imposter syndrome

Merasa Kamu Tidak Pantas atau Tidak Cukup? Kenali Apa Itu Imposter Syndrome!

Mendengar kata impostor, kebanyakan orang mungkin akan langsung teringat dengan game Among Us yang sempat booming di 2020 lalu. Istilah impostor dalam permainan tersebut merujuk pada seorang atau kelompok pemain yang bertugas untuk menipu lalu menghabisi crewmate namun tetap berusaha agar aksinya tidak dicurigai. Sementara itu, kalau menurut kamus kata impostor ini berarti seseorang yang berpura-pura menjadi orang lain dengan tujuan untuk menipu.

Apakah sama dan ada hubungannya dengan imposter syndrome? Sebenarnya cukup berbeda namun ada sedikit keterkaitan dengan makna kata impostor. Istilah imposter syndrome adalah sindrom pada orang-orang yang berkeyakinan bahwa mereka tidak merasa layak untuk memperoleh pencapaian mereka. Lalu apa kaitannya dengan istilah impostor, penipu atau penyemu? Simak lebih lanjut di bawah ini!

Imposter Syndrome Adalah

Photo: @tatoenjoy via Freepik

Seperti yang Bob sebutkan sebelumnya, imposter syndrome adalah sindrom dengan keyakinan bahwa seseorang merasa tidak layak untuk memperoleh kesuksesan yang telah dicapai atau pekerjaan yang didapatnya. Dalam hal ini, orang dengan imposter syndrome merasa bahwa dia adalah seorang penipu atau penuh kepalsuan padahal banyak bukti nyata dari kesuksesannya.

Alih-alih mengakui pencapaian tersebut, orang dengan imposter syndrome kerap kali mengaitkan kesuksesan mereka dengan faktor luar seperti keberuntungan, timing yang tepat atau usaha yang tidak bisa dilakukan secara berkala. Selain itu, pengidap sindrom tersebut juga kerap kali merasa diri mereka masih kurang baik sehingga berakibat selalu meragukan kemampuan diri sendiri dan dengan begitu muncullah ketakutan bahwa orang-orang akan menganggapnya sebagai seorang penipu.

Lebih lanjut, imposter syndrome adalah adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Suzanne Imes dan Pauline Rose Clance di tahun 1978 terutama kepada para wanita dengan pencapaian tinggi. Namun semenjak itu, istilah ini sudah digunakan lebih luas tidak hanya pada wanita dengan pencapaian tinggi saja. Sindrom satu ini nyatanya bisa memengaruhi siapa saja tanpa memandang gender, status, latar belakang pekerjaan, tingkat kemampuan atau pun keahlian.

Ciri-Ciri dan Penyebab Imposter Syndrome

Photo: @jcomp via Freepik

Beberapa gejala umum yang menunjukkan imposter syndrome adalah:

  • Meragukan diri sendiri
  • Ketidakmampuan untuk menilai kemampuan dan keahlian dengan realistis
  • Menganggap pencapaian akibat faktor luar
  • Mencela kinerja diri sendiri
  • Ketakutan tidak bisa memenuhi ekspektasi banyak orang
  • Tidak percaya diri
  • Pencapaian melebihi ekspektasi
  • Menghambat kesuksesan
  • Menetapkan tujuan yang sulit dan merasa kecewa saat gagal (cenderung perfeksionis)
  • Menghindari promosi
  • Enggan mengambil tugas atau tanggung jawab tambahan yang dapat meningkatkan penilaian terhadap kinerja

Timbulnya gejala-gejala tersebut sebenarnya masih belum jelas namun bisa dikaitkan dengan berbagai faktor umum seperti lingkungan yang kompetitif, sifat perfeksionis dan pola asuh orang tua (misal tekanan untuk selalu menjadi anak berprestasi). Selain itu, rasa takut terhadap hal atau tantangan baru juga bisa menjadi pemicu imposter syndrome.

Ambil saja contoh peralihan dari SMA ke masa kuliah yang penuh tantangan, pekerjaan baru yang menuntut banyak penyesuaian, serta adanya promosi jabatan dengan tanggung jawab lebih besar dan berat. Faktor lainnya yang juga berpengaruh adalah label pintar yang disematkan oleh orang lain sehingga meninggalkan beban karena harus memenuhi ekspektasi yang tinggi.

Lebih lanjut, melansir dari Verywellmind, imposter syndrome adalah gangguan yang juga bisa dihubungkan dengan kecemasan sosial karena adanya perasaaan bahwa kamu tidak sepatutnya berada dalam kondisi sosial tertentu.

Karena itu, gejala-gejala kecemasan sosial bisa saja memantik seseorang untuk merasakan imposter syndrome ini. Meski begitu, bukan berarti setiap orang yang mengalami imposter syndrome memiliki gangguan kecemasan sosial atau pun sebaliknya. Dengan kata lain, orang-orang tanpa kecemasan sosial juga dapat bisa merasa tidak percaya diri dan kurang berkompetensi.

Photo: @spukkato via Freepik

Nah, setelah mengetahui gejala-gejala umum imposter syndrome, yuk kenali juga tipe-tipe sindrom tersebut di bawah ini.

Tipe Perfectionist

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Valerie Young, imposter syndrome adalah sindrom yang juga bisa dikaitkan dengan perfeksionisme. Orang yang perfeksionis sendiri umumnya akan menetapkan tujuan yang tinggi untuk diri mereka. Saat menghadapi kegagalan, mereka akan sangat meragukan dirinya sendiri dan khawatir tidak bisa melakukan sebaik yang diharapkan orang lain.

Selain itu,  jika ada kesalahan sekecil apapun atau mereka hanya bisa mencapai tujuan sampai 99% saja, mereka akan mempertanyakan kemampuan mereka. Perasaan tidak puas terhadap diri sendiri tersebut biasanya berujung kecemasan akut serta memberikan terlalu banyak tekanan pada diri sendiri.

Tipe Expert

Tipe lainnya dalam penelitian Dr. Young adalah tipe expert, yakni perasaan tidak pernah puas dengan pemahaman serta pengetahuan yang dimiliki sehingga selalu mencoba belajar atau mencari informasi lebih banyak lagi. Meskipun mereka sebenarnya sangat ahli, mereka cenderung merendahkan keahliannya tersebut. Selain itu, mereka juga bisa memiliki kecenderungan untuk bertanya atau mengungkapkan pendapat karena takut terlihat bodoh jika tidak tahu jawabannya.

Tipe Superhero

Selanjutnya, ada tipe superhero yaitu tipe orang-orang yang selalu mendorong diri mereka untuk bekerja sekeras mungkin. Hal ini dilakukan karena ada perasaan tidak layak dan membuktikan bahwa mereka bukan penipu. Mereka merasa perlu untuk menjadi sukses dalam berbagai aspek baik sebagai peker, orang tua, partner dan sebagainya. Hal ini tentu menimbulkan banyak tekanan jika mereka tidak bisa mencapai suatu kesuksesan.

Tipe Natural Genius

Tipe imposter syndrome berikutnya adalah tipe natural genius. Tipe satu ini dinilai mampu menguasai kemampuan baru dengan cepat dan mudah. Karenanya, orang dengan tipe ini biasanya memiliki tujuan yang tinggi dan akan merasa terpuruk jika gagal di percobaan pertama atau membutuhkan lebih banyak waktu untuk menguasai sesuatu. Mereka terbiasa melakukan segalanya dengan mudah dan cepat. Saat harus mengeluarkan usaha ekstra, otak mereka akan mengatakan bahwa mereka adalah penipu.

Tipe Soloist

Tipe selanjutnya adalah tipe soloist, yakni tipe dengan jiwa individualis yang tinggi sehingga lebih suka bekerja sendiri dibanding berkelompok. Dalam hal ini, mereka biasanya memperoleh self-worth dari hasil kerja kerasnya sendiri dan kerap menolak bantuan orang lain. Meminta bantuan kepada orang lain ini mereka anggap sebagai kelemahan, ketidakmampuan, kegagalan dan penipuan.

Bagaimana Cara Mengatasinya

Photo: @wayhomestudio via Freepik

Dengan melihat gejala-gejalanya, imposter syndrome adalah hal yang bisa kamu anggap sebagai hambatan. Adanya perasaan ragu, tidak percaya diri, gelisah, dan lainnya dapat menghambat perkembangan kamu dalam berbagai aspek, misalnya karir. Kamu bisa saja kehilangan banyak kesempatan untuk memperoleh peningkatan dalam pekerjaan, memperat hubungan percintaan kamu atau mengembangkan potensi serta hobi kamu.

Untuk itu, sebisa mungkin kamu menghadapi dan mengatasi sindrom ini sebelum benar-benar menjadi penghalang. Kamu bisa memulainya dengan:

  • Mengakui dan menghargai segala pencapaian nyata kamu namun tetap rendah hati
  • Bercerita pada orang terdekat (sebisa mungkin di luar lingkup yang membuat kamu mengalami imposter syndrome)
  • Berpikir akan membuat kesalahan sejak awal
  • Menganggap kesalahan adalah bagian dari proses
  • Menerima kritikan dengan lapang dada
  • Menggunakan imposter syndrome sebagai pendorong untuk menjadi lebih baik namun abaikan bisikan negatif dalam pikiran kamu
  • Mencintai diri sendiri
  • Mengenyahkan rasa takut memulai hal baru
  • Berhenti mengulur waktu
  • Mencari bantuan (misal lewat konsultas atau terapi)

Butuh tempat staycation untuk melepaskan diri dari penat dan segala tekanan yang mendera diri? Bobobox jawabannya. Tempatnya nyaman, harganya terjangkau dan banyak fasilitas menarik yang terintegrasi dengan teknologi canggih.

Kamu juga sudah bisa menemukan Bobobox di beberapa kota di Indonesia seperti Jakarta (Pancoran, Kebayoran Baru, Kota Tua, Tanah Abang dan Juanda), Tangerang (Airport Hub), Bandung (Paskal, Cipaganti, Dago dan Alun-alun), Yogyakarta (Malioboro), Solo (Slamet Riyadi), dan Semarang (Kota Lama). Yuk, unduh dulu aplikasi Bobobox untuk booking lalu dapatkan pengalaman mengindap yang aman, nyaman dan menyenangkan!

Header image: @stokkurs via Freepik

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles