Bagi masyarakat Indonesia, halal bihalal saat Idul Fitri atau setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan menjadi salah satu tradisi yang wajib dilakukan untuk menjalin silaturahmi dengan kerabat dan teman.
Namun, tahukah kamu bahwa istilah halal bihalal memiliki sejarah, tujuan, dan makna yang mendalam?
Dalam artikel ini, Bob akan membahas sejarah dan asal-usul halal bihalal, tujuan dari tradisi ini, serta makna penting yang terkandung di dalamnya. Yuk, simak sampai habis!
Mengenal Halal Bihalal
Walaupun berasal dari bahasa Arab, halal bihalal adalah sebuah tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia dalam rangka merayakan Idul Fitri atau Idul Adha.
Makna Halal bihalal adalah silaturahmi antara keluarga, teman, atau kerabat yang sudah lama tidak bertemu.
Kegiatan ini biasanya melibatkan kunjungan ke rumah orang yang bersangkutan, meminta maaf dan maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah, serta berbicara tentang pengalaman selama menjalani ibadah puasa atau kurban.
Biasanya juga ada pemberian atau penerimaan amplop uang atau barang sebagai bentuk saling memberikan tanda terima kasih dan penghormatan.
Walau tradisi ini dilakukan oleh masyarakat yang mayoritas beragama Islam, nilai-nilai kebersamaan dan kerukunan ini bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali.
Baca Juga: Makanan Khas Ramadan dari Berbagai Negara
Sejarah Halal Bihalal di Indonesia
Ada beberapa versi mengenai asal mula tradisi halal bihalal di Indonesia.
Salah satu pendapat yang dikenal banyak orang berasal dari Kiai Abdul Wahab Chasbullah, seorang kiai Nahdlatul Ulama, yang menciptakan istilah halal bihalal.
Menurut versi ini, tradisi halal bihalal bermula pada tahun 1948. Indonesia baru merdeka dan sedang mengalami gejala disintegrasi bangsa akibat banyaknya perseteruan elit politik serta pemberontakan DI/TII dan PKI.
Kiai Abdul Wahab kemudian mengusulkan untuk mengumpulkan semua tokoh politik dalam acara silaturahmi pada hari raya Idul Fitri yang akan datang.
Saat itu, Soekarno skeptis acara silaturahmi biasa akan menarik para politisi. Oleh karena itu, Kiai Abdul Wahab mencetuskan ide untuk membuat acara halal bihalal.
Menurut Kiai Abdul Wahab, sikap politisi yang saling menyalahkan adalah sesuatu yang salah dan haram, sehingga harus dibuat halal dengan cara saling bertemu, duduk satu meja, dan saling memaafkan.
Acara halal bihalal tersebut berhasil dilaksanakan, dan kemudian dilanjutkan oleh instansi pemerintah di bawah kekuasaan Bung Karno, serta dipopulerkan di kalangan masyarakat.
Versi lain menyebutkan bahwa tradisi halal bihalal berasal dari ide KGPAA Mangkunegara I, atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa.
Kala itu, untuk menghemat sumber daya, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja, para punggawa, dan prajurit secara serentak di balai istana setelah salat Idulfitri.
Semua punggawa dan prajurit kemudian melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri dengan tertib.
Dalam budaya Jawa, sungkem merupakan lambang penghormatan dan permohonan maaf. Hal ini utamanya dilakukan kepada orang yang lebih tua.
Nah, sungkem ini yang kemudian menjadi salah satu cikal bakal tradisi halal bihalal di Indonesia.
Baca Juga: Pilih yang Mana, Mudik Lewat Darat, Udara, atau Laut?
Tujuan Halal Bihalal
1. Meminta Maaf atas Kesalahan Satu Tahun Terakhir
Selain dapat membantu membersihkan hati, halal bihalal juga meningkatkan keikhlasan dalam beribadah dan berhubungan dengan sesama.
Saat halal bihalal, orang-orang biasanya saling bermaafan atas kesalahan yang telah dilakukan selama satu tahun terakhir.
Nah, dalam Islam, meminta maaf dan memaafkan merupakan nilai yang sangat dianjurkan.
Hal ini bertujuan untuk membersihkan hati dari rasa dendam, kebencian, dan ketidakadilan, serta meningkatkan keikhlasan dalam beribadah dan berhubungan dengan sesama.
2. Menjalin Kebersamaan dalam Masyarakat
Kegiatan halal bihalal dapat menjadi ajang untuk memperkuat hubungan antarkeluarga, teman, dan kerabat, serta mempererat tali persaudaraan antarsesama umat Islam.
Selain itu, kegiatan halal bihalal dapat menjadi sarana bersilaturahmi dan tukar informasi, pengalaman, serta ide-ide yang dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat.
3. Membangun Hubungan Harmonis Antarumat Beragama
Dalam halal bihalal, orang yang terlibat tidak hanya terdiri dari umat Islam, tetapi juga bisa terdiri dari umat beragama lain.
Dengan begitu, terbukalah peluang untuk membangun hubungan harmonis dan saling menghargai antarsesama umat beragama.
Dalam Islam, saling menghargai antarumat beragama memang ajaran yang sangat dianjurkan.
4. Bercengkrama dengan Keluarga dan Kerabat Jauh
Selain menjalin silaturahmi, halal bihalal juga menjadi kesempatan bercengkrama dengan orang terdekat yang sudah lama tidak kita temui.
Keluarga dan kerabat yang sudah lama tidak bertemu pun dapat berkumpul dan saling bertukar kabar.
5. Menggalang Dukungan dan Kerjasama Antarsesama
Dalam kegiatan halal bihalal, para peserta dapat saling berbagi informasi dan pengalaman kegiatan sosial atau keagamaan yang mereka lakukan.
Dalam konteks keagamaan, halal bihalal dapat menjadi ajang untuk merencanakan kegiatan yang dapat meningkatkan penerapan nilai-nilai Islam di masyarakat, seperti kegiatan sosial, pengajian, dan bantuan untuk kaum duafa.
Pada prakteknya, halal bihalal kerap melibatkan pemberian amplop berisi uang atau barang. Ini adalah bentuk saling memberikan tanda terima kasih dan penghormatan.
Meskipun kegiatan halal bihalal memiliki akar sejarah yang erat dengan agama Islam, namun nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan kerukunan yang terkandung di dalamnya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Baca Juga: Tidak Hanya Dilakukan Umat Muslim, Simak Tradisi Puasa di Berbagai Agama Berikut Ini!
Makna Filosofis Halal Bihalal
Makna filosofis halal bihalal adalah memberikan pelajaran tentang pentingnya menjaga hubungan sosial, memperbaiki diri, serta menciptakan harmoni dan kedamaian dalam kehidupan.
Dalam Islam, ada ajaran tentang pentingnya saling memaafkan, saling menghargai, saling berbagi, dan menjaga hubungan baik antarsesama manusia.
Dalam halal bihalal, kamu diajak berintrospeksi diri, mengevaluasi perbuatan selama setahun terakhir, serta memohon dan memberikan maaf atas kesalahan yang dilakukan.
Dari sisi filosofis, halal bihalal juga mencerminkan pentingnya sikap introspeksi, pengendalian diri, dan keikhlasan dalam beribadah dan berhubungan dengan sesama.
Dalam Islam, sikap introspeksi dan pengendalian diri diperlukan untuk mencapai keseimbangan dalam hidup.
Sedangkan, keikhlasan dalam beribadah dan berhubungan dengan sesama diperlukan untuk mencapai kedamaian batin dan sosial.
Secara keseluruhan, makna filosofis halal bihalal adalah untuk menjaga hubungan sosial, memperbaiki diri, menciptakan harmoni dan kedamaian, serta mencerminkan ajaran dan nilai-nilai Islam.
Baca Juga: Tradisi Idul Fitri di Indonesia yang Unik dan Bikin Rindu!
Staycation bareng Teman dan Keluarga saat Ramadan?
Kamu sedang mencari tempat staycation yang nyaman dan sesuai dengan suasana Ramadan? Bobopod mungkin bisa jadi pilihan yang tepat.
Fasilitas hotel kapsul ini dilengkapi dengan kasur empuk dan kamar mandi bersih. Selain itu, terdapat pula lampu LED yang warnanya dapat diatur sesuai keinginan.
Kamu juga dapat menikmati musik favorit melalui speaker Bluetooth yang tersedia. Atau, kamu bisa bersantai di area komunal yang cozy sambil bercengkrama dengan teman atau keluarga.
Dapatkan penginapan dengan kualitas eksklusif dan harga terjangkau hanya di Bobopod. Yuk reservasi melalui aplikasi Bobobox sekarang juga!
Foto utama oleh: @h9images via Freepik