Selain berfungsi sebagai tempat tinggal presiden, Istana Bogor juga menjadi salah satu pilihan wisata sejarah dan edukasi yang menarik untuk dikunjungi.
Penasaran bagaimana sejarah Istana Bogor ini? Yuk, simak informasinya lebih lanjut!
Sejarah Istana Bogor
Berdasarkan informasi dari laman resmi Kementerian Sekretariat Negara, berikut ini adalah sejarah Istana Bogor mulai dari rencana pembangunan hingga resmi menjadi kediaman presiden RI.
1. Berawal dari Tempat Peristirahatan
Pembangunan Istana Bogor bermula dari keinginan para pejabat Belanda di Batavia (Jakarta) untuk mencari lokasi tempat peristirahatan yang nyaman.
Dengan kondisi Batavia yang mulai sesak dan panas, mereka sangat mendambakan tempat yang nyaman, sejuk, dan tidak ramai di luar Batavia.
Pencarian lokasi pun dimulai. Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff termasuk salah satu yang ikut serta terlibat.
Pada 10 Agustus 1744, gubernur yang memerintah antara 1743-1750 ini berhasil menemukan sebuah lokasi yang bagus dan strategis.
Namanya adalah Kampung Baroe, sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang ada di hulu Batavia.
Selang setahun, yaitu pada 1745, sang gubernur pun memerintahkan pembangunan tempat persinggahan tersebut. Tempat ini ia namai Buitenzorg, yang berarti bebas masalah atau kesulitan.
Van Imhoff rupanya ikut terlibat dalam pembuatan sketsanya. Ia mengadopsi arsitektur Blenheim Palace, yaitu kediaman Duke of Marlborough di Woodstock, Oxfordshire, Inggris.
Bangunannya sendiri terdiri dari tiga yang lantai yang dilengkapi dengan halaman luas dan terbuka.
Namun, hingga masa jabatannya berakhir, ia belum bisa merampungkan bangunan yang menjadi cikal bakal Istana Bogor ini.
Selain itu, pada tahun 1750-1754 juga terjadi pemberontakan rakyat Banten di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang.
Kala itu, pasukan Banten menyerang sekaligus membakar kawasan Kampung Baroe hingga mengakibatkan kerusakan pada Buitenzorg.
Pengganti van Imhoff, Jacob Mossel yang menjabat antara 1750-1761, kemudian melanjutkan pembangunan Buitenzorg yang sudah rusak berat dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.
Sejak itu, bangunan yang kini menjadi Istana Bogor terus mengalami perbaikan dan perluasan dari masa ke masa. Bangunan yang awalnya hanya tempat peristirahatan pun berubah menjadi istana.
Baca Juga: 7 Spot Foto Paling Cihuy di Kampung Eropa Devoyage Bogor
2. Penambahan Kebun Raya Bogor
Saat Indonesia jatuh ke tangan Inggris pada 1811, Thomas Stamford Raffles ditunjuk menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Selama mendiami Istana Bogor, dengan bantuan ahli botani bernama W. Kent, Raffles mengubah halaman istana menjadi sebuah taman bergaya Inggris klasik.
Dari sinilah keberadaan Kebun Raya Bogor bermula.
Namun, bersamaan dengan jatuhnya Napolen pada 1816, Belanda kembali menguasai Indonesia.
Kedudukan gubernur pun digantikan oleh Godert Alexander Gerard Philip van der Capellen yang memerintah dari tahun 1816-1826.
Taman Raffles diubah menjadi kebun raya atas ide ahli biologi bernama Abner, dengan pengarahan dari Profesor Caspar Georg Karl Reinwardt, ahli botani pendiri Herbarium Bogoriense.
Pada 18 Mei 1817, van der Capellen secara resmi memerintahkan pembangunan Kebun Raya Bogor dengan nama ’s Lands Plantentuin te Buitenzorg.
Pada 10 Oktober 1834, Istana Bogor kembali luluh lantak akibat guncangan gempa bumi dari letusan Gunung Salak, sehingga istana harus dibangun ulang.
Gaya arsitekturnya pun berubah, dan bangunannya juga tidak lagi bertingkat untuk menyesuaikan dengan kondisi rawan gempa.
Pembangunannya baru rampung pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montages (1856-1861).
Selanjutnya, pada 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan menjadi kediaman resmi para Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (1936-1942) menjadi gubernur terakhir yang mendiami istana, sebelum menyerahkannya ke Jenderal Imamura dari pemerintah Jepang.
Totalnya, ada 44 gubernur yang pernah mendiami istana tersebut.
Baca Juga: Yuk, Liburan ke 5 Tempat Wisata Kebun Teh Puncak Bogor Berikut Ini
3. Pasca Kemerdekaan
Sejak Januari 1950, pemerintah Indonesia akhirnya bisa menggunakan Istana Bogor.
Pemerintah resmi menjadikannya salah satu istana kepresidenan Indonesia sekaligus kediaman resmi presiden.
Pada masa ini, bangunan istana juga mengalami perubahan. Salah satunya adalah penambahan 10 pilar penopang bergaya Ionia pada tahun 1952.
Selain itu, mereka juga mengubah bentuk anak tangga yang setengah lingkaran menjadi lurus.
Setiap jembatan kayu melengkung yang menghubungkan Gedung Utama dengan Gedung Sayap Kiri dan Kanan juga diubah menjadi koridor.
Memasuki 1968, Istana Bogor resmi dibuka untuk umum atas restu Presiden Soeharto. Selain itu, Istana Bogor juga pernah menjadi saksi beragam peristiwa penting, termasuk:
-
- Konferensi Lima Negara (28-29 Desember 1954)
- Penandatanganan Surat Perintah 11 Maret 1966
- Forum JIM (Jakarta Informal Meeting) (25-30 Juli 1988)
- Pertemuan para pemimpin APEC (15 November 1994)
Bagian Bangunan dan Koleksi Istana Bogor
Istana Bogor terdiri dari 37 bangunan dan menyimpan beragam koleksi seni dan bersejarah. Berikut ini adalah beberapa bangunan utama serta rincian koleksinya.
1. Gedung Induk
Dengan luas 500 m², Gedung Induk terdiri dari delapan ruangan:
- Ruang Garuda (Ruang Resepsi serta tempat pertemuan besar dan sidang kabinet)
- Ruang Teratai (ruang penerimaan tamu)
- Ruang Film (ruang pemutaran film di masa Presiden Soekarno)
- Ruang Makan
- Ruang Kerja Presiden
- Perpustakaan
- Ruang Raja
- Ruang Panca Negara
2. Gedung Utama Sayap Kiri
Gedung ini memiliki luas 511 m² dan diperuntukkan bagi para menteri yang menyertai tamu negara.
Di dalamnya, terdapat dua ruangan bernama Ruang Konferensi serta Ruang Tidur dan Ruang Tengah.
Ruang Konferensi pernah digunakan untuk Konferensi Lima Negara, sementara Ruang Tidur dan Tengah berfungsi sebagai tempat menginap presiden, tamu negara, dan tamu agung.
3. Gedung Utama Sayap Kanan
Gedung seluas 651 m² ini difungsikan sebagai tempat bermalam para tamu negara.
Di dalamnya, terdapat beberapa ruang tidur yang di masa pemerintahan Belanda pernah digunakan sebagai tempat bermalam para tamu gubernur jenderal.
4. Bangunan Lainnya
Selain gedung utama, Istana Bogor juga memiliki Gedung Serba Guna serta sejumlah pavilion, yaitu Paviliun Dyah Bayurini, Amarta, Madukara, Pringgondani, Dwarawati, dan Jodipati.
Sesuai namanya, Gedung Serba Guna berfungsi sebagai ruang serbaguna, seperti tempat pertemuan, penyelenggaraan kesenian, tempat artis, dan sebagainya.
Paviliun Byah Bayurini biasanya digunakan sebagai tempat istirahat presiden dan keluarga saat sedang berkunjung ke istana.
Jodipati adalah rumah kediaman kepala istana, sedangkan paviliun lainnya untuk para pejabat lain.
5. Koleksi Istana
Istana Bogor juga memiliki bangunan baru yang digagas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Museum Kepresidenan Balai Kirti. Area ini dapat dikunjungi masyarakat umum.
Barang-barang asli yang sudah turun temurun ada di Istana Buitenzorg banyak yang rusak, hancur, dan bahkan hilang pada masa Perang Dunia II.
Oleh karena itu, koleksi yang tersimpan kebanyakan merupakan karya seni dan perabotan klasik istana dari awal tahun 1950. Sebagian besar adalah hadiah dari negara-negara asing.
Koleksi tersebut meliputi:
- 3.205 buku
- 448 lukisan (termasuk karya pelukis Basuki Abdullah, pelukis Rusia Egorovick Makowsky, dan pelukis Belanda Ernest Dezentjé)
- 216 patung dari berbagai bahan (termasuk patung perunggu para presiden Indonesia)
- 196 keramik
- peta digital yang menggambarkan sejarah perkembangan wilayah Indonesia
- film-film terkait peristiwa dan prestasi para presiden RI di ruang audio visual
Selain itu, Istana Bogor juga menyimpan:
- tempat penyangga lilin kristal bergaya Bohemian
- karpet langka dari Persia yang menghiasi ruang utama istana
- lampu kristal Cekoslovakia
- perabotan kayu Jepara
- tengkorak harimau berlapis perak, hadiah dari Perdana Menteri Thailan, Thanom Kittikachorn, pada 1958
- marmer dari Italia
- lantai keramik mewah yang tersebar di area istana
Baca Juga: 10 Destinasi Wisata Sejarah di Indonesia, dari Candi sampai Istana!
Cara Mengunjungi Istana Bogor
Istana Bogor berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Kompleks wisata ini terbuka untuk umum pada hari tertentu saja, yaitu:
- Selasa-Jumat pukul 09.00-15.00
- Sabtu dan Minggu pukul 09.00-14.00
- Hari Senin dan libur nasional tutup
Sebelum berkunjung, buatlah surat permohonan yang ditujukan kepada:
Yth. Kepala Museum Kepresidenan RI
Kompleks Istana Kepresidenan Bogor
Jl. Ir. H. Juanda No.1
Bogor
Selain itu, kamu juga perlu mencantumkan:
- nomor kontak penanggung jawab rombongan, baik handphone maupun telepon
- lampiran daftar nama peserta
- fotokopi KTP
- bukti hasil swab antigen 1×24 jam
Selanjutnya, surat dapat kamu kirim melalui website https://museumkepresidenan.id/ atau melalui balaikirtimuseumkepresidenanRI@gmail.com.
Pihak museum harus menerima surat permohonan tersebut paling lambat tiga hari sebelum waktu kunjungan.
Selama berkunjung, peserta perlu mengikuti tata tertib yang ada, yaitu:
- berpakaian sopan dan rapi (laki-laki: kemeja, celana panjang, dan bersepatu; perempuan: baju berlengan, celana/rok panjang di bawah lutut, gaun di bawah lutut, dan bersepatu)
- wajib memenuhi protokol kesehatan
- jumlah peserta sesuai dengan daftar permohonan
Selain itu, ada juga larangan yang perlu kamu perhatikan, yaitu untuk tidak:
- membawa tas, ransel, dan sejenisnya ke dalam museum
- membawa makanan dan minuman
- membawa senjata api, senjata tajam, dan obat-obatan terlarang
- membawa binatang
- berfoto di ruangan tertentu
- menyentuh dan/atau memegang media/koleksi di museum
Perlu diingat, pihak istana bisa membatalkan atau menunda permohonan jika sewaktu-waktu ada acara di lingkungan istana, atau jika pengunjung tidak menaati peraturan yang berlaku.
Baca Juga: Tak Hanya Puncak, Ini Dia Destinasi Wisata Alam Bogor yang Wajib Kamu Kunjungi
Staycation di Tengah Perkebunan Teh
Lagi cari tempat staycation baru di kawasan Bogor? Bobocabin Gunung Mas siap menjadi pelarian kamu dari kesibukan dan kepenatan perkotaan.
Akomodasi satu ini berdiri di tengah sejuknya udara Kota Hujan, dan menjanjikan tempat istirahat di tengah perkebunan teh yang jauh dari keramaian.
Di dalam kabin, kamu bisa menikmati berbagai fitur menarik seperti Bluetooth speaker, moodlamp, B-Pad, dan Wi-Fi.
Di samping itu, ada fitur Smart Window yang bisa kamu atur untuk menikmati privasi atau ke mode transparan, sehingga kamu bisa menyaksikan keindahan alam di depan mata.
Tertarik mencoba? Yuk, unduh dulu aplikasi Bobobox di Play Store atau App Store. Dapatkan kenyamanan dan kualitas ekslusif dengan harga terjangkau hanya di Bobocabin!
Header image: @hongog_photography via Instagram