@gaby.campo via Freepik

Lucu dan Menggemaskan! Yuk Kenalan dengan Lithops, si Batu Hidup

Jika berbicara soal tanaman hias, kamu akan dihadapkan dengan berbagai macam jenis mulai dari tanaman hias daun, bunga, buah, akar, dan batang. Setiap jenis tersebut tentu memiliki kelebihannya tersendiri hingga bisa menarik perhatian para pecinta tanaman. Tak jarang antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap tanaman hias akan menjadi tren dan semakin melambungkan nama hingga harga tanaman tersebut.

Dari sekian banyaknya tren tanaman hias, tanaman sukulen juga ikut tersemat di dalamnya. Tanaman hias dari kubu sukulen sendir bisa dibilang sudah cukup akrab di telinga masyarakat. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa salah satu tanaman yang masuk ke dalam klasifikasi sukulen ternyata memiliki tampilan yang unik, imut sekaligus menggemaskan.

Namanya adalah lithops alias si batu hidup. Mungkin nama tersebut masih terdengar asing apalagi mengetahui julukannya adalah batu hidup mengingat selama ini kata batu lebih sering diasosiasikan sebagai sebuah benda mati.

Mulai penasaran dengan lithops batu hidup ini? Yuk temukan jawaban dan ulasannya di bawah ini!

Lithops Batu Hidup

@littlebrier via Instagram

Lithops batu hidup atau yang juga dikenal dengan nama living stone merupakan tanaman asal Namibia dan Afrika Selatan. Tanaman ini sendiri termasuk ke dalam kelompok tanaman sukulen genus Aizoaeae, yakni tumbuhan berbunga yang hidup di dataran kering dan sebagian besar merupakan tumbuhan endemik Afrika bagian selatan.

Nama lithops sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, yakni lithos yang berarti batu dan opsis yang berarti mirip. Dengan kata lain, lithops memiliki arti sesuatu yang mirip batu. Tampilannya yang terdiri dari sepasang atau lebih umbi berukuran kecil dan agak pipih yang saling berhadapan memang membuatnya tampak seperti batu.

Nah, kondisinya yang merupakan sebuah tanaman membuatnya memperoleh julukan si batu hidup atau living stone. Selain dikenal dengan nama tersebut, lithops batu hidup juga memiliki nama panggilan lain seperti batu berbunga (flowering stone), bokong (butt, karena bentuknya yang seperti bokong manusia) serta kuku sapi, domba atau kuda (di Namibia karena kemiripannya dengan cetakan kuku).


Baca Juga: Jangan Sampai Salah Pilih! Ini Dia 7 Rekomendasi Tanaman Hias Indoor Yang Minim Cahaya Matahari


Lithops batu hidup sendiri awalnya ditemukan oleh William John Burchell pada tahun 1811 dalam ekspedisi botani di Afrika bagian Selatan. Dalam perjalanan tersebut, tepatnya di dekat kota Prieska di provinsi Northern Cape, Burchell menemukan batu cokelat dengan tampilan aneh dan celah di permukaannya. Saat diamati lebih dekat, batu tersebut ternyata merupakan tumbuhan sukulen.

Bagian-Bagian Lithops Batu Hidup

@shabomaniac via Instagram

Lithops batu hidup berbentuk pipih, kecil serta mirip sepasang batu yang saling berhadapan dengan celah di antara keduanya. Kedua sisi yang berhadapan tersebut merupakan daun lithops dan celah di antara keduanya diisi oleh meristem, yakni jaringan pertumbuhan pada tumbuhan yang terdiri dari sel-sel yang dapat membelah diri.

Lithops ini tidak memiliki batang sungguhan dan sebagian besar daunnya terkubur dalam tanah dengan bentuk mengerucut hingga ke akar tunggangnya. Karena itu, yang terlihat di permukaan hanya sebagian kecilnya saja.

Di bagian daun, kamu bisa melihat pola aneh yang sekilas mirip gumpalan otak. Nah, pola-pola tersebut sebenarnya merupakan lapisan transparan yang memungkinkan bagian dalam lithops untuk memperoleh sinar matahari yang dibutuhkan olehnya untuk tetap tumbuh.

Bagian tersebut terdiri dari sel-sel yang berfungsi sebagai jendela yang memungkinkan cahaya untuk masuk ke bagian dalam tempat klorofil untuk proses fotosintesis. Dengan formasi ini, lithops batu hidup dapat tetap aman dari predator dan sengatan matahari.

Dari celah di antara daun, lithops batu hidup dapat menghasilkan bunga, umumnya terjadi selama musim gugur dan awal musim dingin. Bunga biasanya akan terbuka di sore hari yang cerah lalu kembali menutup menjelang malam. Bunga tersebut biasanya berwarna kuning, oranye pucat atau putih dengan banya kelopak dengan aroma harum nan manis.


Baca Juga: Manfaatkan Ruang Kecil, Inilah Cara Budidaya Tanaman Hidroponik


Selain bunga, daun baru juga bisa tumbuh dari celah tersebut dan membentuk kelompok daun yang berhimpitan. Ketika daun baru itu tumbuh, daun yang lebih tua biasanya akan mengering.

Lithops juga menghasilkan buah berbentuk kapsul kering yang akan terbuka jika terkena tetesan hujan. Saat terbuka, bijinya akan terlempar keluar dengan jarak 2,5 cm hingga beberapa puluh senti dari tanaman induk. Buah biasanya akan tertutup lagi setelah kembali mengering untuk melindungi biji-biji yang tersisa.

Habitat Asli Lithops

@kaeru.niwa via Instagram

Lithops batu hidup ditemukan di daerah yang sangat gersang, berbatu atau berpasir di selatan Afrika. Beberapa wilayahnya bahkan memperoleh kurang dari empat inci curah hujan setiap tahunnya.

Meskipun tanaman sukulen memang terbiasa menghemat air, lithops bisa dibilang berada di level yang berbeda. Tanaman satu ini jarang sekali memperoleh air dan saat tersedia, lithops tidak meminum air terlalu banyak. Pada lithops liar, mereka bahkan tidak pernah berjumpa dengan hujan dan justru bertahan hidup dengan menyerap kelembapan dari embun atau kabut beberapa kali dalam setahun.

Karena itu, tidak heran jika lithops batu hidup termasuk tanaman yang kuat karena mampu bertahan hidup meskipun tidak memperoleh pasokan air hingga berbulan-bulan. Sama halnya seperti tanaman kaktus, lithops ini memanfaatkan kedua daun tebalnya untuk menyimpan cadangan air.

Lithops batu hidup umumnya berwarna cokelat atau abu-abu seperti batu kebanyakan. Di habitat aslinya tersebut, batu-batu hidup tersebut berbaur sangat baik dengan lingkungan sekitar sehingga membutuhkan kejelian ekstra untuk membedakannya di antara pasir serta bebatuan yang hidup berdampingan dengannya. Hal ini tentu tidak tanpa alasan. Tanaman sukulen satu ini memang sengaja menyamarkan diri agar terhindar dari serangga serta tikus yang memangsa mereka.

Diperkirakan terdapat sekitar 37 spesies dan lebih dari 145 varietas litjops yang kebanyakan terlihat mirip satu sama lain. Yang menjadi pembeda hanyalah bentuk, tanda, warna serta tekstur lithops.

Selain warna cokelat dan abu-abu, kamu juga akan menjumpai berbagai warna lainnya seperti cokelat kemerahan, hijau, merah muda. Selain itu, corak pada permukaan daunnya pun cukup bervariasi, misal corak titik, garis atau bintik. Hal-hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tumbuhan itu.

Karena itu, tampilan lithops bisa memberikan kesan berbeda-beda di mata orang. Kamu bisa saja menggagapnya aneh, unik bahkan menggemaskan karena selain tampa seperti seperti batu, lithops juga terlihat seperti permen-permen kecil yang imut, miniatur otak, miniatur alas sepatu hingga bokong manusia.

Cara Merawat Lithops Batu Hidup

@sang_un_ryu via Instagram

Meskipun hidup di cuaca yang ekstrem, kamu masih tetap bisa memelihara lithops batu hidup tentu dengan perawatan yang tepat. Tanaman ini umumnya dipelihara di dalam rumah dengan bermula dari benih atau sudah dalam bentuk batu hidup.

Salah satu hal yang kamu butuhkan adalah media yang mudah kering mengingat habitat asli lithops yang gersang dan berbatu. Untuk itu, sebaiknya gunakan media yang bersifat porous seperti campuran pasir, kerikil kompos dan tanah dengan takaran pasir atau kerkil lebih banyak dari tanah dan kompos.

Untuk masalah pencahayaan, sebaiknya tempatkan lithops secara langsung di bawah sinar matahari. Jika dalam ruangan, kamu bisa meletakkanya di dekat kaca untuk memperoleh sinar matahar langsung. Kamu bisa menjemurnya untuk lima jam di pagi hari dan sisanya letakkan di tempat yang semiteduh agar tetap memperoleh cahaya secara tidak langsung.


Baca Juga: 7 Tanaman Dengan Manfaat Aromaterapis Yang Bisa Ditanam Sendiri Di Rumah


Selanjutnya, dalam hal penyiraman, kamu perlu mengingat bahwa lithops tumbuh di tempat yang ekstrem. Karenanya, terlalu banyak air bisa membuatnya bengkak hingga mati. Meski begitu, bukan berarti kamu tidak memberinya cukup air.

Untuk menghindari hal tersebut, kamu bisa melakukan penyiraman jika media tanahnya sudah benar-benar kering. Untuk mengetahui hal tersebut, masukkan saja tusuk satai ke dalam tanah dan lihatlah apakah tusuk itu lembap atau tidak saat diangkat. Selain itu, jika daun lithops baru sedang tumbuh, hindari menyiram tanaman hingga daun lamanya mengering dan layu.

Nikmati Kesegaran di Tengah Alam Bersama Bobocabin

Setelah puas dengan info penuh kegersangan dari lithops, kini saatnya kamu mendengar kabar menyegarkan dari Bobobox.

Tahukah kamu, Bobobox akan segera meluncurkan produk terbarunya yang bertajuk Bobobocabin yakni pengalaman glamping dengan teknologi Internet of Things. Meski berada di tengah alam terbuka dengan segala kesegaran dan ketenangannya, kamu akan tetap merasakan sentuhan teknologi modern sehingga segalanya tetap terasa mudah, aman dan nyaman. Nantikan kehadiran pengalaman berkemah berbalut teknologi ini ya!

Namun sebelum itu, jangan lupa untuk terus update dengan informasi serta promo-promo terbaru Bobobox melalui aplikasinya yang bisa kamu unduh di Play Store atau App Store.

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles