cagar budaya bogor

5 Bangunan Bersejarah dan Cagar Budaya Bogor yang Menarik untuk Dikunjungi

Tak hanya menyuguhkan keindahan alam dan kesejukan udara, Bogor juga memiliki banyak bangunan cagar budaya yang menyimpan nilai sejarah dan budaya.

Lalu, apa saja cagar budaya Bogor yang bisa kamu kunjungi? Simak lima diantaranya berikut ini!

Apa Itu Cagar Budaya?

Mengutip laman Cagar Budaya Kemdikbud, menurut UU Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010, cagar budaya adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan alias tangible atau konkrit.

Dengan kata lain, cagar budaya bisa kamu lihat dan raba dengan indra serta memiliki massa dan dimensi yang nyata.

Masih berdasarkan undang-undang, cagar budaya terbagi ke dalam lima kategori, yakni benda, struktur, bangunan, situs, dan kawasan.

Selain itu, cagar budaya juga perlu memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan.

Penentuan nilainya sendiri didasarkan pada kajian mendalam oleh tim ahli cagar budaya dan dibantu lembaga terkait kebudayaan.

Berdasarkan undang-undang di atas, tim ahli cagar budaya adalah kelompok ahli pelestari dari berbagai bidang ilmu.

Kelompok ahli ini memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan juga penghapusan status cagar budaya.

Suatu benda bisa disebut cagar budaya apabila telah melalui proses penetapan. Walau nilai penting, kamu tidak bisa asal menyebut suatu benda sebagai cagar budaya.

Sebab, hal tersebut memerlukan proses penetapan dari pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi tim ahli cagar budaya.Bobocabin Bobobox

Baca Juga: 7 Spot Foto Paling Cihuy di Kampung Eropa Devoyage Bogor

5 Bangunan Bersejarah dan Cagar Budaya Bogor

1. Prasasti Batutulis

  • Tiket masuk: Gratis
  • Jam operasional: 08.00-17.00
  • Alamat: Jalan Batu Tulis No.54, Desa Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor

Berada di kompleks seluas 17×15 meter, Prasasti Batutulis merupakan cagar budaya Bogor peninggalan Kerajaan Pajajaran.

Prasasti ini berupa bongkahan batu andesit besar berwarna abu-abu kehitaman dan berbentuk segitiga. Tulisan berhuruf Jawa dan Sunda kuno tergores di atasnya.

Berdasarkan keterangan pada batu, prasasti dibuat pada tahun 1533 M (1455 Saka) oleh Raja Surawisesa yang memerintah selama 14 tahun (1521-1535).

Raja Surawisesa sendiri adalah anak dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) yang ingin mengenang jasa dan kebesaran sang ayah.

Keberadaan prasasti ini pun menjadi sakakala atau peringatan 12 tahun meninggalnya Prabu Siliwangi yang berkuasa selama 39 tahun sejak 1482-1521 M (1404-1443 Saka).

Kala itu, agama Hindu mengenal upacara Srada yang berlangsung 12 tahun selepas kematian seseorang sebagai penyempurnaan sukma.

Lewat Prasasti Batutulis, Raja Surawisesa mengungkapkan kesedihannya karena tidak mampu mempertahankan wilayah kerajaan Sunda sesuai dengan amanat sang ayah.

Pasalnya, satu per satu wilayah warisan Prabu Siliwangi jatuh ke tangan Kerajaan Islam.

Selain prasasti, kompleks ini juga menyimpan koleksi bersejarah lainnya dengan total 15 batu, termasuk Prasasti Batutulis.

Enam batu berada di dalam bangunan, satu di luar teras, dan delapan sisanya di serambi dan halaman. Beberapa di antaranya adalah:

  • Batu tapak: bekas telapak kaki Prabu Surawisesa
  • Meja batu bekas sesajen untuk perayaan
  • Batu lingga: batu tegak lurus yang dianggap sebagai interpretasi Prabu Siliwangi
  • Batu gigilang: berbentuk singgasana yang berfungsi sebagai tempat duduk dalam penobatan raja baru Pajajaran
  • Lima buah tonggak batu berfungsi sebagai punakawan atau pengiring/penjaga batu lingga
  • Tumpukan batu berbentuk makam di luar bangunan dengan dua buah batu berdiri tegak di atasnya, konon digunakan untuk mengikat kuda

Meski tiket masuknya gratis, kamu bisa memberikan dana seikhlasnya untuk perawatan area tersebut.

2. Gereja Katedral

  • Tiket masuk: Gratis
  • Jam buka: 06.00-21.00
  • Alamat: Jalan Kapten Muslihat No.22, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor

Saat berkunjung ke Bogor, Gereja Katedral menjadi salah satu tujuan yang kerap disinggahi wisatawan untuk beribadah, berfoto, atau sekadar mengagumi keindahan arsitekturnya. 

Dengan ukurannya yang besar, gereja ini juga kerap menjadi tempat perayaan hari besar keagamaan.

Berlokasi tidak jauh dari Stasiun Bogor, Kebun Raya Bogor, dan Istana Kepresidenan, cagar budaya Bogor ini dibangun pada 1896.

Sejarah gereja bermula saat seorang tokoh agama Katolik Belanda bernama Adam Carel Claessens membeli tanah untuk rumah peristirahatan di Bantammer Weg (sekarang Jalan Kapten Muslihat) pada 1881.

Setelah pembangunan rampung, ia menjadikannya sebagai tempat pelaksanaan misa kudus bagi tamu nonpribumi dari Batavia.

Keberadaan gereja ini disebut-sebut menjadi awal mula umat Katolik memisahkan diri dari penggunaan Gereja Simultan.

Pada 1886, MYD Claessens—keponakan Claessens yang juga seorang pastor—mendirikan panti asuhan yang kala itu baru bisa menampung enam anak.

Panti tersebut berkembang menjadi Yayasan Vincentius pada 1887 lalu mendapat pengakuan pemerintah Hindia-Belanda pada 1888.

Pada 1896, setahun setelah meninggalnya AC Claessens, MYD Claessens kemudian mulai membangun gedung gereja megah di lahan tempat panti asuhan serta peristirahatan berdiri. 

Gereja inilah yang sekarang dikenal sebagai Gereja Katedral. Keasilan arsitekturnya pun masih terjaga hingga kini.

Secara keseluruhan, lahan AC Claessens kini menjadi kompleks yang terdiri dari gereja, pastoran, seminari, sekolah, dan Bruderan Budi Mulia.

Bangunan Gereja Katedral ini terbilang tinggi dengan arsitektur bergaya Neo-Gothic. Terdapat tembok-tembok tebal khas bangunan masa lampau serta menara yang menjadi bagian tertinggi gereja.

Selain itu, ada juga sebuah patung perempuan yang tengah menggendong anak kecil tepat di atas pintu masuk gereja.

Keberadaannya menjadi perlambang Santa Perawan Maria, sehingga Gereja Katedral pun dikenal sebagai Gereja Santa Perawan Maria.

Nama resminya sendiri adalah Gereja Beatae Mariae Virginis atau BMV Katedral Bogor.

Baca Juga: Yuk, Liburan Ke 5 Tempat Wisata Kebun Teh Puncak Bogor Berikut Ini!

3. Museum Zoologi Bogor

  • Tiket masuk: Rp15.000 (Senin-Jumat) dan Rp25.000 (Sabtu, Minggu, dan hari libur)
  • Jam buka: 08.00-16.00 (Senin-Jumat) dan 07.00-16.00 (Sabtu, Minggu, dan hari libur)
  • Alamat: Jalan Ir. H. Juanda No.9, Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor

Museum Zoologi Bogor didirikan pada 23 Agustus 1894 oleh ahli zoologi pertanian Jerman berkewarganegaraan Belanda bernama J. C. Koningsberger.

Keberadaannya bermula dari pendirian Landbouw Zoologisch Laboratorium, yaitu laboratorium kecil untuk mengoleksi sekaligus meneliti serangga dan hama tanaman.

Seiring waktu, penelitian semakin meluas pada jenis fauna lainnya, termasuk ikan, moluskan, reptil, amfibi, burung, dan mamalia.

Pada 1906, nama laboratorium mengalami perubahan menjadi Zoologisch Museum and Werkplaats. Namanya kemudian berubah lagi menjadi:

  • Zoologisch Museum en Laboratorium (1910)
  • Dobutsu Hakubutsukan (1942-1945)
  • Museum Zoologicum Bogoriense (1947)
  • Balai Penelitian dan Pengembangan Zoologi (1987-2001)
  • Museum Zoologicum Bogoriense atau Museum Zoologi Bogor (2014)

Secara keseluruhan, Museum Zoologi Bogor memiliki 954 jenis hewan yang telah diawetkan dan terbagi ke dalam tujuh kelompok.

Ada kelompok burung, mamalia, reptil amfibi, serangga, ikan, moluska, dan crustacea.

Salah satu yang menjadi koleksi favorit para wisatawan adalah kerangka paus biru, mamalia besar yang ditemukan terdampar dan mati di Garut pada 1961.

Cagar budaya Bogor ini berada dalam satu kawasan dengan Kebun Raya Bogor. Untuk memasukinya, kamu perlu membayar tiket masuk ke kebun raya.

4. Monumen dan Museum PETA

  • Tiket masuk: Rp10.000
  • Jam buka: 08.00-17.00
  • Alamat: Jalan Jend. Sudirman No.35, Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor

Sesuai namanya, Monumen dan Museum PETA berisikan koleksi relief dan 14 diorama tentang terbentuknya tentara PETA.

Hal ini meliputi perekrutan dan pendidikan tentara hingga pertempuran melawan penjajah.

PETA sendiri merupakan tentara pribumi yang dibentuk oleh Jepang pada 3 Oktober 1943. 

Mulanya, mereka dikenal dengan sebutan tentara sukarela. Namun, pada pertengahan 1944, masyarakat menyebutnya sebagai Pembela Tanah Air (PETA).

PETA dibentuk untuk membantu Jepang dalam peperangan Asia Timur Raya. Namun, PETA kemudian beralih melawan Jepang sehingga mereka pun memiliki peranan penting dalam tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Cagar budaya Bogor ini terdiri dari tiga bangunan yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada 1745.

Mulanya, bangunan berfungsi sebagai tangsi atau asrama bagi para pengawal dan pegawai Gubernur Jenderal Belanda yang berkantor di Istana Kepresidenan Bogor.

Bangunannya sendiri berbentuk memanjang seperti benteng, dengan pintu masuk berupa lorong tinggi yang terletak di paling depan bangunan lainnya.

Setelah bubarnya VOC, bangunan dimanfaatkan sebagai asrama mantan tentara batalyon ke-19 KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger atau tentara kerajaan Hindia Belanda).

Pada masa pendudukan Jepang, bangunan beralih fungsi menjadi tempat pelatihan pasukan PETA. Setelah itu, bangunan digunakan sebagai Pusat Pendidikan Zeni TNI AD (1950).

Lalu, pada 1993, Yayasan Pembela Tanah Air (Yapeta) mengajukan penggunaan bangunan dengan posisi paling depan untuk dijadikan museum.

Akhirnya, Museum PETA pun resmi dibuka untuk umum pada 1995.

Selain relief dan diorama PETA, museum ini juga menyimpan koleksi meriam, perlengkapan perang, patung, dan lainnya.

5. Vihara Dhanagun

  • Tiket masuk: Gratis
  • Jam buka: 08.00-17.00
  • Alamat: Babakan Pasar, Bogor Tengah, Kota Bogor City

Vihara Dhanagun atau Kelenteng Hot Tek Bhio adalah cagar budaya Bogor sekaligus tempat ibadah yang sampai sekarang masih aktif digunakan oleh tiga agama: Tao, Konghucu, dan Buddha.

Saat akhir pekan, vihara ini selalu ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ingin beribadah. Pada hari biasa pun tetap ada orang berkunjung untuk berdoa, meski tidak seramai akhir pekan.

Saat Imlek tiba, kawasan kelenteng juga akan dipenuhi pengunjung, termasuk pengunjung dari agama lain, untuk sekadar melihat-lihat dan berfoto.

Vihara Dhanagun disebut-sebut telah berusia sekitar lebih dari 300 tahun. Vihara ini dipercaya dibangun pada 1672 saat etnis Tionghoa mulai mendiami kawasan Kota Bogor.

Namun, ada juga yang menyebutkan bahwa kelenteng ini berdiri di awal abad ke-18, saat etnis Tionghoa keluar dari Batavia menuju Bogor akibat tindakan represif Belanda.

Seperti kelenteng Tionghoa lainnya, Vihara Dhanagun juga identik dengan warna merah dan emas. Kawasan ini juga memiliki dua patung singa duduk yang ada di kanan kiri pintu masuk vihara.

Selain patung singa, kamu juga akan menjumpai patung dewa-dewi, patung naga, sesajen, pohon bambu, pohon mangga, lukisan matahari, hio, seni ukir dinding, hingga tata cara pelaksanaan ibadah Tionghoa.

Di samping itu, ada juga balai pengobatan yang terbuka untuk umum.

Meski tidak dipungut tiket masuk, kamu dianjurkan untuk memberi retribusi sukarela serta wajib berpakai sopan.

Selain itu, pastikan kamu telah meminta izin kepada penjaga sebelum memasuki kawasan vihara.

Biasanya, penjaga akan dengan sukarela memberitahu kamu tentang sejarah sekaligus mengajak kamu keliling kelenteng.  

Baca Juga: Tak Hanya Puncak, Ini Dia Destinasi Wisata Alam Bogor yang Wajib Kamu Kunjungi

Staycation di Perkebunan Teh, Jauh dari Keramaian

Staycation di Perkebunan Teh, Jauh dari Keramaian

Lagi cari tempat staycation baru di kawasan Bogor? Bobocabin Gunung Mas siap menjadi pelarian kamu dari kesibukan dan kepenatan perkotaan.

Akomodasi satu ini berdiri di tengah sejuknya udara Kota Hujan dan menjanjikan tempat istirahat di tengah perkebunan teh yang jauh dari keramaian.

Di dalam kabin, kamu bisa menikmati berbagai fitur menarik seperti Bluetooth speaker, moodlamp, B-Pad, dan Wi-Fi.

Di samping itu, ada juga fitur Smart Window. Kamu bisa mengatur jendela agar mendapatkan privasi penuh, atau membuatnya transparan untuk menyaksikan keindahan alam di depan mata

Tertarik mencoba? Yuk, unduh aplikasi Bobobox di Play Store atau App Store untuk reservasi.

 

Foto utama oleh: Kebun Raya Bogor

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles