Apa itu hipotermia kerap menjadi pertanyaan saat mendengar atau membaca informasi terkait pendakian gunung. Istilah tersebut mungkin masih terdengar asing di telinga orang yang tidak pernah terpapar suhu dingin seperti dalam kegiatan mendaki.
Sebagaimana kamu tahu, pendakian kini menjadi salah satu kegiatan favorit untuk menyegarkan tubuh dan pikiran. Meski tampak menyenangkan, tentu ada banyak risiko bahaya yang perlu menjadi perhatian. Karena itu, ada baiknya kegiatan mendaki juga dibarengi dengan kesadaran akan risiko yang senantiasa mengintai keselamatan dan kesehatan para pendaki.
Nah, salah satu yang sering terjadi adalah kasus hipotermia. Sebenarnya, apa itu hipotermia? Yuk simak lebih lanjut!
Apa Itu Hipotermia?
Apa itu hipotermia mengacu pada penurunan suhu tubuh secara dratis di bawah angka 35º Celsius. Normalnya, suhu tubuh manusia berada di kisaran angka 36,5-37,3ºC.
Penurunan suhu tersebut biasanya terjadi akibat paparan suhu udara atau air dingin ekstrem tanpa penggunaan pakaian yang tepat. Saat paparan terus berlanjut, suhu tubuh pun menurun drastis hingga mengakibatkan terganggunya kerja jantung dan organ vital lainnya.
Jika dibiarkan, orang yang mengalami hipotermia bisa mengalami henti jantung, gangguan sistem pernapasan dan bahkan kematian. Karenanya, apa itu hipotermia termasuk ke dalam kondisi gawat darurat dan membutuhkan penangan medis.
Penyebab Hipotermia
Kamu bisa memahami lebih jauh tentang apa itu hipotermia dengan mengetahui penyebab-penyebabnya. Seperti yang Bob sebutkan sebelumnya hipotermia terjadi saat suhu tubuh menurun di bawah 35ºC akibat paparan dari suhu udara atau air dingin yang ekstrem.
Di saat seperti itu, tubuh bisa kehilangan hingga 90% panas yang keluar melalui kulit sementara sisanya keluar lewat embusan napas. Dibandingkan dengan angin atau kelembapan, hilangnya panas bisa 25 kali lebih cepat jika tubuh terpapar air dingin.
Bagian otak yang mengatur suhu tubuh kemudian akan bekerja untuk menaikkan kembali suhu tubuh. Namun, panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak panas yang hilang. Dengan demikian, kerja otak pun melambat untuk melindungi organ tersebut serta menghemat panas yang tersisa.
Tak hanya otak, pernapasan dan detak jantung ikut melambat. Selain itu, penderita juga bisa merasa kelelahan, kebingungan dan kehilangan memori sehingga kemampuan untuk memahami apa yang terjadi pun terganggu. Tak jarang, berbicara pun jadi tidak jelas (atau hanya bergumam), penderita juga kehilangan koordinasi tubuh dan bibirnya membiru.
Lebih lanjut, beberapa faktor berikut ini bisa menjadi pemicu seseorang mengalami hipotermia:
- Mengenakan pakaian kurang tebal saat cuaca dingin
- Berada di tempat dingin dalam waktu yang lama
- Jatuh ke dalam air dingin dan berada di dalamnya terlalu lama
- Terlalu lama mengenakan pakaian basah lalu kedinginan
- Tinggal di rumah yang dingin (biasanya terjadi pada orang tua yang hidup sendiri)
Siapapun tentu berisiko mengalami hipotermia. Namun, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko penurunan suhu drastis tersebut, yaitu:
- Bayi, balita dan lansia tanpa pakaian, pemanas atau makanan yang tepat
- Kelelahan
- Gangguan mental seperti demensia
- Konsumsi minuman beralkohol
- Penyalahgunaan NAPZA
- Konsumsi obat-obatan, contohnya golongan opioid, obat bius, obat penenang atau clonidine
- Hipotiroidisme, gizi buruk (misal anorexia nervosa), radang sendi, stroke, diabetes, trauma, cedera tulang belakang, atau penyakit Parkinson
Gejala Hipotermia
Kamu juga bisa mengenali apa itu hipotermia lewat berbagai gejala yang ditunjukkannya, mulai dari yang ringan hingga berat. Gejala-gejala tersebut meliputi:
Gejala ringan (32-35ºC)
- Menggigil (sebenarnya merupakan pertanda baik sebab menunjukkan bahwa sistem regulasi suhu tubuh masih aktif)
- Pucat
- Kulit terasa dingin saat disentuh
- Mati rasa
- Penurunan respons
- Mengantuk
- Takikardia
- Napas cepat
Gejala sedang (suhu 28-32 ºC)
- Inkontinensia urine
- Tubuh berhenti menggigil
- Pernapasan melambat
- Denyut jantung melambat (bradikardia)
- Tekanan darah menurun
- Penurunan kesadaran
Baca Juga: Kenali Apa Itu Peyakit Bradikardia, Gejala, Penyebab, Dan Cara Menanganinya
Gejala berat (28 ºC atau lebih rendah)
- Kaku otot
- Tidak memberi respons
- Bradikardia semakin parah
- Pernapasan dan denyut nadi sangat lemah
- Pingsan
- Henti jantung
Sementara itu, pada bayi, hipotermia menunjukkan tanda-tanda seperti:
- Kulit kemerahan namun terasa dingin saat disentuh
- Tubuh lemas
- Tidak aktif (cenderung diam dan tidak mau makan atau menyusu)
Komplikasi Hipotermia
Apa itu hipotermia mungkin akan terdengar lebih serius setelah kamu mengetahui juga komplikasinya. Hipotermia ini memang bisa menyebabkan komplikasi jika tidak ditangani dengan segera. Di antaranya adalah:
- Frostbite (kondisi saat kulit dan jaringan di bawahnya mengalami kerusakan atau mati akibat paparan suhu yang sangat dingin dan biasanya mengenai tangan, kaki, telinga, hidung dan dagu)
- Chilblains (peradangan pembuluh darah kecil dan saraf pada kulit, biasanya berupa bercak kulit menonjol dan berwarna merah atau biru)
- Trench foot (rusaknya pembuluh darah dan saraf pada kaki akibat terlalu lama terendam air)
- Gangrene (kematian jaringan tubuh akibat kurangnya pasokan darah dan bisa mengarah pada amputasi dan kematian)
- Kematian
Penanganan Hipotermia
Memahami apa itu hipotermia takkan lengkap tanpa mengetahui pula cara penanganannya. Saat kamu mendapati seseorang terkena hipotermia, periksalah denyut nadi dan pernapasan sebagai langkah pertama.
Jika denyut nadi dan pernapasan berhenti, lakukan tindakan CPR (resusitasi jantung paru) lalu cari bantuan medis. Namun, tunggu hingga satu menit untuk memastikan keberadaan denyut nadi tersebut.
Baca Juga: Yuk Pelajari Apa Itu CPR, Pertolongan Pertama Untuk Korban Tenggelam Atau Serangan Jantung Ini
Sementara itu, jika penderita masih bernapas dan denyut nadinya masih ada, lakukan tindakan berikut ini untuk mengembalikan suhu tubuh normal:
- Pindahkan orang tersebut ke tempat yang lebih kering dan hangat sesegera mungkin
- Lakukan dengan hati-hati sebab gerakan berlebihan dapat memicu terhentinya denyut jantung
- Tanggalkan semua pakaian basah (baju, topi, sarung tangan, sepatu, kaus kaki dan sebagainya) lalu gantilah dengan yang kering
- Bungkus tubuhnya dengan selimut atau mantel tebal, handuk kering, atau sleeping bag agar hangat dan pastikan kepalanya juga tertutupi
- Beri minuman hangat dan manis jika penderita masih sadar dan dapat menelan
- Cek suhu penderita jika tersedia termometer
- Letakkan kompres hangat dan kering di bagian leher, dada dan selangkangan untuk membantu menghangatkan tubuh
- Terus temani dan pantau kondisi penderita serta ajak ia berbicara agar tetap sadar sampai bantuan medis tiba
Selain langkah-langkah tersebut, sebaiknya hindari juga:
- Menempatkan kompres di lengan atau tungkai sebab dapat menyebabkan kembalinya darah dingin ke jantung, paru-paru dan otak
- Memandikan dengan air panas dan menggunakan bantal pemanas atau lampu pemanas untuk menghangatkan tubuh sebab panas berlebih justru dapat merusak kulit dan berakibat detak jantung tidak teratur
- Menggosok lengan, tungkai, kaki dan tangan
- Memberi minuman beralkohol dan berkafein
- Memberikan minuman pada penderita yang kehilangan kesadaran
Larangan di atas biasanya akan memperparah kondisi hipotermia.
Sesampainya di rumah sakit, penderita hipotermia akan menjalani serangkaian tindakan medis yang bisa meliputi:
- Pemeriksaan detak jantung
- Pemberian oksigen yang telah dilembapkan lewat masker atau selang hidung agar saluran pernapasan penderita hangat dan suhu tubuhnya meningkat
- Pemberian cairan infus hangat
- Penggunaan mesin cuci darah untuk menghangatkan darah pasien jika hipotermia termasuk gejala berat
Pencegahan Hipotermia
Mengetahui apa itu hipotermia tentu memberikan wawasan tambahan akan risiko bahaya yang mengintai jika kamu hendak melakukan pendakian. Meski bahaya bisa datang tanpa terduga, tidak ada salahnya kamu juga mengenali cara-cara pencegahan kondisi tersebut.
Ada beberapa langkah sederhana yang bisa kamu lakukan untuk menghindari hipotermia, yaitu:
- Jaga tubuh tetap kering
- Hindari memakai pakaian basah dalam jangka waktu lama
- Pakai pakaian berlapis
- Gunakanlah pakaian yang sesuai dengan kondisi cuaca dan aktivitas apalagi jika kamu hendak mendaki atau berkemah di tempat dingin
- Pakailah topi, syal, sarung tangan, kaus kaki dan sepatu untuk mencegah panas tubuh keluar dari area wajah, kepala, dan leher
- Hindari aktivitas fisik berat saat suhu dingin sebab keringat akan membasahi pakaian dan menurunkan suhu tubuh
- Jauhi alkohol dan kafein
- Konsumsi makanan dan minuman hangat
- Jangan berenang saat cuaca dingin
Menyatu dengan Alam Bersama Bobocabin
Ingin berwisata alam namun mendaki gunung terlalu melelahkan dan berisiko buat kamu? Yuk cobain Bobobocabin yang akan menemani kamu merasakan tenangnya alam dalam balutan teknologi canggih.
Berbekal teknologi Internet of Things, liburan di tengah alam bersama Bobocabin terasa mudah, aman dan menyenangkan. Teknologi tersebut mencakup akses masuk, pengaturan lampu, pintu, jendela hingga Bluetooth speaker.
Jangan khawatir soal masalah internet sebab Bobocabin tentunya sudah menyediakan Wi-Fi kencang untuk memperlacar semua kegiatan daring kamu! Tak hanya itu, area parkir, kamar mandi bersama dengan akses QR code serta pembersihan berkala juga tersedia di penginapan berkonsep glamping ini. Unduh dulu yuk aplikasi Bobobox untuk informasi lebih lanjut!
Header image: @simonova1407 via Freepik