Lebaran semakin dekat. Kamu mungkin sudah mulai merencanakan mudik, memilih baju lebaran, atau di mana kamu akan solat idulfitri nanti.
Jika ingin ibadah dengan suasana baru, mungkin kamu bisa mencoba salat di salah satu masjid tertua di Malang.
Telah berdiri sejak abad 18, Masjid At-Thohiriyah—atau dikenal juga sebagai Masjid Bungkuk—telah menjadi saksi bisu penyebaran Islam di Malang.
Sebab, masjid ini telah menjadi rumah ibadah bagi warga Malang sejak 147 tahun lalu!
Penasaran tentang sejarah dan fakta menarik lainnya tentang Masjid At-Thohiriyah? Yuk, intip informasi selengkapnya di sini.
Baca Juga: Mau Liburan ke Malang? Jangan Lewatkan Tujuan Hits Lembah Indah Malang!
5 Fakta Menarik Mengenai Masjid Tertua di Malang, Masjid At-Thohiriyah
1. Sumber Penyebaran Agama Islam di Wilayah Singosari
Menurut KH. Moensif Nachrawi, penasihat Takmir Masjid At-Thohiriyah, masjid ini telah berdiri sejak awal abad ke-18.
Bermula dari kedatangan mantan laskar Pangeran Diponegoro bernama Hamimmuddin, yang datang ke wilayah Singosari yang masih berupa hutan belantara.
Pangeran Dipnegoro pernah berpesan agar terus menyebarkan agama Isam di manapun laskar berada.
Oleh karena itu, KH Hamimmuddin memulai aktivitas dakwahnya dengan mendirikan sebuah gubuk bambu kecil tempat beliau melakukan syiar agama Islam.
2. Awal Julukan Masjid Bungkuk
Gubuk bambu tersebut awalnya berfungsi sebagai musala. Di gubuk tersebut, beliau mengajarkan cara mengaji dan menunaikan ibadah salat.
Di tengah masyarakat yang kala itu masih mayoritas Hindu, cara beribadah KH Hamimmuddin dinilai baru.
Terutama karena adanya gerakan rukuk dan sujud pada salat, masyarakat mulai memperbincangkan gerakan unik tersebut.
Mereka menyebutnya dengan istilah bungkuk-bungkuk, yang menyebabkan area masjid dan sekitarnya disebut sebagai kawasan Bungkuk.
Tidak ketinggalan, sang pendiri masjid tertua di Malang ini pun kemudian mendapat sapaan akrab Mbah Bungkuk. Hingga kini, warga sekitar masih mengenal Mbah Bungkuk dan jasanya.
3. Penyebaran Agama yang Mudah Diterima Masyarakat
Banyak warga yang akhirnya penasaran dengan ajaran yang disampaikan KH Hamimmuddin.
Agama Islam pun mulai menyebar di area tersebut. Penduduk merasa bahwa mereka menemukan sesuatu yang belum pernah ada dalam ajaran agama sebelumnya.
Selain itu, agama Islam cenderung mudah diterima karena tidak adanya sistem kasta seperti di agama Hindu.
Sehingga, masyarakat golongan sudra atau kasta yang rendah cenderung lebih tertarik mempelajari agama baru ini.
Baca Juga: 5 Lokasi Petik Buah Apel Malang, Agrowisata Asik Bersama Keluarga
4. Empat Tiang Penyangga yang Dipertahankan
Seiring berjalannya waktu, jumlah masyarakat yang datang untuk belajar pun semakin banyak. Gubuk yang kecil tidak lagi dapat menampung jumlah orang yang ingin belajar.
Gubuk pun direnovasi menjadi bangunan semipermanen dengan empat pilar kayu penyangga atap masjid.
Hal ini dilakukan agar masjid dapat menampung lebih banyak orang, baik orang yang ingin belajar maupun beribadah dengan khidmat.
Gedung masjid telah mengalami pemugaran hingga tiga kali. Namun, untuk menjaga sejarah, empat pilar tersebut terus dipertahankan hingga saat ini.
Dari empat pilar yang ada, salah satunya ternyata berada dalam keadaan sedikit miring. Meski demikian, pilar tersebut tetap dipertahankan. Semua pilar kini telah dipercantik dengan ukiran kayu.
5. Area Pemakaman di Belakang Masjid Bungkuk
KH Hamimmuddin atau Mbah Bungkuk wafat pada tahun 1850. Ia dimakamkan tepat di belakang Masjid Bungkuk.
Selain itu, terdapat belasan makam lainnya yang merupakan tempat persemayaman kerabat terdekat sang pendiri: istri, anak-anak, menantu, hingga cucunya.
Hingga kini, makam Mbah Bungkuk tidak pernah sepi peziarah yang mendoakan beliau. Jasa penyebaran agama beliau masih mendapatkan apresiasi dari warga sekitar hingga kini.
Lokasi Masjid At-Thohiriyah atau Masjid Bungkuk
Masjid tertua di Malang ini terletak di Jl. Bungkuk yang berada di Kecamatan Singosari, Malang.
Terletak sekitar 13 km dari Alun-Alun Malang atau sekitar 33 menit perjalanan, kamu dapat mengunjungi masjid bersejarah ini dengan cukup mudah.
Terdapat berbagai pilihan moda transportasi umum yang dapat kamu gunakan. Atau, kamu juga bisa mengakses masjid ini dengan kendaraan pribadi.
Masjid At-Thohiriyah juga terletak di dekat Candi Singosari. Sehingga, kamu bisa mengunjungi berbagai lokasi bersejarah dalam satu waktu saja.
Baca juga: Mengenal Deretan Masjid Tertua di Jakarta
Aturan Berkunjung ke Masjid At-Thohiriyah
Pastikan untuk berkunjung mengenakan pakaian sopan dan tertutup. Selain itu, kamu wajib menjaga bahasa; hindari kata-kata kasar atau kotor lainnya.
Masjid At-Thohiriyah adalah tempat ibadah suci yang perlu kamu hormati, jadi pastikan untuk menjaga sikap.
Saat berkunjung, sempatkan untuk beribadah di area masjid atau sekadar berziarah ke makam sang pendiri. Untuk turut mendoakan beliau, kamu bisa membaca Yasin ataupun Wirid di area pemakaman.
Baca Juga: Selain Alun-Alun Malang, Jangan Lewatkan 7 Destinasi Wisata Murah Meriah di Malang Berikut!
Ingin Liburan Hemat di Malang?
Ingin liburan ke Malang tapi budget terbatas? Hotel Kapsul Bobobox adalah solusi akomodasi terjangkau yang aman, nyaman, dan praktis buat kamu dan keluarga!
Terletak di area Alun-Alun Malang, kamu dapat mengunjungi berbagai tujuan wisata populer dan mencicipi kuliner lezat dan mudah khas Malang hanya dengan jalan kaki saja. Tanpa pusing memikirkan moda transportasi, kamu bisa mengakses semuanya dengan mudah.
Dengan sistem kode QR yang canggih, kamu bisa check-in dan check-out lebih cepat dibanding hotel kebanyakan.
Selain itu, kode QR berfungsi untuk memastikan bahwa hanya kamu yang bisa masuk ke pods tempat kamu menginap. Plus, dengan fitur pengaturan cahaya khas Bobobok, kamu pun bisa istirahat dengan tenang.
Unduh aplikasi Bobobox untuk reservasi dan informasi lebih lanjut.
Header photo: Kebudayaan Kemdikbud Official Website