Pakaian adat NTT Suku Rote

13 Pakaian Adat NTT Paling Menawan untuk Kamu Ketahui

Dengan populasi mencapai lebih dari 5.600 jiwa, Nusa Tenggara Timur (NTT) dihuni oleh lebih dari 45 suku dengan keunikan budaya tersendiri. Salah satu keunikan tersebut sangat tercermin dalam berbagai baju adat Nusa Tenggara Timur. Terutama, dari segi motif dan aksesorisnya.

Tentu saja, setiap suku di NTT memiliki adat istiadat, budaya, kebiasaan, dan pakaian adat yang unik. Bagi kamu yang penasaran dengan jenis-jenis pakaian adat NTT, yuk, simak beberapa di antaranya berikut ini!

13 Jenis Baju Adat NTT

1. Suku Rote

Pakaian adat NTT Suku Rote

Photo: Pariwisata Indonesia Official Website

Suku Rote memiliki pakaian adat yang dikenal dengan nama tenun ikat. Pakaian adat Suku Rote terdiri dari:

  • sarung berbahan katun dengan warna dasar hitam serta motif bunga dan geometris
  • selendang berwarna dasar cokelat dengan motif bunga
  • kain-kain tersebut biasanya memiliki aksen rumbai-rumbai di ujungnya

Untuk laki-laki, sebelum mengenakan sarung dan selendang, mereka menutupi tubuh dengan kemeja dan celana panjang terlebih dahulu. Setelah itu, barulah mereka melilitkan kain sarung di pinggang yang panjangnya di atas mata kaki dan menyampirkan selendang di bahu.

Pakaian adat untuk laki-laki juga ditandai dengan pemakaian habas (kalung berbandul gong), dan topi anyaman (Ti’i langga) dari daun lontar yang mirip topi sombrero dari Meksiko. 

Sementara itu, pakaian adat perempuan Rote biasanya dilengkapi dengan habas, Bula Molik (aksesori berbentuk bulan sabit di kepala), dan pendi (ikat pinggang dari perak/emas).

Baju adat suku Rote identik dengan motif nusa dan kaif yang bentuknya garis-garis atau geometris. Itu adalah lambang kehidupan yang seimbang dan keterikatan mereka dengan tanah leluhur.

Baca Juga: Cocok untuk Liburan, Inilah 10 Tempat Wisata Sumba yang Menarik

2. Suku Sumba

baju adat NTT Suku Sumba

Photo: Kemenpora Official Website

Suku Sumba memiliki jenis pakaian adat bernama hinggi untuk para laki-laki dan lau untuk perempuan.

Pakaian adat NTT ini memiliki beragam jenis motif hewan yang terinspirasi dari sekitar tempat tinggal mereka, seperti kuda, ayam, dan udang. Semuanya mewakili kekuasaan, status sosial, dan hubungan spiritual.

Berdasarkan ketentuan adat, pakaian laki-laki meliputi:

  • dua helai hinggi (satu di pinggang dan satu di pundak)
  • kambala (ikat kepala)
  • ruhu banggi (ikat pinggang dari lilitan tali)
  • ikat pinggang kulit
  • kabiala (parang di pinggang)
  • kalumbutu (tempat sirih pinang di sebelah kanan pundak)

Sementara itu, lau biasanya dikepit di bawah ketiak kiri seperti kemben atau disangkutkan di pundak kiri. Zaman dahulu, lau ini bahkan hanya dilipat di pinggang sementara bagian dada telanjang.

Namun, kini, para perempuan kerap mengenakan kebaya atau pakaian atas lainnya sebelum dilapisi dengan lau. Bagian bahu kemudian ditutup dengan taba huku atau selendang berwarna senada.

Sebagai pelengkap, para perempuan akan mengenakan tiara berwarna polos, tiduhai (sisir hias), maraga (perhiasan di dada), kalung emas, dan mamuli (anting).

3. Suku Dawan

Suku Dawan adalah suku yang menempati Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor, dan sebagian Kabupaten Belu. Suku ini memiliki pakaian adat bernama amarasi.

Untuk laki-laki, amarasi biasanya berupa kain yang diikat di pinggang serta selendang penutup. Sebagai pelengkap, mereka juga mengenakan:

  • kemeja atau baju bodo
  • destar (ikat kepala) dengan hiasan tiara
  • kalung habas
  • kalung muti salak
  • dua buah gelang Timor

Sementara itu, amarasi untuk perempuan terdiri dari dua lembar kain penutup badan. Satu kain dipakai untuk menutup dada hingga mata kaki sedangkan satunya lagi diletakkan di kedua bahu hingga membentuk huruf V.

Untuk pelengkapnya, ada kalung muti salak, tusuk konde dengan tiga koin, sisir emas, dan sepasang gelang kepala ular.

Motif pakaian adat suku Dawan cenderung sederhana karena melibatkan bentuk seperti matahari, binatang, dan tumbuhan. Semuanya berkaitan dengan hubungan antara manusia dan alam, serta kepercayaan bahwa roh leluhur akan melindungi mereka.

Baca Juga: Daya Pikat Tenun Ikat Sumba, Butuh 42 Langkah untuk Membuatnya

4. Suku Helong

Suku Helong adalah suku yang mendiami Pulau Timor, terutama di kawasan Kupang Tengah dan Barat. Pakaian adat suku ini juga tidak jauh berbeda dengan suku-suku sebelumnya.

Untuk laki-laki, pakaian adatnya terdiri dari kemeja bodo, bawahan berupa kain lebar, serta beragam aksesori yang terdiri dari destar (ikat kepala) dan kalung habas.

Sementara itu, perempuan suku Helong mengenakan:

  • baju berupa kemben, tapi sekarang bisa diganti dengan kebaya, kaus panjang, atau atasan lainnya
  • bawahan berupa sarung tenun
  • selendang yang tersampir di bahu
  • pendi (ikat pinggang emas)
  • bula molik (aksesori kepala berupa bulan sabit)
  • kerabu (kalung dan anting berbentuk bulan)
  • hiasan leher berbentuk bulan

Suku Helong sering pakai motif bunga dan daun yang disusun secara simetris. Itu melambangkan keindahan dan keseimbangan hidup. Begitu juga dengan bentuk bulan yang dominan pada aksesoris mereka.

5. Suku Sabu

Suku Sabu merupakan salah satu kelompok etnis yang mendiami Pulau Sawu dan Raijua.

Bagi para laki-laki suku Sabu, pakaian adat mereka biasanya meliputi kemeja lengan panjang dan sarung dari kain tenun sebagai bawahan. Sebagai pelengkap, mereka juga mengenakan:

  • Selendang yang diselempangkan di bahu
  • Ikat kepala berbentuk mahkota tiga tiang
  • Kalung muti salak
  • Sabuk berkantong
  • Kalung habas
  • Sepasang gelang emas

Sementara itu, para perempuannya memakai kain tenun dua lilitan hingga berbentuk seperti sarung. Warna kain tenun perempuan biasanya senada dengan kain yang dikenakan laki-laki.

Untuk pelengkapnya, mereka juga mengenakan pendi, kalung habas, kalung muti salak, gelang, serta hiasan kepala berwarna emas.

Baju adat suku Sabu sendiri punya motif khas yang disebut hinggi dan ei, biasanya berupa bentuk spiral atau garis melingkar. Bentuk ini melambangkan perjalanan hidup dan siklus alam.

Baca Juga: Liburan Makin Seru, Ini 5 Tips Liburan ke Sumba yang Perlu Kamu Tahu

6. Suku Lio

Suku Lio termasuk suku tertua di Pulau Flores yang bisa kamu jumpai di Kabupaten Ende. Sebagai suku yang terkenal dengan tradisi menenunnya, suku Lio membedakan jenis kain bagi kaum laki-laki dan perempuan.

Sarung atau kain khusus untuk laki-laki disebut ragi, sarung untuk perempuan adalah lawo, sedangkan selendangnya disebut luka semba.

Selain menggunakan sarung sebagai bawahan, para lelaki Lio juga melengkapi busana adat mereka dengan kemeja lengan sebagai atasannya.

Mereka juga menggunakan selendang pada bahu dan ikat kepala berbentuk meruncing. Corak kain pada ragi biasanya didominasi oleh warna hitam atau biru kehitaman dengan garis melintang.

Sementara itu, para perempuan suku Lio akan memadukan sarung mereka dengan atasan yang mereka sebut dengan nama lambu.

Lambu ini merupakan baju dengan ukuran segi empat serta potongan longgar dan besar sehingga tampak menggelembung.

Motif sarung perempuan Lio biasanya berupa flora dan fauna, seperti kuda, daun, burung, lalat, atau sayap lalat. Motif selendang didominasi motif bunga yang diselingi garis-garis hitam kecil dan ada rumbai di ujung kainnya.

Nah, motif gigi naga, kuda, bunga, serangga, dan manusia pada kain baju adat suku Lio menggambarkan kekuatan, kebanggaan, serta nilai-nilai leluhur.

7. Suku Manggarai

Sesuai namanya, suku Manggarai merupakan kelompok etnis yang tinggal di Kabupaten Manggarai, Pulau Flores. Dalam hal pakaian adat, mereka memiliki kain tenun bernama songke.

Kain songke ini digunakan sebagai bawahan alias sarung. Motifnya sendiri cukup beragam, mulai dari garis-garis, kerucut layaknya rumah adat, bintang, laba-laba, bunga kecil, bunga kaweng, dan mata ayam. Ini semua merupakan simbol kekuatan, kebijaksanaan, dan semangat juang.

Kaum laki-laki biasanya memadukan songke dengan selendang dan sapu (ikat kepala khas Manggarai).

Sementara itu, para perempuan akan mengenakan songke dengan atasan kebaya, selendang, dan balibelo (hiasan kepala khas Manggarai).

8. Suku Sikka

Suku Sikka adalah komunitas adat yang ada di Kabupaten Sikka, Pulau Flores. Dalam hal pakaian adat, suku ini juga membedakan busana untuk kaum laki-laki dan perempuan.

Pakaian adat para laki-laki Sikka biasanya terdiri dari:

  • labu (baju lengan panjang berwarna putih untuk atasan)  
  • lipa (sarung tenun berwarna cerah dengan motif flora) atau ragi (sarung berwarna helap dengan motif garis-garis melintang)
  • sembar (selempang yang menyilang di dada dengan motif flora dan fauna)
  • lesu (ikat kepala dari kain yang bagian sampingnya memanjang ke bawah menyerupai telingan kambing)
  • mone (gelang besar)
  • peket (ikat pinggang besar berwarna hitam)
  • untuk para perempuan, pakaiannya meliputi:
  • labu (atasan lengan panjang dengan pangkal leher terbuka untuk memudahkan pemakaian)
  • utan (sarung bermotif flora dan fauna)
  • dong (selendang yang melintang di dada atau melilit di pinggang)
  • legen (rambut yang dibentuk melingkar seperti ular) atau semarang (rambut palsu bagi mereka yang berambut pendek)
  • hegin (tusuk konde)
  • soking (hiasan rambut)
  • aksesori kalar di pergelangan tangan dari gading dan perak
  • kila (cincin)
  • lodan (kalung)
  • suwong (anting-anting)

Motif geometris yang simetris serta bentuk flora-fauna pada pakaian suku Sikka melambangkan alam sebagai pusat kehidupan, dan perlindungan dari roh jahat.

Baca Juga: Jenis-Jenis Transportasi untuk Menjelajahi Sumba

9. Suku Kabola

Suku Kabola berasal dari daerah pegunungan Pulau Alor yang ada di ujung timur NTT. Pakaian adat mereka sangat khas karena terbuat dari kulit kayu lantung yang diolah secara tradisional. Uniknya, mereka masih mempertahankan proses pewarnaan alami dari daun dan akar tanaman.

Untuk laki-laki Kabola, mereka biasanya memakai kain panjang yang dililit di pinggang dan dipadukan dengan penutup kepala dari kulit kayu juga. Kesan gagahnya dapet banget! 

Sementara itu, perempuan Kabola mengenakan kain sarung dengan atasan yang dililit seperti selendang. Penampilan mereka makin lengkap dengan hiasan kepala dan kalung dari manik-manik.

Motif yang sering muncul dalam pakaian adat NTT satu ini adalah bentuk spiral, garis-garis zigzag, dan motif matahari. Ini bukan sekadar hiasan, lho. Motif spiral misalnya, melambangkan perjalanan hidup. Lalu, motif matahari jadi simbol kehangatan dan kekuatan.

10. Suku Abui

Berikutnya adalah Suku Abui, yang juga berasal dari Pulau Alor. Mereka dikenal sebagai “orang gunung” dan sangat bangga dengan warisan budayanya. Termasuk, baju adat NTT mereka.

Pakaian pria Abui biasanya berupa kain tenun lebar yang dililit di tubuh bagian bawah, lengkap dengan kalung besar dari taring babi hutan atau manik-manik. Mereka kadang juga membawa parang kecil sebagai pelengkap.

Di sisi lain, perempuan Abui mengenakan kain tenun hingga mata kaki dengan atasan selendang besar yang menutupi bahu. Nggak ketinggalan aksesori seperti kalung dan gelang dari bahan alam.

Motif tenunnya banyak mengambil inspirasi dari alam, seperti motif belah ketupat dan garis miring. Belah ketupat melambangkan keseimbangan hidup, dan garis miring jadi simbol perlindungan dari roh jahat.

11. Suku Tetun

Suku Tetun berasal dari wilayah perbatasan Timor Leste dan NTT, tepatnya di Timor Barat. Karena itu, pakaian adat mereka punya ciri khas dari kedua budaya tersebut.

Pria dari suku Tetun memakai kain tenun dengan corak yang mencolok, dililitkan ke pinggang dan biasanya dipadukan dengan ikat kepala. Mereka juga kadang membawa tombak kecil sebagai simbol keberanian. 

Bagaimana dengan perempuan Tetun? Mereka mengenakan dua lapis kain: satu sebagai bawahan dan satu lagi sebagai atasan yang dililit. Aksesori mereka juga cukup mewah, dari anting-anting besar sampai hiasan kepala dari emas atau perak.

Motif tenun Tetun cenderung geometris dan repetitif, seperti garis horizontal dan kotak-kotak kecil. Biasanya warna merah dan kuning lebih dominan, karena melambangkan kekuatan serta kemuliaan.

12. Suku Alor

Walaupun masyarakat Alor tinggal di wilayah yang sama dengan Kabola dan Abui, mereka punya gaya berpakaian adat yang berbeda. Ciri khasnya ada pada warna-warna gelap, dan penggunaan manik-manik serta hiasan kepala unik.

Pria Alor memakai kain tenun yang disarungkan dari pinggang ke bawah. Biasanya mereka juga mengenakan selempang dan hiasan kepala dari bulu ayam atau daun. Penampilan ini sering digunakan saat upacara adat atau penyambutan tamu penting. 

Baju adat wanita Alor identik dengan kain panjang yang dililit dan atasan yang dihiasi manik-manik warna-warni. Mereka juga mengenakan hiasan leher besar yang jadi pusat perhatian.

Motif tenun mereka sering menggambarkan hewan-hewan lokal seperti burung atau kura-kura. Simbol ini mencerminkan hubungan erat mereka dengan alam. Selain itu, motif garis-garis juga sering dipakai sebagai perlambang kekuatan dan ketahanan hidup.

13. Suku Lamaholot

Terakhir, kita sampai di Suku Lamaholot yang mendiami wilayah Flores Timur dan sekitarnya. Pakaian adat mereka terkenal anggun dan penuh detail. Bisa dibilang, ini salah satu pakaian adat NTT yang paling estetik!

Laki-laki Lamaholot sering kali terlihat dengan kain tenun ikat berwarna dasar gelap dan motif mencolok yang dililit di bagian pinggang. Terkadang, mereka juga menyelipkan parang kecil sebagai simbol keberanian. Biasanya, pakaian ini dipadukan dengan penutup kepala dari anyaman. biasanya dipadukan dengan penutup kepala dari anyaman. 

Di sisi lain, perempuan mengenakan kain tenun yang panjangnya sampai mata kaki, dengan atasan berupa kebaya atau kain lilit yang elegan. Aksesori emas atau perak seperti anting dan gelang besar turut melengkapi penampilan mereka.

Motif tenun Lamaholot sangat artistik. Ada motif bunga, matahari, dan bentuk geometris kompleks. Setiap motif mewakili nilai spiritual dan sosial. Misalnya, motif bunga menggambarkan keindahan dan harapan, sedangkan motif matahari melambangkan kekuasaan dan perlindungan dari roh leluhur.

Abadikan Momen dengan Pakaian Adat NTT di Bobocabin Umarato, Sumba!

bobobox dulu

Selain menikmati kekayaan budaya dalam baju adat NTT, jangan lupa juga menikmati kekayaan alam di Nusa Tenggara Timur! Kamu bisa mewujudkannya dengan menginap di Bobocabin Umarato, Sumba.

Berlokasi di atas tebing, Bobocabin Umarato menawarkan pemandangan laut, pantai, dan bukit penuh pepohonan yang memukau. Sehingga, nggak ada salahnya kamu mengenakan pakaian adat NTT favoritmu dan berfoto di tengah suasana alam tempat ini! Hasilnya pasti bagus.

Alternatif lainnya, kamu juga bisa berfoto di depan unit Cabin di Bobocabin Umarato, Sumba, lho. Desainnya yang modern, estetik, dan mengusung kesan alami di saat bersamaan akan membuat hasil potretmu lebih unik.

Nggak cuma menawarkan panorama alam yang indah, Bobocabin Umarato juga memiliki banyak fasilitas buat menunjang kenyamanan liburanmu. Di dalam Cabin, ada Smart Window yang bisa kamu ubah jadi transparan buat melihat pemandangan atau gelap gulita semisal kamu ingin beristirahat. Caranya, cukup tekan B-Pad!

B-Pad ini juga berfungsi untuk mengatur pencahayaan dan warna Mood Lamp agar suasana istirahat makin nyaman.

Selain itu, setiap tamu juga akan mendapatkan amenities gratis berupa ketel listrik untuk menyeduh teh, dan peralatan mandi di dalam shower privatmu.

Setelah puas bersantai di Cabin, kamu juga bisa menghabiskan waktu dengan banyak aktivitas seru di lingkungan Bobocabin. Contohnya, menyewa papan congklak, aneka card game, kit melukis, bean bag, dan peralatan kembang api mini dari Host.

Ingin punya lebih banyak kesempatan mengeksplorasi keindahan alam di NTT? Tenang, Bobocabin Umarato menyediakan berbagai kegiatan wisata seru. Mulai dari berkuda di Pantai Rua, nonton bioskop layar tancap di pantai saat sunset, mengelilingi hutan naik ATV, bertemu para petani kacang cashew di Talasi Weetabula, hingga private tour mengelilingi penjuru Sumba!

Bersama Bobocabin Umarato, kamu bisa menciptakan pengalaman liburan yang unik di Nusa Tenggara Timur. Tunggu apa lagi? Yuk, pesan Cabin-mu sekarang dengan download aplikasi Bobobox di smartphone, dan dapatkan promo terbaiknya!

 

Foto utama: Pariwisata Indonesia Official Website

Bobocabin Bobobox

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles