puputan Bayu.
Sebagai pelengkap, Rowo Bayu juga menyediakan:
- Area parkir
- Toilet
- Musala
- Warung
- Aula untuk live acoustic (biasanya hari Minggu) atau pengunjung yang ingin menggelar acara
- Permainan (sepeda air, perahu, hingga outbound)
Baca juga: 15 Glamping di Jawa Timur yang Nggak Bikin Kantong Bolong
Tradisi Masyarakat Setempat
Selain menjadi tujuan wisata religi, Rowo Bayu juga kerap dijadikan tempat untuk menggelar tradisi bagi masyarakat setempat. Salah satunya adalah tradisi renungan suci dan istigasah di pinggiran telaga. Tujuannya adalah untuk menyampaikan doa bagi roh para prajurit dan pimpinan perang yang gugur.
Sebagai informasi. Rowo Bayu pernah menjadi saksi bisu pecahnya perang Puputan Bayu—perang antara rakyat Blambangan dengan VOC pada 18 Desember 1771. Karena terbilang perang besar, pertumpahan darah pun tak terelakkan sehingga mengakibatkan anjloknya populasi warga Blambangan. Tanggal ini selanjutnya diperingati sebagai Hari Jadi Banyuwangi (Harjaba).
Mulanya, masyarakat akan menyembelih kambing lalu membuang kepala dan kaki kambing ke dalam telaga sebagai persembahan pada nyai penjaga telaga. Kegiatan ini juga dibarengi dengan doa-doa. Namun, selama 10 tahun terakhir, tradisinya diubah dengan kegiatan istigasah.
Kegiatan ini biasanya dilakukan menjelang peringatan Harjaba, yaitu pada malam 17 Desember. Selanjutnya, acara akan disambung dengan Festival Rowo Bayu alias perayaan Harjaba.
Napak tilas dan kirab pusaka menjadi bagian dalam rangkaian festival tersebut. Kegiatannya sendiri kerap diikuti ratusan warga dari penjuru Banyuwangi. Mereka akan berjalan menyusuri jalur perang Puputan Bayu sepanjang sekitar 10 km.
Jalurnya bermula dari Desa Parangharjo lalu berakhir di hutan Rowo Bayu yang diyakini sebagai lokasi perang. Di sepanjang perjalanan, peserta bisa menikmati beragam makanan dan minuman ringan gratis buatan para warga. Ada ubi, talas, jagung, kacang rebus, hingga bubur ketan hitam.
Sesampainya di Rowo Bayu, warga akan memandikan ratusan pusaka leluhur, termasuk tombak, keris, dan lainnya dengan air kembang. Selanjutnya, pusaka kembali dimasukkan ke dalam peti. Selain itu, festival ini juga menampilkan berbagai atraksi, seperti musik tradisional khas Banyuwangi, lagu-lagu suku Osing Banyuwangi, hingga atraksi Barong Kumbo.
Baca juga: 10 Makanan Khas Jawa Timur Paling Populer Wajib Dijajal
5 Wisata Banyuwangi Dekat Lokasi KKN Desa Penari
1. Camping Ground Telunjuk Raung
Wisata utama yang disuguhkan Camping Ground Telunjuk Raung adalah tempat berkemah dan air terjun Telunjuk Raung. Dari tempat ini, kamu bisa menikmati udara sejuk, pemandangan Gunung Raung, serta city light di kejauhan, atau sekadar berpiknik.
Selain itu, tempat ini juga menyediakan fasilitas lain berupa kolam renang anak, toilet, gazebo, musala, serta kantin. Biaya parkirnya sebesar Rp20.000/motor dan ada juga biaya camping sebesar Rp25.000.
2. Songgon Pine Park
Selanjutnya, ada Songgon Pine Park—hutan pinus yang bisa menjadi tujuan wisata alam, hunting foto, hingga berkemah dengan peralatan sendiri. Selain menyuguhkan hutan pinus yang cukup rapat, kamu juga akan menjumpai sungai kecil dengan air yang jernih. Jika merasa bosan, kamu bisa banget menyegarkan diri di air sungai ini.
Tiket masuknya sekitar Rp5.000 saja. Kalau datang dengan membawa kendaraan, kamu bisa membayar biaya parkir secara sukarela.
3. Badeng Outbound & Rafting
Tempat wisata dekat lokasi KKN Desa Penari berikutnya yang bisa kamu kunjungi adalah Badeng Outbound & Rafting. Tempatnya sangat nyaman dan sejuk dan di sini juga tersedia tempat berkemah serta warung makanan dan minuman yang cukup terjangkau.
Selain itu, kamu tentunya bisa menikmati kegiatan rafting yang menantang melewati Kali Badeng dengan arusnya yang cukup deras. Harganya mulai dari Rp250.000.
4. Green Gumuk Candi
Pilihan selanjutnya adalah Green Gumuk Candi. Tempat satu ini menyediakan spot selfie hingga infinity pool dengan view Gunung Ijen Meranti hingga Gunung Raung. Di samping itu, ada juga taman sejuk dan teduh di sekelilingnya yang membuat suasana semakin asri.
Tiket masuknya cukup terjangkau, yaitu Rp15.000/orang dengan tambahan Rp2.000 untuk parkir motor dan Rp4.000 untuk mobil.
5. Air Terjun Kembar Arum
Bukan cuma di kolam, kamu juga bisa menyegarkan diri dengan mengunjungi air terjun Kembar Arum. Dengan ketinggian sekitar 10 meter, airnya jatuh melebar sehingga seperti membentuk banyak air terjun.
Di sekitarnya, kamu juga akan dimanjakan dengan pemandangan pepohonan eksotis serta hamparan sawah yang memanjakan mata. Selain itu, ada juga beberapa saung untuk berteduh dari panas maupun hujan. Untuk memasuki kawasan air terjun ini, kamu perlu membayar tiket masuk sekitar Rp5.000/orang.
Serunya Eksplor Banyuwangi dan Menginap di Bobocabin
Sebagai provinsi terluas di Jawa, Provinsi Jawa Timur tentunya menyimpan segudang tempat wisata yang menarik untuk dijelajahi, termasuk Banyuwangi dengan Desa Penarinya.
Selain itu, kawasan Jawa Timur sudah pasti juga menyediakan beragam jenis penginapan yang bisa menjadi pilihan selama kamu berlibur di sana. Beberapa di antaranya adalah produk Bobobox yang terkenal dengan fitur-fitur canggihnya, yaitu Bobopod Alun-Alun Malang dan Bobocabin Coban Rondo.
Buat kamu yang ingin menjelajahi tengah kota, Bobopod adalah pilihan terbaik. Namun, kalau kamu ingin menikmati ketenangan alam, Bobocabinlah solusinya. Keduanya sama-sama menghadirkan kenyamanan berbalut teknologi canggih.
Salah satunya adalah akses kamar yang menggunakan scan barcode yang tentunya akan berbeda-beda antar kamar. Keamanan dan privasi pun sudah pasti terjaga.
Barcode tersebut akan kamu dapatkan dari aplikasi Bobobox yang sudah ter-install di ponsel kamu. Bukan cuma untuk akses kamar, aplikasi ini juga akan kamu gunakan untuk berbagai keperluan lainnya saat menginap di Bobopod maupun Bobocabin.
Biar tidak repot saat tiba di Bobopod/Bobocabin, yuk unduh aplikasi Bobobox dari sekarang lalu pilih pod atau kabin yang kamu mau. Selamat menginap!
Penulis artikel: Aidah Musyaropah
Featured photo: Ferliana Febritasari via Pexels