Selain terkenal dengan sebutan Pulau Dewata, Bali juga identik dengan julukan Pulau Seribu Pura. Hal ini tentu tidak mengherankan mengingat hampir di setiap desanya kamu bisa menemukan bangunan pura.
Salah satu yang tercantik adalah Pura Ulun Danu Beratan di Danau Beratan, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali.
Saking indahnya, pengunjung yang datang tidak pernah lelah untuk memuji pesona yang dipancarkan oleh pura air satu ini.
Namun, selain menyuguhkan kecantikan yang memukau, pura yang berada di ketinggian 1.239 mdpl ini juga memiliki sejarah yang menarik untuk dipelajari. Yuk, simak lebih lanjut di bawah ini!
Baca Juga: 12 Destinasi Bali Berdasarkan Zodiak, Kamu Tim Apa?
Sejarah Pura Ulun Danu Beratan
Informasi tentang sejarah Pura Ulun Danu Beratan ini mengacu pada lontar (naskah kuno) Babad Mengwi.
Menurut naskah tersebut, Raja Mengwi kala itu, I Gusti Agung Putu, membangun Pura Ulun Danu Beratan sebelum pembangunan Pura Taman Ayun.
Taman Ayun sendiri merupakan peninggalan bersejarah Kerajaan Mengwi yang berlokasi di Kabupaten Badung, yaitu 40 km dari Danu Beratan di Kabupaten Tabanan.
Hanya saja, Babad Mengwi tidak menyebutkan secara pasti kapan tepatnya pembangunan Pura Beratan.
Meski begitu, naskah tersebut memberikan penjelasan bahwa Pura Taman Ayun dibangun dengan upacara pada hari Anggara tahun Caka/Saka 1556 (1634 Masehi).
Dengan berbagai informasi dari Babad Mengwi, diambillah kesimpulan bahwa pembangunan Pura Ulun Danu terjadi sebelum pembangunan Taman Ayun.
Oleh karena itu, tidak sedikit menyebutkan bahwa Pura Beratan telah berdiri sejak tahun 1633.
Sejarah Pura Ulun Danu Beratan ini berawal dari kekalahan I Gusti Agung Putu dalam melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng.
Akibat kekalahannya, sang raja melakukan tapa semedi di puncak Gunung Mangu untuk memohon pencerahan dan kesaktian. Setelah memperoleh berkat, ia pun bangkit dan mulai mendirikan istana Belayu (bela ayu).
I Gusti Agung Putu juga kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng dan berhasil memenangkan pertempuran.
Setelah kemenangan itu, sang raja kemudian mendirikan pura di tepi Danau Beratan yang kini tersohor dengan nama Pura Ulun Danu Beratan. Pura ini bahkan pernah menjadi gambar uang Rp50.000 edisi tahun 2016.
Pura Ulun Danu Beratan sendiri dipelihara atau diempon oleh 4 desa satakan, yang terdiri atas; satakan Bangah yang terdiri dari 3 bendesa adat, satakan Antapan yang mewilayahi 4 bendesa adat, satakan Candi Kuning yang mewilayahi 5 bendesa adat, dan satakan Baturiti yang mewilayahi 6 bendesa adat.
Selain sejarah Pura Ulun Danu Beratan, Babad Mengwi juga mengungkapkan keberadaan dua peninggalan sejarah, yaitu sarkofagus dan papan batu.
Keduanya terbilang kuno karena berasal dari zaman Megalitikum, yaitu sekitar tahun 500 Sebelum Masehi.
Adanya kedua peninggalan bersejarah ini menunjukkan bahwa kawasan pura telah menjadi tempat ritual sejak zaman tersebut serta menjadikannya salah satu pura kuno di Bali.
Hingga kini, sarkofagus dan papan batu masih ada dan tersimpan di dalam pura.
Fungsi Pura Ulun Danu Beratan
Pura ini berfungsi sebagai tempat pemujaan yang tentunya memiliki beberapa bangunan pelinggih/pemujaan. Di antara bangunan pemujaan tersebut, terdapat dua bangunan, yaitu Palebahan Pelinggih Lingga Petak, dan Palebahan Pura Tengahing Segara, yang berposisi menjorok ke tengah danau.
Tentunya, posisi tersebut menjadi keunikan tersendiri bagi pura ini, karena Pura Ulun Danu yang dibangun di danau-danau Bali lainnya jarang ada yang dibangun dengan posisi tersebut.
Selain memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan, Pura Ulun Danu Beratan juga berfungsi sebagai destinasi wisata di Bedugul. Hal ini dikarenakan pura ini memiliki nilai estetika tinggi, sehingga wisatawan menjadikan pura ini sebagai pura yang perlu dikunjungi.
Baca Juga: Itinerary Nusa Penida, Panduan Menjelajahi Pulau Eksotis di Tenggara Bali
5 Pura dalam Kompleks Ulun Danu
Setelah mengetahui sejarah Pura Ulun Danu Beratan, kini saatnya kamu mengenali apa saja yang ada di dalam pura tersebut.
Pura Beratan memiliki lima buah kompleks pura dan satu stupa Buddha. Hal ini menjadi penanda adanya akulturasi budaya antara Hindu dan Budha.
Lima kompleks pura tersebut meliputi Penataran Agung, Pura Dalem Purwa, Pura Taman Beji, Pura Lingga Petak, dan Pura Prajapati.
1. Pura Penataran Agung
Kompleks pura ini akan kamu jumpai setelah melewati Candi Bentar (gerbang masuk pura yang bentuknya seperti candi terbelah)
Fungsi kompleks Pura Penataran Agung adalah sebagai tempat pemujaan Tri Purusa Siwa, yaitu Dewa Siwa, Sadha Siwa, dan Parama Siwa.
2. Pura Dalem Purwa
Kompleks Pura Dalem Pura berlokasi di tepian selatan Danau Beratan dan menghadap ke utara. Di sini, kamu akan menjumpai tiga pelinggih suci utama: Pelinggih Dalem Purwa, Bale Murda Manik, dan Bale Panjang.
Pelinggih Dalem Purwa berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewi Durga dan Dewa Ludra yang menjadi sumber kemakmuran.
Sementara itu, Bale Murda Manik adalah bale pengaruman (tempat rapat atau diskusi) sedangkan Bale Panjang berfungsi sebagai tempat penyimpanan persembahan upacara.
Baca juga: Memahami Sejarah Pura Besakih, Mother of Temple
3. Pura Taman Beji
Kompleks pura ini menjadi tempat pelaksanaan upacara Melasti sebelum perayaan Nyepi; Ngebejiang (menyucikan sarana upacara) dan memohon tirta (air suci).
Pura satu ini tidak dikelilingi tembok dan lokasinya berada di sisi timur Hotel Enjung Beji.
Baca Juga: 7 Tempat Terindah untuk Snorkeling di Bali, dari Pemuteran sampai Nusa Penida
4. Pura Lingga Petak
Kompleks Pura Lingga Petak merupakan kawasan yang paling populer di kalangan wisatawan. Sebab, lokasinya berada di tengah danau dan pernah muncul di uang kertas Rp50.000.
Dianggap sebagai sumber utama air dan kesuburan Danau Beratan, kompleks pura ini terdiri dari dua pelinggih Meru. Salah satunya adalah Meru Tumpang Solas yang memiliki atap 11 tingkat.
Satunya lagi adalah Meru Tumpang Telu yang beratap tiga tingkat dengan empat pintu menghadap ke empat arah mata angin.
Meru Tumpang Solas berfungsi sebagai tempat pemujaan Dewa Wisnu dan Dewi Danu. Sementara itu, di dalam Meru Tumpang Telu terdapat sebuah sumur keramat untuk menyimpan tirta ulun danu.
Di dalam sumur tersebut juga terdapat sebuah lingga putih yang diapit oleh dua batu hitam dan merah.
Baca juga: Pesona Pura Segara Ulun Danu Batur, Pura yang Sering Kamu Lihat di Iklan Wisata Bali
5. Pura Prajapati
Keberadaan Pura Prajapati ditandai dengan adanya sebuah pohon beringin besar di dekatnya.
Dengan lokasi menghadap ke barat, kompleks pura ini bisa kamu jumpai segera setelah melewati tempat pembelian tiket dan memasuki area Ulun Danu Beratan.
Fungsi dari Pura Prajapati sendiri adalah sebagai istana Dewi Durga.
Stupa Budha
Stupa Budha menghadap ke arah selatan dan berlokasi di luar area pura-pura utama Ulun Danu Beratan. Keberadaannya menjadi penanda keselarasan dan harmoni dalam beragama.
4 Tips Berkunjung ke Pura Ulun Danu Beratan
Selain mengenal sejarah Pura Ulun Danu Beratan, kamu juga perlu tahu nih tips-tips berkunjung ke pura agar liburan tetap seru dan menyenangkan.
1. Datang di Pagi Hari
Buat kamu yang ingin menghindari keramaian, datang di pagi hari adalah pilihan yang tepat. Jika memungkinkan, sebaiknya kamu datang antara pukul 08.00-09.00.
Selain suasananya masih sejuk, pengunjung juga belum banyak yang datang, sehingga kamu pun bisa leluasa mengeksplorasi sekaligus berfoto di berbagai sisi area pura.
Pukul 10.00 ke atas, siap-siap saja menghadapi kemacetan dan keramaian. Sebab, Pura Ulun Danu Beratan memang sangat populer. Pura Ulun Danu Beratan sendiri buka mulai pukul 07.00-19.00.
2. Pakai Baju Hangat dan Bawa Payung
Berlokasi di dataran tinggi membuat cuaca di sekitar Pura Ulun Danu Beratan cukup dingin, apalagi jika datang di pagi atau sore hari.
Maka dari itu, jangan lupa mengenakan baju hangat atau jaket agar tubuh tidak kedinginan. Hujan juga kerap turun tiba-tiba dan menggenangi area pinggir danau sehingga pura pun tampak mengapung.
Agar kamu tetap nyaman saat berkunjung, bawalah payung atau jas hujan dan pakai sandal. Sebagai alternatif, kamu bisa memanfaatkan jasa sewa payung yang tersedia di sekitar lokasi.
3. Patuhi Peraturan
Sebagai tempat suci bagi umat Hindu, pura-pura di Bali biasanya menerapkan sejumlah aturan yang perlu kamu taati sebagai pengunjung. Salah satunya adalah dengan berpakaian sopan, rapi dan bersih di area wisata ini.
Aturan umum lainnya meliputi larangan:
- Masuk area dalam pura
- Berkata kasar
- Melangkahi atau menginjak sesajen
- Mengganggu berjalannya ibadah yang tengah berlangsung
- Bermesraan
- Menyentuh, menaiki, menduduki hingga merusak bangunan dan fasilitas pura
- Membuang sampah, buang air kecil, meludah, hingga buang air besar sembarangan
4. Bawa Uang Lebih
Untuk memasuki kawasan wisata Pura Ulun Danu Beratan, kamu perlu menyiapkan uang sebesar Rp 75.000.
Selain itu, ada juga tambahan untuk parkir serta kegiatan lain yang mungkin menarik perhatian kamu, tetapi bisa kamu nikmati dengan biaya tambahan.
Kegiatan ini di antaranya adalah berfoto spot foto instagenic, berbelanja di pasar di luar area pura, dan menikmati wahana air, seperti perahu, speedboat dan bebek air.
Jika kamu tertarik berkeliling sambil menikmati keindahan Pura dari Danau Beratan, pastikan kamu tetap berhati-hati sebab danau ini memiliki kedalaman rata-rata 23 meter. Untuk itu, mintalah jaket keselamatan sebelum memulai perjalanan.
Jika sudah lelah menjelajah, kamu bisa beristirahat sambil menikmati kuliner yang tersedia di sana, mulai dari menu lokal, Chinese, hingga Western. Karena itu, jangan lupa bawa uang lebih.
Menginap di Tengah Alam Bersama Bobocabin
Lengkapi wisata kamu di Bali dengan mengunjungi kawasan Kintamani dan Ubud.
Urusan akomodasi, serahkan saja pada Bobocabin. Mengusung konsep futuristik, Bobocabin siap menemani kamu merasakan kesejukan serta tenangnya alam dalam balutan teknologi canggih.
Liburan di tengah alam pun terasa mudah, aman dan menyenangkan dengan kehadiran fasilitas seperti Smart Window, B-Pad, moodlamp, hingga Bluetooth speaker.
Yuk, unduh dulu aplikasi Bobobox dan dapatkan kenyamanan dengan harga terjangkau dan terbaik hanya di Bobocabin Kintamani dan Ubud!
Foto utama oleh: Fadhila Nurhakim via Unsplash