pulau galang batam

Menyelami Sejarah Pulau Galang Batam, Eks-Kamp Pengungsi dari Vietnam

Berada di Provinsi Kepulauan Riau, Batam adalah kota destinasi wisata yang unik. Selain lokasinya yang dekat banget dengan negara asal Merlion, Singapura, Batam juga terkenal sebagai destinasi belanja murah. Di Batam, kamu bisa menemukan banyak barang, termasuk barang impor dengan harga miring. Jelas saja karena, seperti dilansir dari NY Times, Batam merupakan kawasan duty-free. Batam juga tergabung dalam free trade area dengan Singapura dan Malaysia. Mau parfum branded dengan harga diskon? Bisa banget!

Nggak hanya soal belanja, Batam juga punya banyak pantai yang cantik! Buat kamu yang ingin menikmati tropical vacation, Batam cocok buat dilirik. Salah satu pantai paling populer di Batam adalah Pantai Marina. Dilansir dari Jejak Piknik, pantai ini berada di kawasan resor Marina Waterfront City dan menjadi salah satu spot foto terbaik. Selain itu, ada juga Pantai Nongsa yang layak disambangi. Menurut itrip.id, selain suasananya yang tenang, pantai ini menawarkan pemandangan Singapura yang lebih dekat.

Namun, Batam juga ternyata menyimpan kisah bersejarah yang cukup mendalam. Berjarak sekitar 80 kilometer dari pusat Batam, ada sebuah pulau bernama Pulau Galang. Pulau ini sendiri sebetulnya merupakan bagian dari trio pulau Batam, Rempang, dan Galang, atau disingkat sebagai Barelang. Ketiga pulau ini terhubung oleh Jembatan Barelang, rangkaian jembatan yang terdiri dari 6 jembatan. Dilansir dari Enjoy Batam, keenam jembatan selesai dibangun pada tahun 1998 dan total panjangnya mencapai 2,2 kilometer. Wih!

Ada yang unik tentang sejarah Pulau Galang Batam, lho! Pulau Galang sempat digunakan sebagai area kamp pengungsi dari Vietnam. Setelah para pengungsi dari Vietnam kembali ke negaranya atau mencari suaka di negara lain, kamp tersebut sekarang menjadi kawasan wisata. Ada cerita pilu dan ngeri dari eks-kamp pengungsi tersebut. Ingin tahu lebih lanjut? Keep reading, ya!

Manusia Perahu dari Vietnam

Bicara soal sejarah Pulau Galang Batam, nggak akan lengkap kalau kita nggak bahas soal Perang Vietnam yang berkecamuk sejak tahun 1955. Perang antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan ini berlangsung selama dua dekade. Dilansir dari History.com, perang panjang tersebut memakan 2 juta jiwa dan memaksa jutaan lainnya untuk mengungsi. Sebagian pengungsi memilih untuk keluar dari Vietnam melalui laut menggunakan perahu. Makanya, para pengungsi ini dikenal dengan sebutan manusia perahu atau boat people.

Kondisi para pengungsi ini sangat memprihatinkan. Sebuah artikel dari UNHCR menyebutkan bahwa sekitar 10% dari manusia perahu ini mati di laut. Ada sebagian yang hilang, mengalami sakit atau kelaparan, hingga pembajakan di laut. Kasus kriminal seperti pembunuhan dan pemerkosaan pun menjadi hal yang tidak asing. Penolakan pun harus dihadapi oleh para pengungsi dari beberapa negara, termasuk Malaysia dan Thailand. Namun, akhirnya para pengungsi ini bisa menetap sementara di beberapa negara, termasuk Filipina dan Indonesia.

Sejarah Pulau Galang Batam dan Kamp Pengungsi Vietnam

Kisah perang Vietnam menarik perhatian banyak negara, termasuk Indonesia. Dilansir dari Inside Indonesia, dari tahun 1979 hingga 1996, Pulau Galang di Batam menjadi kamp pengungsi dari Vietnam. Jumlah para pengungsi yang datang pun bukan main, lho, yaitu sekitar 122-145 ribu jiwa! Pulau Galang dipilih sebagai area kamp pengungsi karena beberapa alasan, salah satunya adalah memisahkan mereka dari warga lokal. Pada saat itu, di pulau seluas lebih dari 8 ribu hektare, ternyata hanya ada sekitar 200 warga lokal yang menetap.

Dibukanya kamp pengungsi Vietnam ini menjadi salah satu penanda sejarah Pulau Galang Batam. Kamp ini, seperti dilansir dari Swiss Bel-hotel, dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang cukup baik. Para pengungsi dari Vietnam tinggal di barak-barak yang bisa menampung hingga ratusan orang. Namun, barak ini punya sistem sanitasi yang baik. Selain itu, di kamp pun dibangun fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, penjara, dan bahkan pelabuhan kecil. Jadi, para pengungsi masih bisa belajar, bekerja, dan bahkan berdagang.

Dilansir dari UNHCR, Indonesia menampung sekitar 15% dari total pengungsi Vietnam. Di tahun 1996, kamp ini ditutup mengikuti proses pemulangan atau pemindahan para pengungsi. Sayangnya, selepas para pengungsi kembali ke Vietnam atau negara tujuan lainnya, kamp pengungsi di Pulau Galang pun ditinggalkan. Bangunan-bangunan seperti barak, kantor, sekolah, dan rumah sakit pun kini terbengkalai. Kondisinya pun bisa dibilang cukup mengerikan. Apalagi dengan dikelilingi hutan yang lebat, suasana pun makin mencekam!

Museum, Gereja, dan Vihara yang Masih Berfungsi

Namun, sebagai peninggalan sejarah Pulau Galang Batam, masih ada beberapa bangunan fasilitas umum yang bisa kamu lihat. Di Pulau Galang, terdapat museum yang menyimpan beragam artefak dari era pengungsian, seperti buku dan benda-benda lainnya. Museum sederhana ini hingga sekarang masih beroperasi. Foto-foto hingga beragam poster pun turut menghiasi dinding ruangan-ruangan museum. Buat kamu yang berminat dengan wisata historis, kunjungan ke museum ini jangan sampai terlewatkan.

Tidak jauh dari museum, ada perahu besar yang dipajang sebagai artefak sejarah Pulau Galang Batam. Perahu ini dulunya digunakan oleh para pengungsi Vietnam. Selain itu, ada juga bangunan bekas penjara yang terlihat mencekam. Namun, kehadiran para pengelola dan penjual makanan yang ada di sekitar membuat suasana setidaknya lebih ramai. Ya, nggak horor-horor banget deh! Apalagi, di kawasan ini juga masih banyak kera-kera liar. Hati-hati dengan barang bawaan kamu, ya!

Selain museum, ada juga gereja Katolik yang masih berfungsi. Gereja bernama Immaculate Conception Mary Church ini memiliki bangunan yang unik dan terbuat dari kayu berwarna putih. Meskipun tidak besar dan mewah, interior gereja tetap tampil cantik. Suasana alam yang tenang di sekitar pun membuat bagian dalam gereja terasa sejuk. Halaman gereja juga cukup luas dan terdapat beberapa patung di halaman tersebut.

Tidak jauh dari gereja, ada juga sebuah kuil Buddha yang masih berfungsi. Kedua rumah ibadah ini menjadi bukti sejarah Pulau Galang Batam yang masih bisa kita saksikan. Sebenarnya, sebelum memasuki area kamp, kamu bisa singgah sejenak di Vihara Quan Am Tu. Vihara ini, dilansir dari Travel Detik diresmikan pada tahun 1979. Dari pelataran vihara, kamu bisa melihat pemandangan alam yang cantik. Vihara ini sendiri masih sering dikunjungi, terutama saat Imlek atau hari raya lainnya.

Kisah Tragis dan Horor

Sejarah Pulau Galang Batam dan eks-kamp pengungsi Vietnam tidak hanya meninggalkan artefak penting, tetapi juga kisah tragis. Di kawasan kamp, kamu bisa melihat patung bernama Humanity Statue. Dilansir dari Viva, patung ini dibuat untuk mengenang Tinh Nhan Loai, seorang pengungsi wanita yang bunuh diri akibat mengalami pemerkosaan. Patung ini jadi salah satu monumen yang memilukan dan mengerikan di kawasan eks-kamp pengungsi Vietnam.

Tidak hanya Tinh Nhan Loai, banyak para pengungsi lain yang mengalami depresi. Dilansir dari Direktori Wisata, banyak orang Vietnam yang menolak dipulangkan kembali ke negaranya. Akibatnya, tindak kriminal pun merebak di kalangan para pengungsi. Bahkan, ada seorang pengungsi yang nekat bakar diri akibat status pengungsiannya ditolak. Astaga! Para pengungsi Vietnam yang meninggal dikebumikan di Nghia-Trang Cemetery. Konon, kawasan pemakaman ini pun jadi salah satu area yang paling horor di eks-kamp pengungsi Vietnam. Berani uji nyali?

Itulah cerita mengenai sejarah Pulau Galang Batam dan kawasan eks-kamp pengungsi Vietnam. Untuk kamu yang tertarik dengan wisata sejarah, nggak ada salahnya berkunjung ke Pulau Galang. Selain bisa mempelajari sedikit tentang para pengungsi Vietnam, kamu juga bisa berempati dengan mereka. Semoga jangan sampai ada lagi kejadian seperti itu, ya!

Buat kamu yang belum bisa ke luar kota, nggak masalah! Kamu masih bisa staycation kok di kotamu. Nah, kalau kamu tinggal di Bandung, Jakarta, Semarang, Solo, Tangerang, dan Yogya, kamu bisa liburan di Bobobox! Dijamin asyik dan nggak bikin kantong bolong!

Staycation Asyik dan Terjangkau di Bobobox!

Di Bobobox, kamu bisa menikmati pengalaman menginap di pod bergaya futuristik dengan teknologi modern. Dengan integrasi antara en-suite technology dan aplikasi ponsel, semua bisa kamu lakukan lewat sentuhan jari. Atur pencahayaan, masuk ke pod, hingga kunci pintu, bisa lewat ponselmu! Ditambah lagi, Bluetooth speaker dan koneksi WiFi yang reliable akan bikin liburanmu makin nyaman!

Bobobox juga hadir dengan fasilitas umum seperti pantry, shared bathroom, musala, dan communal space. Tersedia juga vending machine untuk beli minuman supaya kamu nggak usah repot-repot pergi kalau mager. Nah, sebelum menginap, jangan lupa download aplikasi Bobobox ke ponselmu dulu, ya! Aplikasi ini tersedia secara gratis untuk platform iOS dan Android. Kamu bisa menerima promo menarik dan melakukan reservasi secara langsung lewat aplikasi Bobobox.

Header image: Annayu Maharani, CC BY-SA 4.0 via Wikimedia Commons

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles