film adaptasi novel terburuk

Mengecewakan, Berikut Deretan Film Adaptasi Novel Terburuk Sepanjang Masa

Ide sebuah film dapat diperoleh dari banyak sumber, salah satunya adalah dari novel. Pilihan novelnya sendiri biasanya jatuh pada novel-novel best-seller yang sudah pasti banyak peminat.

Berangkat dari keinginan untuk memperkenalkan tema baru yang diangkat dari novel bagi mereka yang kurang suka membaca atau untuk menarik perhatian para pecinta novel, terbitlah harapan film adaptasi yang dibuat bisa sesukses novel aslinya. Kemungkinan responnya ada dua, yaitu sukses atau gagal.

Film adaptasi novel yang meraih kesuksesan serta mendapatkan sambutan meriah dari para penonton tentu banyak. Namun, film adaptasi novel yang berakhir sebaliknya alias gagal dan mengecewakan dengan titel film adaptasi novel terburuk sepanjang masa juga tidak sedikit. Padahal inspirasinya berasal dari novel yang cukup bagus dan diminati banyak orang.

Penafsiran dari novel ke dalam film sendiri bukanlah hal yang mudah. Ratusan halaman dari sebuah novel harus dikemas ke dalam serangkaian adegan berdurasi kurang lebih dua jam. Hal ini tentu cukup berisiko dan menjadi tantangan tersendiri untuk mampu menyampaikan isi dalam novel yang begitu mendetail dalam jangka waktu yang singkat.

Film adaptasi novel yang bagus sekalipun umumnya tidak pernah luput dari komentar seperti “mending baca bukunya aja,” atau “bagusan bukunya deh,” dan semacamnya. Bagaimana nasib film-film adaptasi novel terburuk? Respon paling umum mungkin adalah “harusnya dari awal gak usah dibikin film.”

Lalu, apa saja sih film-film adaptasi novel terburuk sepanjang masa itu? Simak 12 di antaranya berikut ini!

The Cat in the Hat (2003)

Salah satu film adaptasi novel terburuk sepanjang masa jatuh pada The Cat in the Hat. Film adaptasi dari buku Dr Seuss dengan judul yang sama ini bercerita tentang seekor kucing aneh yang mengajari dua anak yang kebosanan cara bersenang-senang saat ibu tak ada di rumah.

Sayangnya, film ini tidak berhasil menyamai kualitas buku sumbernya. Hal yang harusnya bersifat menyenangkan justru menjadi kacau. Humor yang disampaikan bahkan kurang pantas didengar oleh anak-anak. Selain itu, tokoh si kucing yang menjadi penghibur anak-anak juga terlihat menakutkan dan bergidik ngeri.

Ella Enchanted (2004)

Novel karya Gail Carson Levine, Ella Enchanted, berkisah tentang seorang gadis yang ingin menjadi dirinya sendiri dan tidak memerlukan seorang pangeran tampan untuk menyelamatkannya. Intinya, buku tersebut mengjari pembaca untuk menjadi pemberani dan mencintai keanehan yang dimiliki diri sendiri. Sayangnya, film adaptasi novel ini justru mengajarkan kamu untuk menunggu sampai seorang pria menyelamatkan kamu jika kamu ada dalam masalah.

Lemony Snicket’s A Series of Unfortunate Events (2004)

Film adapatasi novel terburuk sepanjang masa satu ini memaksakan cerita dalam tiga buku ke dalam satu film. Tiga buku dalam satu film tentu tidak bisa menunjukkan terlalu banyak perkembangan para tokoh dalam novel sehingga tidak ada banyak waktu tersisa untuk memperkenal serta mengexplore setiap karakternya. Akhir cerita diubah dan kehadiran seorang Jim Carey pun tak bisa menyelamatkan film adaptasi novel satu ini. Pecinta novel sudah pasti kecewa.

Eragon (2006)

Para pecinta novel Eragon pasti setuju bahwa film adaptasi novel ini layak mendapat predikat film adaptasi novel terburuk sepanjang masa. Bagaimana tidak, pengembangan karakternya banyak yang dipotong, ceritanya tidak menarik karena saking banyaknya elemen-elemen dari novel yang hilang, dan  ada juga tambahan adegan yang tidak perlu.

Yang tersisa hanyalah cerita tentang seorang remaja laki-laki yang  menemukan telur naga, pergi bertualang, bertemu orang-orang dan melakukan pertarungan. Selain itu, para aktor yang memainkan tokoh-tokoh dalam novel pun terkesan tidak niat dan terlalu datar.

Film ini bahkan dianggap sebagai versi low-budgetnya Lord of the Rings karena efek yang digunakan justru membuatnya seperti film fantasi jadul. Secara keseluruhan, film ini terkesan tidak hidup dan kamu tidak akan menemukan kesenangan serta keajaiban yang kamu jumpai dalam novel.

The Golden Compass (2007)

The Golden Compass merupakan film adaptasi dari novel karya Philip Pullman berjudul Northern Lights, buku pertama dari trilogi His Dark Materials . Novel tersebut memiliki cerita yang rumit, gelap dan begitu kuat seputar agama, cinta, filosofi, dan ilmu pengetahuan.

Sayangnya, The Golden Compass justru mempertontonkan alur yang datar, generik dan ringan layaknya film anak-anak apalagi dengan adanya hewan yang bisa bicara. Karenanya, tidak mengherankan jika film satu ini termasuk film adaptasi novel terburuk sepanjang masa.

My Sister’s Keeper (2009)

Film adaptasi novel terburuk berikutnya pilihan Bob adalah My Sister’s Keeper yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Poin utama dari buku itu sendiri mengajarkan betapa rapuhnya kehidupan. Saat membaca bukunya, kamu mungkin berpikir bahwa sang kakak yang terkena kanker akan meninggal seperti kebanyak cerita dengan tema penyakit mematikan. Nyatanya, sang adik yang sehat serta berperan sebagai pendonor bagi sang kakak justru meninggal sementara sang kakak bisa bertahan hidup lebih lama.

Bagaimana dengan filmnya? Akhir cerita dibuat berbeda dan sang kakak yang harus meninggal. Keduanya, baik film maupun novel, tentu sama-sama menguras emosi. Namun, film tersebut terkesan biasa saja dan malah merusak poin serta pelajaran penting yang ingin disampaikan dalam buku.

The Lovely Bones (2009)

The Lovely Bones bercerita tentang seorang gadis yang diperkosa lalu dibunuh oleh tetangganya sendiri. Gadis tersebut melihat bagaimana keluarganya yang berduka berusaha untuk bangkit dan dia sendiri pun berusaha untuk menerima takdirnya ini. Gambaran cerita dengan latar belakang perkosaan dan pembunuhan ini sudah pasti membuatnya terkesan gelap dan penuh emosi.

Sayangnya, sang sutrada Peter Jackson yang sebelumnya berhasil mengadaptasi Lord of the Rings, justru gagal membawa film ini pada kesuksessan. Ceritanya tidak konsisten seolah-olah sang sutradara kebingungan mengambil fokus cerita apakah menitik beratkan pada drama keluarga atau thriller. Namun, pada akhirnya Jackson malah terlalu fokus pada CGI yang membuat pusing penonton sehingga fokus cerita kembali terabaikan.

Percy Jackson (2011)

Film adaptasi novel terburuk selanjutnya adalah Percy Jackson. Meskipun menampilkan sinematografi yang indah dan efek yang memukau, sda banyak perubahan yang membuat pecinta novel geram dengan film satu ini.

Sebut saja perubahan umur, pemilihan aktor yang salah, karakteristik dan kepribadian para tokoh banyak yang diubah, dan ada pula adegan tambahan yang tidak ada kaitan dengan ceritanya. Fans garis keras novel Percy Jackson bahkan tidak mau mengakui adanya serial film ini.

The Hobbit (2012)

The Hobbit merupakan trlogi film yang diadaptasi dari satu novel berjumlah sekitar 310 halaman. Karenanya, film ini dirasa terlalu memperumit alur yang dari awal sudah sederhana dengan memaksakan adanya hubungan dengan film Lord of the Rings.

Di dalam film ini, kamu akan menjumpai adanya cerita tambahan serta tokoh-tokoh tidak penting dan sebenarnya tidak ada di buku sehingga tidak bisa dipungkiri banyak yang menganggap The Hobbit sebagai salah satu film adaptasi novel terburuk. Meskipun ada kabar bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh jurnal rahasia J.R.R. Tolkien, para fans setia buku karya Tolkien tentu sangat kecewa.

The Great Gatsby (2013)

Film The Great Gatsby diadaptasi dari novel berjudul serupa karya F. Scott Fitzgerald. Novel yang bercerita tentang kisah romansa klasik ini sendiri dianggap sebagai salah satu novel terhebat sepanjang masa.

Sayangnya, hal tersebut tidak berlaku bagi semua adaptasi filmnya termasuk yang terbaru pada 2013 lalu. Sama halnya dengan film-film adaptasi pendahulunya, film satu ini menerima review kurang baik terutama dari para pecinta buku. Meskipun sudah menggandeng bintang ternama seperti Leonardo Dicaprio dan Tobey Maguire, film ini gagal menyampaikan isi penting dari buku ini.

The Mortal Instruments: City of Bones (2013)

Selanjutnya, ada The Mortal Instrument yang juga bisa dikategorikan sebagai salah satu film adaptasi novel terburuk. Diadaptasi dari novel young adult yang laris di pasaran, film ini bercerita tentang Clary yang menyadari bahwa dia merupakan keturunan pembasmi iblis dengan darah malaikat mengalir di dalamnya.

Beberapa hal yang membuatnya gagal adalah adegan-adegan yang dinilai terlalu melodramatis dan klise. Selain itu, ceritanya juga terlalu fokus pada drama serta keglamorannya sehingga keseluruhan film terasa membosankan dan mitologi dalam buku malah terabaikan.

The Girl on the Train (2016)

Bertema psychological thriller, buku The Girl on the Train berkisah tentang seorang wanita pecandu alkohol yang berusaha memecahkan misteri tentang pasangan yang tidak pernah dia jumpai sebelumnya namun sering ia lihat lewat jendela kereta yang ia naiki untuk bekerja tiap harnya. Dia melaporkan pada polisi saat salah satu dari pasangan itu menghilang.

Namun, dia perlu menyelidiki lebih lanjut karena kecanduannya terhadap alkohol mungkin saja memengaruhi ingatannya. Sayangnya, film The Girl on the Train gagal menjelaskan semuanya dengan gamblang sehingga penonton akan dibuat kebingungan dengan banyaknya plot holes dalam cerita tersebut.

Obrolan tentang film bikin kamu ingin menonton namun bosan dengan suasana rumah? Cobain nonton sambil menginap di Bobobox yuk! Wi-Finya kencang dan suasananya nyaman banget buat nonton dalam posisi apapun. Kehadiran fitur moodlamp bisa kamu gunakan untuk mengatur warna cahaya lampu dalam pod sehingga suasananya bisa kamu sesuaikan dengan genre film yang kamu tonton.

Tunggu apa lagi? Yuk unduh dulu aplikasi Bobobox biar kamu bisa pesan kamar yang kamu mau dan dapatkan informasi serta promo-promo terbaru Bobobox.

Header image: @kues1 via Freepik

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles