Dengan populasi mencapai 5.326 jiwa, Nusa Tenggara Timur (NTT) dihuni oleh lebih dari 45 suku dengan keunikan budaya tersendiri. Salah satunya adalah dalam hal pakaian adat yang tentunya berbeda-beda di setiap suku, terutama dari segi motif dan aksesorinya.
Bagi kamu yang penasaran dengan jenis-jenis pakaian adat NTT, yuk, simak delapan di antaranya berikut ini!
8 Jenis Pakaian Adat NTT (Nusa Tenggara Timur)
Tahukah kamu bahwa ada sekitar 8 suku di NTT (Nusa Tenggara Timur)? Ya, Nusa Tenggara Timur menjadi rumah bagi Suku Sabu, Suku Helong, Suku Sumba, Suku Sikka, Suku Dawan, Suku Rote, Suku Manggarai, dan Suku Lio.
Tentu saja, setiap suku NTT memiliki adat istiadat, budaya, kebiasaan, dan pakaian adat yang unik.
Jadi, saat kita berbicara mengenai pakaian adat NTT, maka kita wajib membedakan pakaian adat yang unik dari masing-masing suku tersebut.
1. Suku Rote
Suku Rote memiliki pakaian adat yang dikenal dengan nama tenun ikat. Pakaian adat Suku Rote terdiri dari:
- sarung berbahan katun dengan warna dasar hitam serta motif bunga dan geometris
- selendang berwarna dasar cokelat dengan motif bunga
- kain-kain tersebut biasanya memiliki aksen rumbai-rumbai di ujungnya
Untuk laki-laki, sebelum mengenakan sarung dan selendang, mereka menutupi tubuh dengan kemeja dan celana panjang terlebih dahulu. Setelah itu, barulah mereka melilitkan kain sarung di pinggang yang panjangnya di atas mata kaki dan menyampirkan selendang di bahu.
Pakaian adat untuk laki-laki juga ditandai dengan pemakaian habas (kalung berbandul gong), dan topi anyaman (Ti’i langga) dari daun lontar yang mirip topi sombrero dari Meksiko.
Sementara itu, pakaian adat perempuan Rote biasanya dilengkapi dengan habas, Bula Molik (aksesori berbentuk bulan sabit di kepala), dan pendi (ikat pinggang dari perak/emas).
Baca Juga: Cocok untuk Liburan, Inilah 10 Tempat Wisata Sumba yang Menarik
2. Suku Sumba
Suku Sumba memiliki jenis pakaian adat bernama hinggi untuk para laki-laki dan lau untuk perempuan.
Pakaian adat NTT ini memiliki beragam jenis motif hewan yang terinspirasi dari sekitar tempat tinggal mereka, seperti kuda, ayam, dan udang.
Berdasarkan ketentuan adat, pakaian laki-laki meliputi:
- dua helai hinggi (satu di pinggang dan satu di pundak)
- kambala (ikat kepala)
- ruhu banggi (ikat pinggang dari lilitan tali)
- ikat pinggang kulit
- kabiala (parang di pinggang)
- kalumbutu (tempat sirih pinang di sebelah kanan pundak)
Sementara itu, lau biasanya dikepit di bawah ketiak kiri seperti kemben atau disangkutkan di pundak kiri. Zaman dahulu, lau ini bahkan hanya dilipat di pinggang sementara bagian dada telanjang.
Namun, kini, para perempuan kerap mengenakan kebaya atau pakaian atas lainnya sebelum dilapisi dengan lau. Bagian bahu kemudian ditutup dengan taba huku atau selendang berwarna senada.
Sebagai pelengkap, para perempuan akan mengenakan tiara berwarna polos, tiduhai (sisir hias), maraga (perhiasan di dada), kalung emas, dan mamuli (anting).
Sumba
Book your stay at Bobocabin Sumba through bobobox.com and get up to 25% OFF.
Starts from IDR 675,000 per night. Click here to see reviews!
Gunung Rinjani
Book your stay at Bobocabin Gunung Rinjani through bobobox.com and get up to 25% OFF.
Starts from IDR 675,000 per night. Click here to see reviews!
Ubud
Book your stay at Bobocabin Ubud through bobobox.com and get up to 25% OFF.
Starts from IDR 760.000 per night. Click here to see reviews!
Kintamani
Book your stay at Bobocabin Kintamani through bobobox.com and get up to 25% OFF.
Starts from IDR 700.000 per night. Click here to see reviews!
3. Suku Dawan
Suku Dawan adalah suku yang menempati Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor, dan sebagian Kabupaten Belu. Suku ini memiliki pakaian adat bernama amarasi.
Untuk laki-laki, amarasi biasanya berupa kain yang diikat di pinggang serta selendang penutup. Sebagai pelengkap, mereka juga mengenakan:
- kemeja atau baju bodo
- destar (ikat kepala) dengan hiasan tiara
- kalung habas
- kalung muti salak
- dua buah gelang Timor
Sementara itu, amarasi untuk perempuan terdiri dari dua lembar kain penutup badan. Satu kain dipakai untuk menutup dada hingga mata kaki sedangkan satunya lagi diletakkan di kedua bahu hingga membentuk huruf V.
Untuk pelengkapnya, ada kalung muti salak, tusuk konde dengan tiga koin, sisir emas, dan sepasang gelang kepala ular.
Baca Juga: Daya Pikat Tenun Ikat Sumba, Butuh 42 Langkah untuk Membuatnya
4. Suku Helong
Suku Helong adalah suku yang mendiami Pulau Timor, terutama di kawasan Kupang Tengah dan Barat. Pakaian adat suku ini juga tidak jauh berbeda dengan suku-suku sebelumnya.
Untuk laki-laki, pakaian adatnya terdiri dari kemeja bodo, bawahan berupa kain lebar, serta beragam aksesori yang terdiri dari destar (ikat kepala) dan kalung habas.
Sementara itu, perempuan suku Helong mengenakan:
- baju berupa kemben, tapi sekarang bisa diganti dengan kebaya, kaus panjang, atau atasan lainnya
- bawahan berupa sarung tenun
- selendang yang tersampir di bahu
- pendi (ikat pinggang emas)
- bula molik (aksesori kepala berupa bulan sabit)
- kerabu (kalung dan anting berbentuk bulan)
- hiasan leher berbentuk bulan
5. Suku Sabu
Suku Sabu merupakan salah satu kelompok etnis yang mendiami Pulau Sawu dan Raijua.
Bagi para laki-laki suku Sabu, pakaian adat mereka biasanya meliputi kemeja lengan panjang dan sarung dari kain tenun sebagai bawahan. Sebagai pelengkap, mereka juga mengenakan:
- Selendang yang diselempangkan di bahu
- Ikat kepala berbentuk mahkota tiga tiang
- Kalung muti salak
- Sabuk berkantong
- Kalung habas
- Sepasang gelang emas
Sementara itu, para perempuannya memakai kain tenun dua lilitan hingga berbentuk seperti sarung. Warna kain tenun perempuan biasanya senada dengan kain yang dikenakan laki-laki.
Untuk pelengkapnya, mereka juga mengenakan pendi, kalung habas, kalung muti salak, gelang, serta hiasan kepala berwarna emas.
Baca Juga: Liburan Makin Seru, Ini 5 Tips Liburan ke Sumba yang Perlu Kamu Tahu
6. Suku Lio
Suku Lio termasuk suku tertua di Pulau Flores yang bisa kamu jumpai di Kabupaten Ende. Sebagai suku yang terkenal dengan tradisi menenunnya, suku Lio membedakan jenis kain bagi kaum laki-laki dan perempuan.
Sarung atau kain khusus untuk laki-laki disebut ragi, sarung untuk perempuan adalah lawo, sedangkan selendangnya disebut luka semba.
Selain menggunakan sarung sebagai bawahan, para lelaki Lio juga melengkapi busana adat mereka dengan kemeja lengan sebagai atasannya.
Mereka juga menggunakan selendang pada bahu dan ikat kepala berbentuk meruncing. Corak kain pada ragi biasanya didominasi oleh warna hitam atau biru kehitaman dengan garis melintang.
Sementara itu, para perempuan suku Lio akan memadukan sarung mereka dengan atasan yang mereka sebut dengan nama lambu.
Lambu ini merupakan baju dengan ukuran segi empat serta potongan longgar dan besar sehingga tampak menggelembung.
Motif sarung perempuan Lio biasanya berupa flora dan fauna, seperti kuda, daun, burung, lalat, atau sayap lalat. Motif selendang didominasi motif bunga yang diselingi garis-garis hitam kecil dan ada rumbai di ujung kainnya.
7. Suku Manggarai
Sesuai namanya, suku Manggarai merupakan kelompok etnis yang tinggal di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores. Dalam hal pakaian adat, mereka memiliki kain tenun bernama songke.
Kain songke ini digunakan sebagai bawahan alias sarung. Motifnya sendiri cukup beragam, mulai dari garis-garis, kerucut layaknya rumah adat, bintang, laba-laba, bunga kecil, bunga kaweng, dan mata ayam.
Kaum laki-laki biasanya memadukan songke dengan selendang dan sapu (ikat kepala khas Manggarai).
Sementara itu, para perempuan akan mengenakan songke dengan atasan kebaya, selendang, dan balibelo (hiasan kepala khas Manggarai).
8. Suku Sikka
Suku Sikka adalah komunitas adat yang ada di Kabupaten Sikka, Pulau Flores. Dalam hal pakaian adat, suku ini juga membedakan busana untuk kaum laki-laki dan perempuan.
Pakaian adat para laki-laki Sikka biasanya terdiri dari:
- labu (baju lengan panjang berwarna putih untuk atasan)
- lipa (sarung tenun berwarna cerah dengan motif flora) atau ragi (sarung berwarna helap dengan motif garis-garis melintang)
- sembar (selempang yang menyilang di dada dengan motif flora dan fauna)
- lesu (ikat kepala dari kain yang bagian sampingnya memanjang ke bawah menyerupai telingan kambing)
- mone (gelang besar)
- peket (ikat pinggang besar berwarna hitam)
- untuk para perempuan, pakaiannya meliputi:
- labu (atasan lengan panjang dengan pangkal leher terbuka untuk memudahkan pemakaian)
- utan (sarung bermotif flora dan fauna)
- dong (selendang yang melintang di dada atau melilit di pinggang)
- legen (rambut yang dibentuk melingkar seperti ular) atau semarang (rambut palsu bagi mereka yang berambut pendek)
- hegin (tusuk konde)
- soking (hiasan rambut)
- aksesori kalar di pergelangan tangan dari gading dan perak
- kila (cincin)
- lodan (kalung)
- suwong (anting-anting)
Baca Juga: Jenis-Jenis Transportasi untuk Menjelajahi Sumba
Tubuh Lelah Setelah Berwisata? Recharge Energimu di Bobocabin!
Liburan ke Nusa Tenggara Timur tidak akan lengkap tanpa mengunjungi Pulau Sumba. Sebagai salah satu destinasi wisata terbaik dunia, Sumba menyediakan berbagai macam penginapan agar kamu bisa recharge energi setelah seharian berwisata.
Berlokasi di atas tebing, Bobocabin Umarato Sumba menawarkan pemandangan laut memukau yang bisa kamu saksikan langsung dari dalam kabin.
Berpadu dengan suara ombak yang beralun lembut, angin laut yang menyegarkan, dan cakrawala yang seolah tak berujung, pengalaman menginapmu tak akan terlupakan.
Yuk, unduh aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut!
Foto utama oleh: Sony Feo via Pexels