Selain menjadi jenis usaha di sektor industri kreatif, batik merupakan produk tradisi leluhur yang sarat akan makna filosofis. Jenis batik Indonesia sendiri cukup beragam dan produksinya tidak terkonsentrasi di satu daerah saja. Dari sekian banyak penghasil batik di, terdapat lima yang terbesar di Indonesia. Salah satunya adalah Solo atau Surakarta.
Mendapat banyak pengaruh dari adat istiadat keraton, batik Solo juga dikenal dengan nama batik keraton. Karena itu, motif pada batik tersebut pun cenderung menggambarkan kesopanan, kelembutan, kerendahan diri dan ketenangan.
Batik satu ini terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya dengan proses pengerjaan dengan tulis dan cap. Motifnya juga berukuran kecil dan geometris dengan dominasi warna cokelat kekuningan karena penggunaan pewarna dari soga. Setiap motif dari batik Solo tersebut memiliki makna tersendiri dan batiknya kerap dijadikan bahan untuk pakaian formal hingga pernikahan.
Lantas, seperti apa sih motif batik solo serta makna di baliknya? Yuk, intip informasinya berikut ini!
Motif Sidomukti
Sidomukti merupakan salah satu motif batik klasik. Penamaannya berasal dari Bahasa Jawa, yaitu sido dan mukti. Sido memiliki arti menjadi sedangkan mukti berarti makmur, berkecukupan, mulia dan sejahtera. Dengan kata lain, pengguna batik Solo ini diharapkan akan mendapat kemuliaan.
Dasar motif sidomukti biasanya berbentuk gurda dengan isian berupa sawut, cecek, ukel dan cecek pitu. Selain itu, ada juga ornament hias tambahan berupa kupu-kupu, sayap kupu-kupu, bunga takhta dan singgasana.
Batik solo motif Sidomukti kerap kali digunakan sebagai bahan untuk pakaian pengantin adat Jawa. Sesuai dengan namanya, penggunaan batik Sidomukti menjadi representasi harapan kepada pengantin agar pengantin dapat membangun kehidupan yang sejahtera dan bahagia dengan limpahan rezeki serta selalu ingat kepada Tuhan.
Motif Kawung
Motif batik kawung berupa empat bulatan lonjong menyerupai buah kawung atau kolang-kaling yang tersusun secara geometris. Selain mirip kolang-kaling, ada juga yang berpendapat susunan motif tersebut menyerupai bunga teratai dengan empat kelopak.
Motif batik Solo memiliki banyak makna positif. Salah satunya adalah pengendalian diri. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang mengartikan kawung sebagai suwung. Dalam Bahasa Jawa, suwung berarti kekosongan sehingga motif kawung berarti pengendalian diri, kebijaksanaan dan kearifan.
Dengan kata lain, batik Solo satu ini mengacu pada kekosongan dari hawa nafsu dan sifat duniawi. Karena itu, manusia harus bisa menjaga hawa nafus, tidak berpihak dan membiarkan segalanya berjalan sebagaimana mestinya.
Motif batik kawung termasuk motif tua yang awalnya berkembang di dalam lingkup keraton sehingga hanya dikenakan oleh kerabat keraton. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, golongan lain di dalam keraton boleh menggunakannya, seperti abdi dalem dan sendata dalam. Pemakaiannya kemudian semakin luas hingga bisa dikenakan oleh semua kalangan masyarakat. Karena itu, batik Solo bermotif kawung bisa banget kamu jadikan sebagai buah tangan setelah berlibur ke Solo.
Baca Juga: 10 Oleh Oleh Bogor Yang Paling Populer. Jadi Favorit Banyak Wisatawan!
Motif Parang
Bentuk motif parang menyerupai huruf S yang terjalin berkesinambungan tanpa terputus sehingga membentuk garis diagonal. Nama parang sendiri berasal dari kata pereng yang berarti lereng atau tebing. Sementara itu, motif huruf S-nya diadaptasi dari bentuk ombak laut yang menggambarkan semangat yang tidak pernah surut. Dengan kata lain, motif batik Solo ini menjadi lambang semangat yang kokoh layaknya batuan tebing yang diterjang ombak besar.
Selain itu, motif batik parang juga merepresentasikan konsistensi dalam memperbaiki diri, meperjuangkan kesejahteraan hingga menjaga hubungan baik antara manusia, maupun manusia dengan alam dan Tuhan.
Motif parang merupakan salah satu motif batik tertua di Indonesia yang sudah ada sejak zaman Keraton Mataram Kartasura. Pendiri Keraton Mataram adalah orang di balik penciptaan motif ini. Karena itu, batik motif ini pun saat identik dengan derajat kebangsawasan seseorang. Pasalnya, di zaman dahulu, hanya raja dan keturunannya yang boleh mengenakan batik motif parang. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat luas pun dapat menggunakan motif tersebut.
Baca Juga: Bingung Cari Oleh-Oleh Dari Bali? Simak Rekomendasi Tempat Oleh-Oleh Bali Berikut Ini
Motif Truntum
Sama halnya dengan sidomukti, truntum juga identik dengan pernikahan adat Jawa. Namanya sendiri berasal dari kata taruntum dalam Bahasa Jawa yang memiliki arti tumbuh atau bersemi kembali. Bentuk motif ini berupa pola titik-titik dengan hiasan bunga.
Motif truntum adalah motif batik yang terbilang istimewa sebab keberadaannya berkaitan dengan Kanjeng Ratu Kencana alias Permaisuri Sunan Pakubuwana III. Konon, Ratu Kencana yang merasa terabaikan oleh Sunan Pakubuwana II yang memiliki selir bari.
Ia pun melampiaskan kecemburuannya dengan lukisan bintang dan bunga tanjong pada sehelai kain. Sang sunan kemudian merasa tersentuh hingga rasa kasih sayang dan cintanya pun bersemi kembali. Maka dari itu, motif batik Solo ini pun menjadi perlambang cinta dan kasih sayang yang bersemi di antara pasangan.
Untuk menyampaikan pesan tersebut kepada para pasangan, calon pengantin wanita biasanya mengenakan batik Solo motif truntum dalam acara midodareni atau panggih. Harapannya tentu agar rumah tangga pasangan pengantin senantiasa harmonis dan langgen. Meski merasa bosan atau berselisih, pengantin selalu mendapatkan jalan untuk saling jatuh cinta kembali.
Selain tumbuhnya kembali cinta, motif truntum juga bermakna penuntun. Karena itu, orang tua pengantin biasanya mengenakan batik motif ini sebagai simbol penuntun bagi anak-anak menuju rumah tangga yang Bahagia.
Motif Sawat
Sesuai dengan namanya, motif sawat memiliki bentuk menyerupai sawat atau sayap. Bentuknya yang menyerupai sayap garuda membuat motif sawat kerap dikaitkan dengan burung garuda yang menjadi kendaraan bagi Dewa Wisnu. Karena itu, batik Solo ini pun menjadi perlambang kekuatan atau kekuasaan raja.
Selain itu, kata sawat juga diyakini berasal dari kata nyawatake yang berarti melemparkan. Hal ini berkaitan dengan senjata Batara Indra yang merupakan dewa penguasa petir dan guntur. Sang dewa memiliki sebuah senjata bernama warja atau barja (berarti kilat) yang akan ia lemparkan saat sedang menggunakannya. Bentuknya menyerupai seekor ular dengan taring tajam dan bersayap.
Lemparan warja kemudian akan menimbulkan kilatan cahaya yang menyambar serta suara menggelegar yang menakutkan. Meski menakutkan, senjata tersebut sebenarnya membawa berkah sebab dapat mendatangkan hujan. Maka dari itu, senjata tersebut terwujud dalam motif batik berupa sebelah sayap dengan harap sang pemakan akan selalu mendapatkan lindungan di dalam hidupnya.
Tak hanya itu, motif batik Solo ini juga memiliki arti angin-angin atau udara yang memberi kehidupan. Raja yang mengenakan batik ini pun diyakini dapat memberikan kehidupan kepada rakyatnya.
Batik Solo dengan motif sawat terbilang sakral sebab zaman dahulu hanya Raja dan keluarganya yang boleh memakai batik tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat pun ikut mengenakan batik motif tersebut untuk berbagai bahan pakaian, seperti kemeja. Selain itu, pasangan pengantin dalam pernikahan adat Jawa juga kerap mengenakan batik motif tersebut dengan harapan pasangan tersebut selalu dalam perlindungan dalam kehidupannya.
Bobobox, Hotel Strategis di Tengah Kota Batik
Sebagai kota dengan sentra batik terbesar di Indonesia, liburan ke Solo tentu tidak lengkap tanpa membawa buah tangan kebanggaan bangsa tersebut. Beberapa yang cukup ternama adalah Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Laweyan, Museum Batik Danar Hadi, Lumbung Batik, dan Pasar Klewer.
Untuk memudahkan dalam mengeksplorasi sentra batik tersebut, jangan lupa siapkan akomodasi yang strategis. Dengan begitu, kamu bisa mengunjungi tempat-tempat tersebut dengan bebas, namun tetap dalam jangkaun.
Salah satu hotel yang menawarkan lokasi strategis adalah Bobobox Pods Solo Slamet Riyadi yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi No.96, Keprabon, Banjarsari, Surakarta, Jawa Tengah. Lokasinya yang strategis akan memudahkan mencapai sentra batik di bawah 15 menit. Yuk unduh dulu aplikasinya untuk reservasi dan informasi lebih lanjut!
Foto utama oleh: Mahmur Marganti via Unsplash