Dunia fashion atau mode memang tak pernah ada matinya. Sekalipun selalu ada tema baru dari masa ke masa, namun fashion bergaya jadul atau old fashioned tak pernah kehilangan peminatnya. Gaya vintage dan retro, misalnya. Kedua tema fashion ini seakan tak lekang dimakan zaman.
Meskipun sama-sama mengusung tema ‘jadul’, ternyata gaya vintage dan retro merupakan dua gaya yang sangatlah berbeda, lo. Perbedaannya pun terlihat sangat kentara, mulai dari pilihan warna, motif atau corak, hingga bentuk pakaian yang digunakan.
Penasaran seperti apa perbedaan kedua gaya ‘jadul’ ini? Yuk, simak penjelasan mengenai perbedaan gaya vintage dan retro yang sudah Bob rangkum khusus untukmu berikut ini, ya.
Gaya vintage diadaptasi dari era 1920-an hingga 1960-an
Pada era 1920-an hingga 1960-an, dunia fashion didominasi dengan busana bergaya feminin dan maskulin. Gaya busana ini dipengaruhi oleh situasi setelah Perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914 hingga 1918, di mana tren fashion lebih mengedepankan pakaian dengan gaya semi-formal dan formal.
Menurut seorang desainer bernama Emily Chalmer, di era 1920 hingga 1970, kebanyakan orang sangat menghargai dan senang mengenang masa kecil mereka sendiri. Inilah yang menginspirasi fashion bergaya vintage, agar orang-orang dapat merasakan nostalgia.
Vintage juga bisa berarti “old and of very high quality” atau ‘tua dan memiliki kualitas yang sangat tinggi’. Meskipun dekat dengan kesan kuno dan sederhana, namun vintage tetap memiliki kesan tersendiri yang menarik bahkan untuk dikenakan saat ini.
Megahnya industri film di masa ini juga banyak menginspirasi sejumlah tren dan model busana lewat penampilan para bintangnya. Mulai dari rok panjang yang melambai, busana berbahan bulu binatang, hingga aksesoris berupa pita. Penggunaan risleting atau zipper dan bahan nilon juga mulai dikenal saat itu.
Salah satu desainer ternama yang sangat dikagumi pada masa ini adalah Salvatore Ferragamo, desainer asal Italia, yang memperkenalkan sepatu model platform atau sepatu dengan hak super tebal. Sepatu model ini juga marak kembali di Indonesia sejak 2014 hingga sekarang.
Gaya retro diadaptasi dari era 1970-an hingga 1990-an
Berbeda dengan gaya vintage yang terkesan sederhana, tren gaya retro pada masa 70-an hingga 90-an jauh lebih berwarna dan berani. Lepas dari tekanan Perang Dunia II, masyarakat seakan lebih percaya diri dan bersemangat dengan menampilkan gaya berpakaian dengan warna-warna cerah. Gaya busana ini juga menggambarkan kegembiraan yang membuncah pascaperang.
Gaya retro menjadi tren fashion yang populer di kalangan artis Hollywood, baik saat bermain dalam film maupun saat hadir di acara penghargaan bergengsi. Kesan glamour dalam tampilan yang colorful menjadi identitas fashion yang menarik untuk diikuti. Memasuki tahun 80-an, gaya rambut yang mengembang bagi wanita juga menjadi tren modis.
Banyak artis atau figur publik yang menjadi fashion icon bergaya retro ini. Salah satunya adalah Madonna si Ratu Pop, yang juga berhasil memperkenalkan ripped jeans atau jenis celana berbahan jeans yang sobek-sobek.
Tak ketinggalan, Lady Diana juga menjadi patokan fashion di kalangan masyarakat. Lady Diana cukup sering terlihat mengenakan power suit, atau setelan para wanita yang bekerja, dengan aksen bantalan bahu.
Warna pada gaya vintage dan retro
Pada dasarnya, gaya vintage mengusung warna-warna yang terkesan kalem dan teduh. Warna-warna muda yang lembut atau warna pastel menjadi ciri khas pada gaya ini. Tak heran jika kesan feminin sangat kentara pada tren fashion bergaya 60-an ini.
Memasuki masa Perang Dunia II, warna fashion yang mendominasi berubah menjadi warna-warna gelap yang cenderung netral. Tak heran, jika kamu menonton film dengan latar waktu PD II, warna pakaian terkesan lebih suram dan kuno.
Sedangkan, gaya pakaian retro merupakan kebalikannya. Gaya retro lebih menampilkan warna cerah, yang bisa dipakai bertabrakan dengan warna cerah lainnya. Pakaian dengan warna yang tegas seperti merah, kuning terang, dan shocking pink sudah biasa dilihat saat dipakai bertabrakan. Tak hanya itu, busana dengan nuansa disko yang terkesan gemerlap juga banyak digandrungi.
Motif dan bentuk pakaian untuk gaya vintage dan retro
Model busana bergaya vintage tak jauh dari motif bunga-bunga kecil, polkadot, dan garis. Bahkan, busana vintage juga banyak yang hanya menampilkan warna pastel tanpa motif alias polos. Busana vintage juga dibuat dengan bentuk yang lebih sederhana.
Rok terusan dengan kerah bulat dan bagian bawah berbentuk A-line atau detail yang melebar menjadi salah satu ciri pakaian bergaya vintage. Selain itu, celana pendek di atas pinggang yang dipadukan dengan blus tanpa lengan juga merupakan gaya yang populer kala itu. Audrey Hepburn dan Marilyn Monroe adalah artis yang menjadi ikon fashion vintage kala itu.
Namun, lain halnya dengan pakaian bergaya retro. Retro dekat kaitannya dengan busana bergaya disko seperti celana cutbray, jaket kulit, serta kemeja yang penuh dengan aksen manik-manik. Motif yang ditampilkan pada gaya busana ini adalah motif simetris dan gemerlap.
Aktris Catherine Bach menjadi ikon fashion di kala itu karena penampilannya saat bermain di film berjudul Dukes of Hazzard. Ia mengenakan celana pendek yang dipadukan dengan kemeja kotak-kotak. Selain itu, ia juga mengenakan rok panjang bermotif, rok berbentuk balon, serta bergaya glam rock.
Gaya retro juga dikenal dengan perpaduan potongan saling-silang atau model ekstrim, dengan baju yang sangat ketat. Tak lupa dengan bahan kulit dan bulu yang menjadi ciri khas. Michael Jackson dan Elvis Presley memainkan peran penting sebagai artis bergaya retro.
Fashion bergaya vintage dan retro memang menarik untuk diikuti, ya? Bongkar lemarimu, yuk! Siapa tau kamu bisa menemukan pakaian yang sesuai dengan gaya vintage atau retro yang bisa dipadu padankan dengan gaya modern.
Tak cuma fashion saja, hotel juga ada kok yang berdesain modern
Bobobox adalah hotel kapsul yang memiliki desain ala futuristik yang unik serta beragam fasilitas hi-tech yang menarik dengan kamar berupa kapsul atau pod.
Kamu bisa pesan kamar melalui aplikasi atau website Bobobox, kemudian langsung melakukan pembayaran. Kamu akan otomatis mendapatkan QR code pada aplikasi tersebut. QR code itu bisa digunakan sebagai akses untuk masuk ke dalam pod tanpa harus menggunakan kunci biasa.
Tak hanya itu, Bobobox juga menggunakan IoT untuk kemudahan mengakses berbagai fasilitas di dalam kamarmu. Mulai dari lampu LED yang warnanya bisa kamu atur sendiri sesuai dengan keinginan, hingga menghubungkan smartphone-mu dengan audio musik yang ada di setiap pod.
Podnya juga super nyaman, dengan kasur berukuran single atau king size serta kondisi kamar yang bersih dan rapi. Tim Bobobox selalu menjaga kebersihan dan keamanan para tamu dengan rutin melakukan pembersihan dan menyemprotkan disinfektan. Tunggu apa lagi? Yuk, pesan Pod kamu di aplikasi Bobobox sekarang!
Header photo: Les Anderson via Unsplash