bahaya menahan bab

Kebiasaan Menahan Buang Air Besar? Hati-Hati Jangan Sampai Kamu Menderita

Bahaya atau dampak negatif tidak hanya mengintai kamu yang kerap menahan buang air kecil. Bahaya menahan BAB juga perlu kamu waspadai. Normalnya, kamu harus segera mengeluarkan kotoran saat tubuh sudah memberi sinyal.

Namun, ada saja alasan yang membuat kamu harus menahannya. Sebagian orang mungkin merasa malu saat harus buang air besar di tempat umum dan memilih untuk menahannya hingga sampai di rumah.

Jauhnya lokasi kamar mandi serta waktu yang tidak tepat juga bisa menjadi pemicu. Misal, rasa sakit perut muncul saat kamu masih tertidur, kamu sedang di perjalanan dan tidak bisa menemukan kamar mandi, atau sedang berada di tengah-tengah acara.

Sekali dua kali saja mungkin tidak bermasalah. Namun, jika sudah menjadi kebiasaan, kesehatan kamu mungkin terganggu. Apa saja bahaya menahan BAB itu? Yuk intip informasinya berikut ini!

Sembelit

Sakit perut menahan BAB
Photo: @Jcomp via Freepik

Salah satu bahaya menahan BAB yang bisa timbul adalah sembelit atau konstipasi. Saat menahan BAB, kamu menggunakan otot-otot rektum terutama otot puborektalis. Otot tersebut berada di antara saluran anus dan rektum.

Otot puborektalis akan mendorong kotoran menjauh dari rektum dan mengirimnya kembali ke kolon atau usus besar. Namun, saat kotoran kembali ke usus besar, air di dalam kotoran akan diserap kembali ke dalam tubuh sehingga kotoran menjadi kering dan keras.

Akibatnya, kamu justru akan kesulitan untuk mengeluarkan kotoran tersebut sebab kotoran sudah keras ketika kamu siap mengeluarkannya. Sesekali saja mungkin tidak masalah. Namun, jika sudah menjadi kebiasaan, kamu bisa mengalami sembelit.

Sembelit ini terjadi sebab tidak ada lagi cairan yang melumasi kotoran. Orang yang mengalami sembelit biasanya hanya buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu. Kondisi ini juga kerap dibarengi dengan gejala sakit perut, perut kembung, dan mengejan kuat saat BAB.

Penanganan sembelit terbilang sederhana. Kamu biasanya hanya membutuhkan obat pencahar, baik dalam bentuk kapsul atau tablet, serbuk untuk dilarutkan dengan air, cairan atau gel yang dioleskan ke anus atau kapsul yang dimasukkan ke anus.


Baca Juga: Sakit Perut Bagian Kiri Atas? Mungkin Ini Penyebabnya!


Seberapa Sering Seseorang BAB?

Perlu digarisbawahi juga bahwa setiap orang memiliki jadwal BAB berbeda-beda. Seseorang bisa saja BAB hingga tiga kali sehari, dua hari sekali atau justru hanya tiga kali saja per minggu. Hal ini tergantung pada usia dan pola makan. Namun, sebagian besar biasanya buang air besar satu hingga tiga kali sehari.

Perubahan pada frekuensi tersebut bisa saja menjadi indikasi sembelit. Tetapi kondisi masing-masing orang tetap menjadi pertimbangan, misalnya ada perubahan pada pola makan dan gaya hidup atau kesehatan saluran cerna yang sedang terganggu.

Jika tidak ada perubahan pola makan, tetapi kamu tidak BAB sama sekali dalam seminggu, kemungkinan besar kamu mengalami sembelit. Sementara itu, jika kamu termasuk mengalami BAB tiga kali atau lebih per minggunya, namun kotoran kamu tidak keras dan kering, tidak sakit dan tidak sulit dikeluarkan, maka itu tidak dianggap sebagai sembelit.

Hemoroid dan Fisura Ani

Bahaya menahan BAB lainnya yang perlu kamu waspadai adalah hemoroid (ambeien atau wasir) dan fisura ani. Hemoroid merupakan pembengkakan atau pembesaran pembuluh vena di bagian dalam atau luar rektum serta anus.

Ada dua jenis hermoroid , yaitu internal dan eksternal. Hemoroid internal biasanya sulit untuk dilihat dan jarang menimbulkan rasa nyeri. Sementara itu, hemoroid eksternal biasanya menimbulkan rasa sakit atau gatal di sekitar anus serta pendarahan dan keluarnya lendir setelah BAB. Mengejan terlalu keras saat buang air (akibat konstipasi) bisa menjadi salah satu penyebab hemorid eksternal ini.

Sementara itu, fisura ani mengacu pada luka atau robekan pada anus. Penyebabnya adalah cedera pada anus akibat diare atau sembelit. Seperti hemoroid, fisura ani juga menimbulkan rasa nyeri tajam pada anus dan BAB berdarah.


Baca Juga: Buang Air Besar Kelewat Lancar? Ini Dia Obat Diare Alami Yang Mudah Kamu Temui


Distensi Rektum

Photo: @tiko33 via Freepik

Tahukah kamu bahwa rektum dapat meregang atau membesar akibat kebiasaan menahan buang air besar setiap harinya? Terlalu sering menggunakan otot rektum untuk mendorong kotoran kembali ke rektum dan kolon bisa membuat otak kehilangan sensasi di dalam rektum (hiposensitivitas rektal). Bahaya menahan BAB ini selanjutnya akan membawa kamu pada kondisi inkontinensia tinja.

Inkontinensia Alvi

Inkontinensia tinja atau inkontinensia alvi adalah bentuk lain dari bahaya menahan BAB. Kondisi ini berupa ketidakmampuan tubuh dalam mengendalikan buang air besar.

Akibatnya, kotoran atau tinja pun bisa keluar secara tiba-tiba tanpa disadari oleh penderitanya. Penyebabnya adalah terganggunya fungsi usus bagian akhir, anus da sistem saraf sehingga tidak bisa berfungsi dengan normal.

Keluarnya kotoran secara tiba-tiba biasanya termasuk ke dalam kategori inkontinensia tinja pasif. Hal ini biasanya terjadi tanpa dorongan apapun dan kotoran juga bisa keluar saat penderita buang angin.

Selain itu, ada juga inkontinensia mendesak. Penderita umumnya merasakan dorongan tiba-tiba untuk buang air besar dan mengalami kesulitan untuk menahan atau mengendalikannya.  

Impaksi Feses

Bahaya menahan BAB juga bisa berupa impaksi feses. Pada impaksi feses, penderita kesulitan mengeluarkan kotoran yang kering dan keras. Akibatnya, kotoran pun tersangkut di usus besar atau rektum dan sulit untuk dikeluarkan.

Selain merasakan nyeri, penderita juga bisa menunjukkan gejala muntah-muntah. Kondisi ini biasanya memerlukan pertolongan medis. Impaksi feses ini juga dapat meningkatkan risiko terbentuknya lubang pada saluran pencernaan (perforasi).


Baca Juga: Beda Lokasi Sakit Beda Penanganan! Ini Dia Jenis-Jenis Sakit Perut


Perforasi Gastrointestinal

Selanjutnya, ada perforasi gastrointestinal, bahaya menahan BAB yang terjadi akibat kotoran yang terdorong jauh hingga ke saluran pencernaan. Hal ini menimbulkan terbentuknya perforasi atau lubang pada dinding saluran pencernaan. Jika bakteri dari kotoran sampai masuk ke lambung, penderita harus segera mendapatkan penangan medis sebab kondisi ini sangat mengancam nyawa. 

Usus Buntu dan Kanker Usus Besar

Kebiasaan menahan buang air besar juga bisa meningkatkan risiko usus buntu dan kanker usus besar. Menurut sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam jurnal PubMed Central, peningkatan kotoran di dalam usus besar mengakibatkan peradangan secara permanen di dinding dalam usus dan peningkatan jumlah bakteri di dalamnya.

Kedua faktor tersebut kemudian dapat meningkatkan  risiko terkena kanker usus besar. Penelitian tersebut juga menghubungan kebiasaan menahan BAB dengan risiko usus buntu.

Manjakan Diri di Bobobox!

Pikiran dan emsoi juga dapat memengaruhi kesehatan tubuh. Karena itu, tidak ada salahnya sesekali memanjakan diri untuk menenangkan pikiran dan emosi kamu. Tentunya ada banyak cara yang bisa kamu lakukan dan salah satunya adalah dengan berlibur atau sekadar staycation. Untuk akomodasi, serahkan saja pada Bobobox! Hotel kapsul satu ini dirancang untuk memberikan kenyamanan bagi pelanggan dengan desain minimalis dan futuristik.

Banyak fitur menarik yang wajib kamu coba saat menginap di sini. Salah satunya adalah fitur moodlamp yang memungkinkan kamu untuk mengubah warna cahaya LED di dalam pod. Suasana terang hingga temaram bisa kamu coba dan sesuaikan dengan kebutuhan dan mood kamu. Tertarik? Yuk, unduh aplikasi Bobobox untuk informasi lebih lanjut!

Header image: @user33769719 via Freepik

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles