Memasuki tahun ketiga pandemi COVID, dunia justru dikejutkan dengan wabah cacar monyet atau monkeypox yang merebak di Inggris di awal Mei 2022 lalu. Melansir Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga awal Juni, kasus terkonfirmasi sudah mencapai angka 780 tanpa ada kasus kematian yang mengiringi.
Kasus tersebut tersebar hingga ke 27 negara nonendemik. Selain Inggris, negara lain yang terjangkit di antaranya meliputi Kanada, Spanyol, Portugis, Australia, Amerika Serikat, Swedia, Italia, Prancis, Belanda, Jerman dan Maroko.
Meski terbilang tinggi, Prof Wayan Tunas Artama, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan. Namun, masyarakat tetap perlu teredukasi tentang gejala-gejala serta pencegahan penularan cacar monyet ini.
Apa saja yang perlu kamu tahu tentang gejala dan pencegahan cacar monyet? Simak informasinya lebih lanjut berikut ini!
Penyakit Cacar Monyet
Cacar monyet merupakan penyakit akibat infeksi virus dengan monyet sebagai inang utamanya. Penyakit ini bersifat zoonosis, yaitu penyakit pada hewan yang bisa menular kepada manusia.
Selain pada monyet, peneliti juga menjumpai cacar monyet pada hewan primata lain serta hewan pengerat tertentu seperti tikus dan tupai di Afrika. Meski bersifat zoonosis, penyakit ini rupanya bisa menular dari manusia ke manusia. Kasus pertama muncul pada tahun 1970 di Kongo.
Para peneliti pertama kali mengetahui keberadaan cacar monyet pada tahun 1958. Wabah tersebut menyerang monyet laboratorium yang digunakan untuk penelitian.
Penyakit satu ini umumnya terjadi di kawasan Afrika tengah dan barat. Namun, per Mei 2022, petugas kesehatan melaporkan adanya kasus di beberapa wilayah di luar Afrika. Uniknya, kebanyakan yang terjangkit tidak melakukan perjalanan menuju atau dari kawasan tersebut.
Baca Juga: Tidak Hanya Membantu Orang Lain, Ini Manfaat Kesehatan Donor Darah
Bagaimana Cara Penyebarannya?
Sebagai penyakit zoonosis, cacar monyet dapat menular dari binatang ke manusia melalui konsumsi langsung daging hewan terinfeksi terutama dalam keadaan mentah atau kurang matang. Penularan juga bisa terjadi akibat adanya kontak langsung dengan hewan, misal melalui cakaran, gigitan atau sentuhan langsung dengan kulit, bulu,darah, cairan tubuh, ruam atau koreng hewan.
Sementara itu, penyebaran manusia ke manusia biasanya terjadi akibat kontak erat melalui droplet atau cipratan cairan pernapasan. Kamu bisa saja menghirupnya terutama jika melakukan kontak dekat dalam waktu lama sebab droplet biasanya tidak akan berpindah jauh atau bertahan lama di udara. Selain itu, virus juga bisa menyebar ke dalam tubuh melalui mulut, mata atau luka terbuka di kulit yang mungkin tidak kamu sadari.
Bukan hanya itu, seseorang yang terinfeksi cacar monyet juga dapat menularkannya kepada orang lain melalui:
- Kontak dengan cairan tubuh seperti darah atau air mani
- Sentuhan langsung pada materi lesi atau luka cacar monyet pada kulit (termasuk di dalam hidung dan mulut)
- Benda-benda yang terkena cairan tubuh yang terinfeksi, seperti seprai, handuk dan pakaian (namun lebih jarang terjadi)
Meski bukan termasuk infeksi menular seksual, penyakit satu ini bisa menyebar melalui kegiatan seks. Melansir WHO, sebagian besar kasus Mei 2022 ditularkan secara seksual, terutama di antara para pria yang berhubungan seks dengan sesama pria.
Gejala Cacar Monyet
Melansir berbagai sumber, sejumlah pakar menyebutkan penyakit cacar monyet memiliki masa inkubasi antara 6-16 hari, namun juga bisa mencapai 5-21 hari. Gejala awalnya mirip dengan flu dan meliputi:
- Demam lebih dari 38,5 derajat Celsius
- Kelelahan
- Menggigil dengan atau tanpa keringat
- Nyeri tenggorokan dan batuk
- Pegal-pegal
- Pembengkakan pada kelenjar limfa
- Sakit kepala
Ruam kemudian muncul setelah satu sampai lima hari dari gejala awal dan bermula di wajah lalu menyebar ke telapak tangan, lengan, kaki, dan bagian tubuh lain. Pada beberapa kasus terbaru, ruam bahkan pertama kali muncul di sekitar alat vital.
Setelah satu atau dua minggu, ruam yang mulanya berberntuk bintik-bintik akan berubah menjadi bintil berair seperti pada cacar air lalu berubah lagi menjadi ruam bernanah. Ruam membutuhkan waktu hingga beberapa minggu untuk mengering dan membentuk kerak (keropeng). Setelah itu, penderita tidak lagi menular.
Meski terbilang ringan, cacar monyet bisa saja menimbulkan komplikasi berupa pneumonia, kehilangan penglihatan karena infeksi pada mata, dan sepsis (infeksi yang mengancam nyawa). Selain itu, gejala biasanya lebih parah jika penyakit menyerang ibu hamil, anak-anak dan orang dengan autoimun.
Baca Juga: Apa Itu Alopecia? Penyakit Autoimun Yang Diderita Jada Pinkett Smith
Pencegahan
Berbeda dengan COVID-19, cacar monyet akan menular setelah seseorang menunjukkan adanya gejala. Hal ini tentu akan semakin mempermudah masyarakat dalam membatasi penyebaran penyakit tersebut. Selain itu, wabahnya juga terbilang kecil dan tidak menyebar dengan mudah.
Meski begitu, kamu tetap perlu menganntisipasi penyebaran dengan beberapa langkah pencegahan, yaitu:
- Penggunaan masker dan sarung tangan (terutama mereka yang harus kontak langsung dengan penderita)
- Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air selama 40-60 detik atau menggunakan hand sanitizer berbahan alkohol
- Menerapkan physical distancing serta etika batuk dan bersin yang benar
- Konsumsi daging yang telah dimasak dengan benar
- Menerapkan hubungan seksual yang aman
Selain itu, cara ampuh lainnya untuk mencegah terkena penyakit cacar air adalah dengan pemberian vaksin JYNNESOS. Pada 2019 lalu, Badan pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat menyetujui vaksin tersebut yang memiliki efektivitas hingga 85% untuk melawan cacar monyet.
Baca Juga: Vaksin HPV Gratis! Apa Itu Kanker Serviks Dan Pencegahannya
Jangan Lakukan
Sebagai bentuk pencegahan, sebaiknya hindari:
- Mendekati hewan liar, termasuk bangkai hewan
- Berdekatan dengan hewan dengan kondisi kurang baik
- Memakan atau menyentuh daging hewan liar
- Berbagi seprai atau handuk dengan orang yang kemungkinan terjangkit cacar monyet
- Kontak erat dengan orang yang kemungkinan terjangkit cacar monyet
Pengobatan
Cacar air umumnya bersifat ringan dan kebanyakan orang akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan dalam beberapa minggu. Mengingat penyakit ini dapat menyebar melalui kontak erat, isolasi mandiri sangat dianjurkan. Selain isolasi mandiri, pasien juga perlu banyak beristirahat, menjalani diet sehat yang ketat, dan membatasi kontak dengan orang-orang sekitar.
Namun, sebelum itu, sebaiknya kamu periksakan diri kepada dokter untuk penanganan lebih lanjut. Meski belum ada pengobatan khusus, dokter akan membantu mengendalikan gejala dengan pengobatan melalui antivirus, seperti cidofovir, brincidofovir, dan tecovirimat. Jika gejala termasuk parah, pasien umumnya harus untuk menginap di rumah sakit hingga sembuh.
Recharge Energi di Bobobox
Kesibukan sehari-hari terkadang bisa membuat kamu lelah baik secara fisik maupun mental. Agar tidak kehabisan energi, staycation di Bobobox bisa menjadi solusi yang tepat. Gak perlu pusing mikirin budget sebab Bobobox siap memberi kamu pengalaman menginap dengan fasilitas berteknologi lengkap dan canggih, namun dengan harga yang terjangkau.
Dengan adanya communal area, pantry, vending machine hingga spot Instagrammbale, liburan kamu dijamin jauh dari kata monoton. Masalah kebersihannya tidak perlu kamu ragukan lagi. Selain menerapkan protokol kesehatan, Bobobox juga menyediakan tim cleaner yang senantiasa menjaga kebersihan pod dan area Bobobox lainnya. Unduh dulu yuk aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut!