Racun sudah sejak lama dijadikan alat untuk menghabisi nyawa seseorang mulai dari orang biasa hingga tokoh terkenal. Kendati mendapat cap pengecut, pembunuhan dengan racun dianggap lebih efektif karena tidak meninggalkan jejak yang kentara. Karenanya, tidak heran jika banyak kasus pembunuhan menggunakan racun demi bisa menghilangkan jejak dan mengulur waktu penyelidikan. Berikut ini adalah tujuh di antara sekian banyaknya kasus pembunuhan menggunakan racun.
Locusta of Gaul
Kasus pembunuhan menggunakan racun yang paling terkenal sepanjang sejarah dilakukan oleh seorang wanita yang dianggap sebagai pembunuh berantai pertama bernama Locusta asal Gaul (provinsi Romawi Kuno yang sekarang dikenal sebagai Prancis). Di masa Kekaisaran Romawi Claudius, Locusta ini terkenal dengan kemampuannya meracik racun-racun mematikan hingga dia dinyatakan bersalah atas banyak kejahatan.
Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh istri kedua Claudius, Agrippina, untuk menjatuhkan sang kaisar dari tahtanya sehingga sanga anak, Nero, bisa segera duduk di atas singgasana kekaisaran tersebut. Kabarnya, Claudius dibuat seolah tengah mabuk saat sedang menghadiri perjamuan lalu akhirnya meninggal setelah menyantap jamur favorit yang ternyata sudah dilumuri racun.
Dengan kemampuan tersebut, Locusta bisa dengan mudah menghabisi nyawa para korbannya termasuk rival-rival Kaisar Nero yang memang diperintahkan padanya untuk dilenyapkan. Karena kemampuannya tersebut, Nero juga memaafkan kesalahan-kesalahan Locusta, menghadiahkannya tanah yang luas, uang dan hadiah-hadiah lainnya serta mengiriminya murid-murid untuk diajari keahlian beracun tersebut. Locusta pun bertahan menjadi kaki tangan Nero selama 14 tahu sebelum akhirnya dieksekusi oleh Galba, penerus Nero.
Mary Ann Cotton
Kasus pembunuhan menggunakan racun selanjutnya juga dilakukan oleh seorang wanita bernama Mary Ann Cotton. Wanita yang dijuluki “the Black Widow” serta peracun zaman Victoria ini diklaim telah melenyapkan sekitar 15 nyawa dengan menggunakan racun arsenik. Namun, dia hanya dinyatakan bersalah atas satu kematian saja, yakni anak tirinya yang bernama Charles Edward Cotton.
Tindakan kriminal Mary Ann ini awalnya tidak terendus karena gejala kematian para korban dianggap sebagai gastroenteritis akibat kesamaan gejala antara racun arsenik dan masalah lambung tersebut. Kejahatan Mary sendiri kabarnya sudah terjadi sejak pernikahan pertamanya dengan seorang buruh bernama William Mowbray. Dari lima anak yang mereka miliki, empat di antaranya meninggal karena gastroenteritis lalu disusul oleh tiga anak lainnya hingga William pun mengalami nasib serupa seperti anak-anaknya. Setelah kematian tersebut, Mary memperoleh uang asuransi yang cukup besar.
Kejadian tersebut kemudian terulang lagi pada suami keduanya hingga Mary kembali mendapatkan uang asuransi yang tidak sedikit. Selanjutnya, dia menikah dengan suami ketiga, James Robinson, dan kembali mengulang peracunan pada ibu, anak perempuan serta dua anak kandung James.
James ini luput dari kejahatan Mary karena dia sudah lebih dulu mengusirnya keluar dari rumah. Masih dalam status istri James, Mary kembali menikah dengan seorang pria bernama Frederick Cotton dan tentu saja kematian masih beranjut. Kali ini, korban meliputi Frederick, anak mereka, saudara perempuan Frederick serta anak kandung Frederick yaitu Charles. Selain itu, kekasih Mary yang bernama Joseph Nattras juga ikut menjadi korban dengan gejala gastroenteritis.
Lewat kematian Charles, terungkaplah sifat iblis Mary Ann. Setelah dilakukan pemeriksaan pada tubuh Charles, ditemukanlah jejak racun arsenik sehingga Mary pun dinyatakan bersalah dan mendapat hukuman gantung pada 24 Maret 1873.
Joseph Michael Swango
Kasus pembunuhan menggunakan racun selanjutnya dilakukan oleh seorang dokter yang juga dikenal sebagai pembunuh berantai bernama Joseph Michael Swango. Peracun satu ini diperkirakan telah melenyapkan hingga 60 nyawa termasuk pasien, rekan kerja, teman hingga sang kekasih.
Michael sendiri sebenarnya dikenal sebagai mahasiswa berprestasi namun sayangnya kemanapun dia pergi, ada saja keanehan yang terjadi. Sebut saja rekan kerja yang sakit serta pasien yang meninggal atau hampir kehilangan nyawanya rata-rata akibat racun arsenik. Karena itu, dia pun mendapat julukan double-o Swango mengingat banyak pasien yang akhirnya meninggal setelah Swango berkunjung, padahal pasien dalam keadaan baik-baik saja.
Philadelphia Poison Ring
Philadelphia Poison Ring kasus pembunuhan menggunakan racun arsenik yang kabarnya menelan hingga puluhan korban. Hal ini sendiri terjadi di masa Great Depression sekitar tahun 1930-an dan digawangi oleh dua orang sepupu bernama Herman dan Paul Petrillo. Berawal dari penjahit dan penjual spaghetti, keadaan kemudian memaksa keduanya untuk beralih profesi menjadi penjual asuransi murah dan mereka bertindak sebagai beneficiary (penerima keuntungan asuransi).
Asuransi tersebut lebih sering ditawarkan kepada para istri yang tidak bahagia dengan janda dan suami baru mereka. Saat bekerja sama dengan keduanya, para suami tersebut akan meninggal dengan cara yang aneh. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi Herman dan Paul karena mereka akan mendapat klausal ganti rugi ganda.
Kejahatan mereka pun terkuak akibat adanya kebocoran informasi oleh salah satu pekerja mereka. Setelah dilakukan investigasi, Herman, Paul serta 16 konspiratornya pun ditangkap dan secara keseluruhan ada lebih dari 70 kasus keracunan. Namun, hanya 22 saja yang terbukti dilakukan oleh kedua sepupu tersebut.
Pembunuhan Tylenol Chicago
Tylenol Chicago merupakan salah satu kasus pembunuhan yang masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. Kasus pembunuhan menggunakan racun ini terjadi pada tahun 1982 di Amerika Serikat. Kasus ini bermula dari serang seorang anak perempuan berumur 12 tahun yang meminum kapsul pereda nyeri Tylenol produksi McNeil Consumer (anak produksi Johnson & Johnson). Tylenol sendiri kala itu merupakan obat yang cukup laku keras di pasaran.
Secara keseluruhan, pembunuhan Tylenol ini memakan tujuh korban yang semuanya meninggal setelah menenggak obat tersebut. Setelah dilakukan penyelidikan, produk tersebut ternyata mengandung racun sianida dan berasal dari satu pabrik yang sama di Chicago.
Johnson & Johnson pun menarik peredaran obat baik dar apotek maupun supermarket di negara bagian tersebut. Sayangnya, dalang di balik peracun dalam kasus tersebut hingga kini belum terungkap. Akibat insiden ini, pengemasan obat pun semakin diperketat sehingga ketidaklayakan akan terlihat jika ada yang membuka atau menusuk segel pada botol. Bentuk obat juga didesain ulang agar tidak mudah dibuka, dirusak atau dipasang kembali secara sembarangan.
Bunuh Diri Massal Jonestown
Kasus pembunuhan menggunakan racun yang cukup mencengangkan sepanjang sejarah terjadi di Guyana pada 18 November, 1978. Kala itu, seorang pemimpin sekte Peoples Temple, Jim Jones, mendorong ratusan pengikutnya yang berasal dari San Fransisco untuk melakukan bunuh diri massal dengan menggunakan racun sianida dalam jumlah besar. Sebagian melakukannya dengan sukarela, namun sebagian lain terpaksa karena todongan senjata.
Secara keseluruhan, bunuh diri massal ini menelan hingga 909 jiwa dan sepertiganya merupakan anak-anak. Jim Jones sendiri termasuk salah satu yang meninggal dalam kejadian tersebut. Namun, dia ditemukan dalam keadaan kepala tertembak. Spekulasi yang beredar, Jones memang membunuh dirinya sendiri atau sang Suster, Annie Moore, menembak sang pendeta sebelum ikut membunuh dirinya sendiri dengan cara yang sama.
Nannie Doss
Kasus pembunuhan menggunakan racun lainnya yang tak kalah mencengangkan adalah pembunuhan oleh Nannie Doss terhadap anggota keluarganya. Dari luar, ibu satu ini tampak seperti seorang wanita manis. Namun, nyatanya Nannie Doss telah membunuh sekitar 11 orang termasuk empat dari lima suaminya (suami pertama bercerai dengannya), dua anak, dua saudara perempuan, ibu, satu cucu, dan ibu mertua.
Pembunuhan itu sendiri terjadi dalam rentang tahun 1920-1954 dan rata-rata dilakukan dengan racun arsenik dalam jumlah besar yang dicampurkan ke dalam minuman atau makanan. Saat menceritakan tentang kisah pembunuhan para suaminya, Nannie Doss ini tampak selalu tertawa sehingga dia pun mendapat julukan “Gigling Granny”.
Kasus pembunuhan sudah banyak dijadikan inspirasi untuk berbagai film. Kalau kamu penasaran ingin mengenal lebih dalam tentang kasus pembunuhan namun ingin suasana berbeda dan nyaman, yuk binge-watching sambil menginap saja di Bobobox!
Wi-Finya kencang sehingga kamu akan puas melahap berbagai film atau serial TV berbau kriminal. Selain itu, terdapat fasilitas lainya yang akan menjamin kenyamanan serta keamanan kamu selama bersama Bob seperti keyless access, moodlamp, Bluetooth speaker, dan masih banyak lagi. Unduh aplikasi Bobobox biar mudah untuk booking-nya!
Header image: @birminghammuseumstrust via Unsplash