Photo: Oktavisual Project via Unsplash

7 Spot Wisata Semarang yang Paling Bersejarah, Yuk Kunjungi!

Semarang merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Kota satu ini memiliki banyak julukan, mulai dari Kota Lumpia hingga Venetia van Java karena banyaknya sungai yang melaluinya. Selain itu, berbagai spot wisata bersejarah juga bisa kamu temui di sini sehingga kamu bisa berwisata sambil mempelajari sejarah Kota Semarang. Apa saja sih spot wisata Semarang tersebut? Yuk, simak tujuh di antaranya berikut ini!

Puri Gedeh

Puri Gedeh merupakan bangunan peninggalan masa kolonial Belanda yang termasuk Cagar Budaya Kota Semarang dan kini berfungsi sebagai Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah. Gubernur keenam Semarang, Soepardjo Roestam, menjadi gubernur yang pertama kali menempati bangunan tersebut sebelum akhirnya diikuti oleh gubernur-gubernur selanjutnya.

Sebelum menjadi rumah dinas, Puri Gedeh dulunya adalah rumah pribadi orang Belanda bernama Helly. Rumah ini disebut-sebut dibangun pada 1925 dan diarsiteki oleh T. TH. Van Oyen. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa Puri Gedeh merupakan hasil karya Liem Bwan Tjie (1891-1966), generasi pertama arsitek Indonesia asal Semarang.

Spot wisata Semarang ini bisa kamu jumpai di kawasan Candi Baru, tepatnya di Jalan Gubernur Budiono yang namanya diambil dari gubernur pertama Semarang. Kawasan Candi Baru ini terkenal dengan deretan rumah mewah bergaya khas Eropa. Lokasi tersebut berada di atas bukit yang kerap menjadi jalur favorit untuk jogging, bersepeda dan menikmati keindahan dari ketinggian. Jika beruntung, kamu bisa bertemu dengan gubernur saat menyambangi bangunan kuno tersebut.


Baca Juga: 7 Alasan Kenapa Kamu Harus Ke Pantai Marina Semarang. Makin Tertarik?


Masjid Layur

Semarang memiliki masjid bersejarah bernama Masjid Layur atau Masjid Menara Kampung Melayu. Masjid ini dulunya berdiri di Kampung Melayu yang pada tahun 1743 menjadi hunian bagi warga yang sebagian besar merupakan suku Melayu.

Kampung Melayu ini terbilang strategis karena berlokasi di tepi sungai besar yang kala itu menjadi lokasi pelabuhan untuk mendaratkan kapal dan perahu yang membawa barang dagang. Lokasi itu pun menjadi magnet bagi banyak orang, terutama saudagar asal Timur Tengah yang kemudian ikut menempati kawasan tersebut. Di masa itulah keberadaan masjid mulai dikembangkan.

Tepatnya pada 1802, masjid dibangun oleh sejumlah saudagar Arab dari Hadramut (Yaman). Meski begitu, bangunannya justru banyak mengandung unsur lokal dengan ornamen dinding yang merupakan perpaduan antara budaya Jawa, Melayu dan Arab.

Selain itu, Masjid Layur juga tampak unik karena memiliki sebuah menara tinggi bercat putih di bagian depan masjid. Menara tersebut dulunya berfungsi sebagi mercusuar untuk mengawasi lalu-lalang kapal dagang di kali Semarang. Kamu bisa menyempatkan diri untuk mengagumi keindahan arsitekur spot wisata Semarang tersebut sambil beribadah. Namun, jika ingin lebih tahu lebih dalam tentang sejarahnya, kamu bisa meminta panduan dari Imam atau pengurus masjid.

Gereja Santo Yusuf

Gereja Santo Yusuf pertama kali dibangun pada tahun 1870 dan selesai di tahun 1875. Sebelum pembangunan selesai, tempat peribadatan umat Katolik Semarang sering berpindah-pindah. Mereka bahkan pernah menggunakan Gereja Blenduk di Kota Lama yang sebenarnya merupakan gereja Kristen.

Menurut sejarahnya, Gereja Santo Yusuf menjadi cikal bakal gereja Katolik tertua di Kota Semarang. Selain itu, gereja ini juga menjadi saksi bisu perlawanan pribumi terhadap Jepang. Kala itu, gereja berada di bawah kepemimpinan Mgr Soegijopranoto, uskup pribumi pertama, yang siap melindungi dan mengobati para pejuang yang terluka.

Kompleks Gereja Santo Yusuf ini terdiri dari bangunan gereja, pastoran dan gedung pertemuan. Salah satu bangunan yang paling mencolok adalah bangunan tengah berwarna cokelat kemerahan yang menjulang tinggi di balik rimbunnya pepohonan. Pada bangunan tersebut, terdapat jendela berbentuk busur yang meruncing ke atas.

Masyarakat sekitar mengenal Gereja Santo Yusuf sebagai Gereja Gedangan sebab dulunya berada di Jalan Zeestraat-Kloosterstraat-Gedangan. Kamu bisa menyambanginya di Jl. Ronggowarsito No.11 sambil beribadah atau sekadar berkunjung dan bertanya-tanya tentang sejarahnya pada penjaga gereja.


Baca Juga: Bingung Mau Liburan Kemana? Ayo Berwisata Ke 7 Hidden Gem Semarang Berikut Ini!


Jembatan Berok

Pusat Kota Semarang memiliki sebuah jembatan tua unik sepanjang 10 meter yang di bawahnya mengalir Kali Semarang. Jembatan ini ditopang oleh empat kolom berbentuk obelisk yang di bagian puncaknya terdapat lampu unik.

Spot wisata Semarang ini menjadi penghubung Kota Lama di sisi timur dan dengan bagian kota lain di sisi barat. Dulunya, sisi timur jembatan merupakan kawasan elit Kota Lama yang dihuni oleh orang-orang Belanda. Sementara itu, sisi barat merupakan pemukiman penduduk pribumi, seperti Kampung Melayu, Pecinan, Arab dan Jawa.

Jembatan Berok ini dibangun pada tahun 1705 bersamaan dengan pembangunan Benteng Vijhoek yang memagari Kota Lama. Kala itu, jembatan tersebut bernama De Zuider Port, namun di masa VOC berganti menjadi Gouverments Brug sebab menjadi penghubung menuju kantor Gubernur VOC.

Jembatan kemudian berganti nama lagi menjadi Sociteisbrug sebelum akhirnya terkenal dengan nama Berok. Masyarakat pribumi menyebutnya Jembatan Berok karena kesulitan untuk melafalkan kata brug. Berlokasi di Jl. Imam Bonjol, kamu bebas menikmati keindahan jembatan sambil berjalan-jalan ke Kota Lama, berfoto-foto atau bahkan bersepeda.

Mercusuar Willem 3

Pelabuhan Tanjung Emas merupakan satu-satunya Pelabuhan di Kota Semarang yang berkembang pada abad ke-16. Di tempat ini, kamu bisa menjumpai Mercusuar Willem 3 yang menjadi ikon Pelabuhan tersebut. Penamaannya sendiri menyesuaikan dengan nama raja yang kala itu memerintah, yaitu Raja Willem III.

Pemerintah Belanda membangun mercusuar tersebut pada 1879 dan selesai pada1884. Tujuannya adalah untuk menjadikan Semarang sebagai kota pelabuhan dan dagang, mengingat Pelabuhan Tanjung Emas menjadi sarana ekspor gula ke luar negeri.

Menjulang setinggi 30 meter, keberadaan mercusuar tentunya sangat penting untuk lalu lintas kapal dari berbagai negara. Hingga sekarang, mercusuar itu masih berfungsi sebagai pemandu bagi para pelaut.

Mercusuar yang ada dalam pengelolaan Kementerian Perhubungan ini memiliki lampu dengan jangkauan cahaya mencapai 20 mil. Dengan kapasitas itu, lampu sinyal mampu memandu kapal-kapal yang hendak masuk atau berlabuh di Tanjung Emas. Sayangnya, spot wisata Semarang ini tidak bisa dimasuki pengunjung. Namun, kamu tentu masih bisa menikmatinya dari luar ataupun kejauhan.


Baca Juga: 10 Tempat Kuliner Malam Semarang Ini Wajib Banget Kamu Kunjungi!


Pasar Johar

Pasar Johar merupakan salah satu pasar tradisional sekaligus Cagar Budaya Kota Semarang. Keberadaannya bermula sekitar tahun 1860 saat masih berupa pasar biasa di sisi timur Alun-Alun Kota Semarang yang di tepian jalannya berdiri deretan pohon johar.

Kala itu, lokasi pasar berdekatan dengan sebuah gedung penjara tua sehingga pasar pun kerap menjadi tempat menunggu untuk menengok kerabat di penjara. Dalam rangka mendirikan Pasar Centraal, pada 1931 pemerintah kota membongkar gedung penjara dengan tujuan untuk mempersatukan fungsi lima psar yang sudah ada. Kelimanya adalah Pasar Johar, Pedamaran, Benteng, Jumatan, dan Pekojan.

Pembangunan Pasar Johar lalu dimulai pada 1933 dengan menggunakan rancangan Ir. Thomas Karsten. Bangunannya berdisi di atas Pasar Johar lama dan pasar Pedamaran. Karena kurang luas, bangunan juga mengambil sebagian lahan alun-alun, penjara, dan beberapa toko tua di sekitarnya. Pembangunan kemudian berakhir di tahun 1939 dan semenjak saat itu Pasar Johar pun menjadi spot wisata Semarang sekaligus pusat perekonomian dan keramaian Kota Semarang.

Sayangnya, kebakaran melanda Pasar Johar pada 2015 lalu. Namun, Kementerian PUPR telah merevitalisasi kawasan tersebut. Revitalisasi Pasar Johar Utara dan Tengah selesai pada Desember 2019 sementara Pasar Johar Selatan pada Januari 2022 lalu.

Toko Oen

Belajar sejarah di Semarang juga bisa kamu lakukan sambil mencicipi berbagai hidangan menarik. Salah satunya adalah Toko Oen yang berdiri sejak tahun 1936 dan tentunya sangat identik dengan nuansa khas tempo doeloe.

Toko Oen ini bermula dari toko kecil yang dibuka oleh Liem Gien Nio di Yogyakarta pada 1912. Nama Oen yang tersemat pada toko merupakan nama sang suami, yaitu Oen Tjok Hok. Mulanya, toko tersebut menjual kue-kue kering serta roti khas Belanda. Toko tersebut kemudian berkembang menjadi kafe es krim dan restoran di tahun 1922.

Setelah mulai terseoroh dan menarik banyak pelanggan, Toko Oen pun membuka cabang di Semarang, Jakarta dan Malang. Seiring dengan perkembangan zaman, Toko Oen di Yogyakarta dan Jakarta harus tutup sementara toko di Semarang dan Malang masih bertahan hingga kini.

Hotel Strategis, Ya Bobobox!

Bobopod di Semarang

Photo: Bobobox Internal Asset

Berencana berlibur ke Semarang tapi bingung dengan pilihan akomodasinya? Ke Bobobox saja! Berlokasi di Jalan Letjen Suprapto No. 7, Bobobox Kota Lama ini strategis banget.

Berjarak sekitar lima menit dari Stasiun Tawang, Bobobox satu ini cocok banget buat kamu yang menggunakan moda transportasi kereta. Sesampainya di stasiun, kamu hanya tinggal berjalan kaki lalu langsung rebahan deh kasur pod Bobobox yang luas dan super comfy. Untuk reservasi dan informasi lebih lanjut, unduh dulu aplikasi Bobobox di sini!

 

Foto utama oleh: Oktavisual Project via Unsplash

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles