Sekilas, dodol dan jenang memang tampak serupa. Apalagi keduanya sama-sama memiliki rasa manis dan tekstur lengket.
Oleh karena itu, tidak sedikit orang menganggap dodol adalah jenang, dan sebaliknya. Padahal keduanya adalah dua makanan yang berbeda.
Apa saja perbedaan dodol dan jenang? Yuk, kenali lebih jauh!
Apa Perbedaan Dodol Garut dan Jenang Purwokerto?
Dodol Garut bukanlah jenang dan begitu pula sebaliknya. Hal ini sebenarnya tidak mengherankan mengingat kedua penganan khas Indonesia ini memiliki banyak kemiripan.
Pertama, keduanya sama-sama memiliki warna dasar coklat. Bahan dasarnya juga serupa, yaitu tepung beras ketan, santan, dan gula.
Bahan-bahan itu biasanya dimasak di kuali besar dalam waktu lama. Alat memasaknya pun memanfaatkan kayu bakar alih-alih kompor. Kompor cenderung membuat adonannya gosong karena panasnya hanya terpaku di satu titik.
Hasilnya adalah penganan manis dengan tekstur kenyal dan lengket. Setelah matang, baik jenang maupun dodol akan dipotong kecil-kecil lalu dikemas di bungkusan plastik atau kertas minyak.
Baca Juga: 10 Oleh-Oleh Mojokerto, dari Botok Tempe sampai Kerajinan Bambu
Seiring perkembangan zaman, varian dan bentuk dodol dan jenang semakin beragam.
Selain rasa original, dodol juga hadir dengan varian wijen, kacang, nanas, durian, nangka, tomat, sirsak, nanas, buah-buahan lain, dan kombinasi dengan coklat yang sering disebut “chocodot”.
Sama halnya dengan dodol, jenang pun memiliki beragam varian menarik, seperti jenang wijen, durian, pandan, kacang hijau, kedelai, kacang tanah, rumput laut, jahe, cappuccino, dan moccacino.
Dengan bahan dasar serupa, tidak mengherankan jika rasa, tekstur dan bentuk keduanya hampir mirip.
Meski begitu, ada beberapa hal yang menjadi pembeda yang cukup signifikan antara dodol dan jenang.
1. Daerah Asal
Salah satu perbedaan dodol dan jenang terletak pada daerah asalnya.
Dodol dikenal sebagai kuliner asal Jawa Barat, khususnya Kabupaten Garut. Saking melimpahnya produksi dodol di Garut, daerah itu bahkan mendapat julukan Kota Dodol.
Beberapa catatan menyebutkan bahwa dodol dari Garut sudah ada sejak zaman Belanda.
Sebelum dikenal sebagai oleh-oleh khas Garut, dodol mulanya menjadi pemanis dalam acara hajatan atau keagamaan.
Tak hanya di Garut, dodol juga bisa kamu jumpai di daerah lain, termasuk Jakarta (Betawi) dan Kalimantan Selatan (dodol Kandangan).
Namun, seiring waktu, dodol pun menjadi produk unggulan dan oleh-oleh khas dari Garut. Mengutip situs Kemdikbud, dodol mulai eksis di Garut sejak tahun 1926.
Saat itu, dipelopori oleh seseorang bernama Karsinah, industri dodol mulai berkembang pesat. Pada 1946, mulai banyak pengusaha dodol yang bermunculan.
Sementara itu, jenang adalah kuliner manis dari Provinsi Jawa Tengah, terutama daerah Kudus.
Jenang juga bisa dijumpai di kota-kota lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Purwokerto dan Magelang.
Uniknya, makanan ini konon sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Budha dan zaman Walisongo, terutama Sunan Kudus yang hidup antara tahun 1400 sampai 1550-an.
Berdasarkan informasi dari Museum Jenang Kudus, ada sebuah cerita legenda tentang asal usul jenang yang berkaitan dengan Sunan Kudus.
Sunan Kudus dikisahkan pernah menjumpai seorang anak yang mati tercebur ke dalam sungai. Namun, murid Sunan Kudus, Syekh Jangkung mengatakan bahwa anak itu hanya mati suri.
Untuk membangungkan si anak, Syekh Jangkung meminta para ibu yang tinggal di sekitar sana untuk membuat jenang.
Sunan Kudus kemudian mengucapkan kalimat yang berarti, “Suatu saat kelak sumber kehidupan warga Desa Kaliputu berasal dari usaha pembuatan jenang.”
Dari legenda inilah produksi jenang Kudus di Desa Kaliputu berkembang hingga sekarang.
Sebagai bentuk rasa syukur, penduduk kerap menggelar Kirab Tebokan atau arak-arakan jenang setiap tanggal 1 Muharram.
Untuk komersialisasinya sendiri, industri pembuatan jenang diperkirakan dimulai sejak 1910.
2. Tekstur
Perbedaan dodol dan jenang selanjutnya ada pada teksturnya. Keduanya memang sama-sama lengket dan kenyal, tapi tekstur jenang umumnya lebih empuk, lembut, dan lentur.
Sementara itu, tekstur dodol biasanya cenderung padat. Saat digigit, bagian luarnya garing atau lebih keras dari bagian dalamnya.
Adanya lapisan keras pada bagian luar dodol berasal dari konsentrasi gula putih. Gula putih ini berperan sebagai pengawet sekaligus pembentuk lapisan keras dodol.
Baca Juga: Jelajahi 7 Spot Kuliner Legendaris Sekitar Alun-Alun Mojokerto Berikut Ini!
3. Bahan
Dodol dan jenang pada dasarnya menggunakan bahan-bahan yang nyaris sama.
Namun, selain bahan dasar tepung beras ketan, gula putih, dan santan, dodol juga menggunakan bahan tambahan lemak hewani berupa lemak sapi atau mentega.
Sementara itu, pembuatan jenang biasanya menambahkan lemak nabati dalam bentuk margarin.
Selain itu, di kawasan Jawa Tengah, jenang tidak hanya mengacu pada penganan bertekstur padat dan lengket, tetapi juga makanan berupa bubur manis kental.
Jenang satu ini biasanya terbuat dari beras putih dan beras ketan. Tampilannya sendiri mirip dengan bubur sumsum.
Jenang bubur juga memiliki beragam jenis dan kerap menjadi pelengkap dalam berbagai acara. Sebut saja pernikahan, selamatan ibu hamil, kelahiran bayi, kematian, penyambutan tahun baru kalender Jawa, dan masih banyak lagi.
Mengenal Jenang Purwokerto
Meski lebih dikenal sebagai makanan khas Kudus, kota lain di Jawa Tengah seperti Purwokerto juga memiliki produk jenang yang terkenal di pasaran. Namanya adalah Jenang Jaket Mersi.
Sebelum dikenal sebagai oleh-oleh khas Purwokerto, jenang jaket mulanya hanya dijumpai di tempat-tempat hajatan dan acara tertentu orang Banyumas, seperti pernikahan, sunatan, dan syukuran.
Selain memiliki tampilan serupa, bahan dan pembuatan jenang jaket pun tidak jauh beda dari dodol dan jenang.
Untuk penamaannya, kata “jaket” yang tersemat ternyata merupakan kependekan dari bahan dasar jenang, yaitu ketan asli. Jaket di sini berarti ‘jenang ketan asli’ atau ‘jenang asli ketan’.
Dalam proses pembuatannya, jenang jaket memang harus menggunakan tepung beras ketan asli berkualitas bagus, tanpa campuran tepung beras lainnya, apalagi terigu.
Sementara itu, Mersi adalah sebuah kelurahan yang menjadi sentra home industry jenang jaket, yaitu Kelurahan Mersi, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas.
Salah satu toko yang sudah lama memproduksi jenang jaket di sana adalah Jenang Jaket Pertama milik keluarga Suharjah yang buka sejak 1980.
Toko tersebut masih bertahan hingga sekarang, dan diteruskan anak pertamanya yang bernama Salimin. Toko ini tetap mempertahankan penggunaan tungku api tradisional demi menjaga kualitas jenang jaket.
Selain itu, ada juga toko Jenang Jaket Asli, Jenang Jaket Puspa Sari, Jenang Jaket Mukti Sari, dan Jenang Jaket Dian Sari.
Produk jenang yang ada juga terbagi menjadi dua varian, yakni jenang dengan wijen dan jenang tanpa wijen (jenang jaket asli/polos).
Setiap harinya, toko jenang jaket umumnya buka mulai pukul 07.00-21.00. Harganya sendiri cukup terjangkau, yaitu sekitar Rp16.000 per bungkus (16 biji jenang polos) dan Rp20.000 (16 biji jenang wijen).
Sementara itu, harga kiloan jenang polos adalah sekitar Rp32.000 dan jenang wijen Rp36.000. Karena tidak menggunakan bahan pengawet, jenang jaket bisa tahan hingga 10 hari.
Baca Juga: Jelajahi 7 Spot Kuliner Legendaris Sekitar Alun-Alun Mojokerto Berikut Ini!
Lepas Penatmu di Bobocabin Baturraden!
Setelah seharian menjajal aktivitas seru di alun-alun Purwokerto, Bobocabin Baturraden menjadi pilihan sempurna untuk melepas lelah kamu.
Mengusung konsep futuristik lengkap dengan teknologi Internet of Things, kamu akan merasakan sejuk serta tenangnya alam perbukitan Baturraden dalam balutan teknologi canggih, termasuk Smart Window dan B-Pad.
Untuk masalah internet, kamu tidak perlu khawatir. Bobocabin tentunya sudah menyediakan Wi-Fi berkecepatan tinggi untuk memperlancar semua kegiatan daringmu.
Agar keseruan semakin lengkap, kamu juga bisa memanfaatkan fasilitas api unggun serta peralatan BBQ agar tubuh tetap hangat dan kenyang di tengah sejuknya alam.
Dapatkan penginapan terbaik, kualitas eksklusif, dan harga terjangkau hanya di Bobocabin. Unduh aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut.
Foto utama oleh: @ikarahma via Freepik