Kota Bandung punya banyak julukan, seperti Kota Kembang, Bandung Lautan Api, dan Paris van Java. Apakah kamu penasaran dari mana Bandung mendapatkan julukan-julukan tersebut?
Dalam pembahasan kali ini, Bob akan mengulik sejarah kenapa Kota Bandung disebut Paris van Java, plus spot-spot bersejarah menarik yang dapat kamu temukan di kota ini.
Sejarah Singkat Kota Bandung
Resmi berdiri tanggal 25 September 1810, Kota Bandung adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat.
Menurut jumlah penduduknya, Kota Bandung juga mendapat predikat sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.
Sejarah Kota Bandung dapat ditelusuri dari masa kolonial Belanda di Indonesia pada abad ke-18. Pada saat itu, Bandung merupakan wilayah perkebunan teh yang dikelola oleh pihak Belanda.
Pada awal abad ke-20, Bandung mengalami perkembangan pesat di bidang industri dan perdagangan.
Banyak perusahaan besar bermunculan di kota ini, seperti perusahaan tekstil, farmasi, dan makanan.
Selain itu, Bandung juga dikenal sebagai pusat pendidikan dengan berdirinya Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1920, kala itu bernama Technische Hoogeschool te Bandung (TH).
Selama masa penjajahan Jepang pada Perang Dunia II, Bandung menjadi pusat aktivitas militer dan industri yang dikuasai Jepang.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Bandung menjadi bagian Republik Indonesia dan terus berkembang di berbagai sektor, seperti industri, perdagangan, dan pariwisata.
Kini, Bandung dikenal sebagai kota metropolitan modern dengan berbagai pusat perbelanjaan, kuliner, dan pariwisata.
Bandung juga terkenal dengan budayanya yang khas, seperti seni tari Jaipong dan kegiatan komunitas musik indie yang terkenal.
Dikutip dari disdik.jabarprov.go.id, nama Kota Bandung berasal dari kata “bendung” atau “bendungan”. Nama ini diambil dari peristiwa terbendungnya Sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu.
Beberapa orang mengatakan bahwa asal-usul nama Bandung berasal dari jenis perahu air yang terdiri dari dua perahu yang diikatkan berdampingan, dikenal dengan nama perahu bandung.
Perahu ini pada masa lampau digunakan oleh Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, untuk menemukan lokasi yang tepat sebagai ibu kota baru Kabupaten Bandung.
Alasan pemindahan pusat pemerintahan dari Krapyak (sekarang Dayeuhkolot) karena daerah tersebut dianggap kurang strategis dan sering terjadi banjir saat musim hujan.
Adapun tempat yang dipilih sang bupati saat itu adalah lahan kosong berupa hutan, yang terletak di tepi barat Sungai Cikapundung (pusat Kota Bandung sekarang).
Baca juga: Legendaris dan Misterius, Inilah Sejarah Cadas Pangeran, Jalan Penghubung Sumedang dan Bandung
Kenapa Bandung Disebut Paris van Java?
Menurut jurnal “Sejarah Kota Bandung Dari “Bergdessa” Menjadi Bandung “Heurin Ku Tangtung”” karya Nandang Rusnandar, julukan Paris van Java muncul ketika Congres Internationaux d’architecture Moderne (CIAM) digelar pada Juni 1928 di Chateau de la Sarraz, Swiss.
Pada saat itu, Bandung sedang aktif dalam pembangunan dan perencanaan kota untuk menciptakan pemukiman yang serasi dan lestari.
Kala itu, selain menjadi Ibu Kota Kabupaten Bandung, Bandung juga menjadi ibu Kota Karesidenan Priangan.
Nandang lalu menulis, dalam membangun bangunan-bangunan di Kota Bandung, para arsitek Belanda kurang memperhatikan sifat- sifat Hindische atau kedaerahan.
Nah, pada bulan Juni 1928, saat Congres Internationaux d’architecture Moderne diadakan di Bandung, Hendrik Petrus Berlage—bapak arsitektur modern di Belanda kala itu—menjuluki Bandung dengan Bandoeng Parijs van Java.
Walau awalnya ditujukan untuk menyindir, julukan tersebut akhirnya membawa kemasyhuran bagi Bandung yang saat itu merupakan prototipe dari Kolonialle Stad.
Julukan Paris van Java pun semakin populer setelah Karel Albert Rudolf Bosscha—konglomerat perkebunan di Hindia Belanda —sering mengutip istilah Paris van Java dalam beberapa pidatonya di depan masyarakat Bandung.
Dengan adanya perkembangan pesat di dunia mode yang berpusat di Paris, ini rupanya berpengaruh besar terhadap penduduk menengah ke atas di Bandung.
Orang-orang berbondong-bondong mulai mengadopsi tren yang berkaitan dengan Paris. Salah satunya adalah seni arsitektur art deco, yang diterapkan pada hampir seluruh bangunan di Bandung.
Contoh bangunan yang paling terkenal hingga saat ini adalah Gedung Hotel Preanger dan Savoy Homann.
Tidak hanya memengaruhi seni arsitektur, Paris juga memengaruhi gaya fashion di kalangan orang Bandung yang terobsesi dengan Paris.
Dampaknya, didirikan toko Aug. Hegel Teens Kleding Magazijn di Jalan Braga pada tahun 1900-an. Toko ini ditujukan untuk orang-orang Bandung yang ingin tampil trendi pada saat itu.
Sampai saat ini, Bandung tetap dikenal sebagai kota kreatif di kawasan Asia Pasifik dan menjadi rumah bagi berbagai seni.
Oleh karena itu, Bandung menjadi salah satu tujuan liburan yang wajib dikunjungi oleh para pecinta seni dan sejarah.
Baca juga: 8 Destinasi Wisata Religi Bandung, Unik dan Membuat Hati Tenang
6 Spot Bersejarah yang Ikonis di Bandung
1. Monumen Bandung Lautan Api
- Lokasi: Jalan BKR Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung
- Jam operasional: 24 jam
- Harga tiket: Gratis
Monumen Bandung Lautan Api didirikan untuk memperingati perjuangan rakyat Bandung dalam melawan invasi tentara sekutu dan NICA pada masa Perang Dunia II.
Saat itu, rakyat Bandung diminta untuk mengosongkan wilayah mereka oleh pihak Belanda. Rakyat menolak dan memilih membakar seluruh rumah agar wilayah mereka tidak jatuh ke sekutu.
Peristiwa tersebut dikenal sebagai peristiwa Bandung Lautan Api, dan monumen ini didesain untuk mencerminkan peristiwa membumihanguskan Bandung pada masa itu.
Monumen ini sendiri berupa patung yang menyerupai kobaran api, disertai tiga penyangga yang menambah kesan gagahnya.
2. Gedung Merdeka
- Lokasi: Jalan Asia Afrika Nomor 65, Braga, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung
- Jam operasional: Selasa-Minggu pukul 08.00-16.00 WIB
- Harga tiket: Gratis, tetapi reservasi dulu
Banyak sekali peristiwa penting yang terjadi di Bandung pada saat zaman pergerakan kemerdekaan. Salah satu saksi bisu perjuangan tersebut ialah Gedung Merdeka.
Gedung ini menjadi tempat pelaksanaan peristiwa bersejarah di tahun 1955, yakni Konferensi Asia-Afrika.
Baca juga: 7 Spot Wisata Yang Wajib Kamu Kunjungi di Sekitar Jalan Asia Afrika, Bandung!
3. Gedung Sate
- Lokasi: Jalan Diponegoro Nomor 22, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung
- Jam operasional: Senin-Jumat pukul 08.00-16.00 WIB
Bangunan bersejarah di Bandung yang paling terkenal dan ikonik adalah Gedung Sate. Nama Gedung Sate berasal dari atapnya yang memiliki bentuk tusuk sate ikonis.
Dulu, gedung ini digunakan sebagai Gouvernement Bedrijven atau Pusat Instansi Pemerintahan pada masa kolonial Belanda.
Kini, Gedung Sate dimanfaatkan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat.
Baca Juga: 5 Belantara Hutan Pinus Bandung untuk Agenda Trip Kamu Berikutnya
4. Gua Belanda
- Lokasi: Taman Hutan Raya Juanda, Cimenyan, Ciburial, Kecamatan Cimenyan, Bandung
- Jam operasional: setiap hari pukul 07.00-00.00 WIB
- Harga tiket: Rp.15,000
Gua ini dulu berfungi sebagai tangki penyimpanan air raksasa untuk cadangan musim kemarau. Selain itu, gua ini juga sempat dijadikan Stasiun Radio Belanda dan gudang mesiu oleh tentara Indonesia.
Sekarang, gua ini sudah aman untuk dijadikan tempat wisata. Ketika memasuki gua ini, ada tiga lorong yang saling terhubung.
Tidak perlu khawatir akan tersesat; kamu bisa menelusuri gua ditemani pemandu yang ada.
Baca juga: Dari Menantang Sampai Merinding, Ini Fakta Tahura Dago Bandung
5. Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat
- Lokasi: Jalan Dipati Ukur, Lebakgede, Kecamatan Coblong, Kota Bandung
- Jam operasional: Senin-Jumat pukul 09.00-15.00 WIB
- Harga tiket: Gratis
Monumen yang terkenal dengan sebutan Monju ini diresmikan pada tahun 1995. Lokasinya berhadapan langsung dengan kantor Gubernur Jawa Barat, yakni Gedung Sate.
Monumen berbentuk bambu runcing—senjata tradisional yang umum digunakan pada masa perjuangan—dengan sentuhan arsitektur modern.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat memiliki relief yang menceritakan sejarah rakyat Jawa Barat mulai dari zaman kerajaan, pergerakan, kemerdekaan, sampai masa mempertahankan kemerdekaan dari para penjajah.
Tak hanya itu, Monju memiliki ruang audiovisual dan perpustakaan, sehingga memudahkan pengunjung dalam mencari informasi terkait perjuangan rakyat Jawa Barat.
Baca juga: 7 Kafe yang Cozy di Bandung ini Surganya Para Pecinta Buku
6. Jalan Braga
Nah, ini dia spot bersejarah yang menjadi salah satu alasan kenapa Kota Bandung disebut sebagai Paris van Java.
Dari jaman Hindia-Belanda hingga kini, Jalan Braga tetap menjadi salah satu tempat paling hits di Bandung. Letaknya tidak jauh dari Jalan Asia Afrika.
Jalan Braga merupakan perpaduan unik antara unsur modern dan klasik yang wajib kamu kunjungi.
Suasana di area ini juga masih terkesan vintage berkat arsitektur lama yang masih dirawat dengan baik hingga kini.
Meski bangunan dan jalanannya sudah tua, kamu dapat menemukan banyak toko maupun kafe Bandung di daerah ini.
Baca Juga: 7 Street Food Bandung Dekat Bobobox Alun-Alun, Murah dan Lezat!
Yuk, Menginap di Bobobox!
Keasikan menjelajahi Kota Bandung, kantong jadi tipis? Padahal, setelah seharian bertualang di sekitar Bandung, kamu pasti ingin istirahat dengan tenang dan nyaman tanpa gangguan.
Nah, Hotel Kapsul Bobobox adalah solusi menginap dengan biaya terjangkau!
Berkat sistem kode QR yang canggih, kamu bisa check-in dan check-out lebih cepat. Tidur pun makin nyaman dengan fitur pengaturan cahaya khas Bobobox.
Unduh aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut.
Foto utama oleh: Zulfikar Arifuzzaki via Unsplash