Gunung Penanggungan, sebuah nama yang selalu menggoda para pencinta alam dan sejarah di Jawa Timur. Berlokasi di perbatasan Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan, Gunung Penanggungan telah lama menjadi magnet bagi pendaki, peneliti, hingga peziarah spiritual.
Gunung Penanggungan berapa mdpl? Dengan ketinggian 1.653 mdpl, gunung ini bukan hanya menawarkan panorama alam yang memukau, tapi juga menyimpan ratusan situs arkeologi peninggalan Hindu-Buddha yang tersebar di sekujur lerengnya. Tak heran, banyak yang menyebut Gunung Penanggungan sebagai “miniatur Mahameru” atau “gunungnya para dewa” karena aura magis dan sejarah panjang yang melekat di setiap jengkal tanahnya.
Baca Juga: First Timer? Ini 10 Gunung yang Cocok untuk Pendaki Pemula!
Sejarah dan Pesona Gunung Penanggungan

Photo: Dodyk K via Pexels
Kondisi Alam dan Geologi
Gunung Penanggungan adalah gunung berapi kerucut yang kini sudah tidak aktif. Tinggi Gunung Penanggungan mencapai 1.653 mdpl, dengan puncak utamanya yang disebut Puncak Pawitra. Selain puncak utama, terdapat beberapa puncak lain di sekitarnya seperti Puncak Gajahmungkur (1.089 mdpl), Puncak Bekel (1.260 mdpl), Puncak Kemuncup (1.238 mdpl), dan Puncak Sarahklapa (1.235 mdpl).
Kawasan sekitar gunung ini cukup padat penduduk, dan dalam radius 10 km dari puncak, terdapat lebih dari 400 ribu jiwa yang bermukim. Meski demikian, suasana alami masih sangat terasa, terutama di jalur-jalur pendakian yang menawarkan pemandangan hutan, lembah, hingga hamparan pasir dan batuan vulkanik di puncak.
Gunung ini termasuk gunung api tidak aktif. Menurut kajian oleh tim van Bemmelen pada 1937, Gunung Penanggungan meletus terakhir kali paling tidak 1000 tahun yang lalu. Kawah Gunung Penanggungan juga jadi salah satu daya tarik. Banyak beredar cerita bahwa kawah mati di puncak gunung tersebut jadi saksi bisu letusan terakhir gunung ini.
Sejarah dan Nilai Spiritual
Gunung Penanggungan Mojokerto memiliki sejarah panjang sebagai pusat spiritualitas masyarakat Jawa. Dalam Kitab Tantu Panggelaran, gunung ini disebut sebagai bagian dari puncak Gunung Mahameru yang tercecer saat dipindahkan ke Pulau Jawa. Nama lain Gunung Penanggungan adalah Puncak Pawitra, dan gunung ini dipercaya sebagai salah satu dari sembilan gunung suci di Jawa. Kakawin Negarakertagama juga menyebut Gunung Pawitra sebagai tempat bertapa para resi, menambah aura sakral yang menyelimuti kawasan ini.
Situs Arkeologi Hindu-Buddha
Salah satu daya tarik utama Gunung Penanggungan adalah keberadaan ratusan situs arkeologi peninggalan Hindu-Buddha. Di sekujur lerengnya, lebih dari 100 bangunan atau sisa bangunan ditemukan, mulai dari candi, ceruk pertapaan, petirtaan, hingga jalan kuno. Sebagian besar situs ini berada di sisi barat hingga utara gunung, terutama di Kecamatan Trawas, Mojokerto.
Eksplorasi arkeologi mencatat setidaknya 198 situs/bangunan kepurbakalaan, termasuk Gapura Jedong (926 M), Candi Carik, Candi Selokelir, Petirtaan Belahan, Petirtaan Jalatunda, dan banyak lagi. Situs-situs ini menjadi saksi bisu peradaban Hindu-Buddha di Jawa Timur, sekaligus menambah daya tarik Gunung Penanggungan sebagai destinasi wisata sejarah dan spiritual.
Baca Juga: Hobi Wisata Alam? Berikut 5 Gunung di Jawa Timur Dengan Pemandangan Mengagumkan!
5 Jalur Pendakian Gunung Penanggungan

Photo: Gery Wibowo via Unsplash
Gunung Penanggungan menawarkan beberapa jalur pendakian yang bisa dipilih sesuai tingkat pengalaman dan minat pendaki. Setiap jalur memiliki karakteristik unik, mulai dari jalur yang ramah pemula hingga jalur ekstrem yang menantang adrenalin. Berikut adalah tiga jalur pendakian paling populer:
1. Jalur Tamiajeng Trawas
Jalur Tamiajeng Trawas adalah jalur resmi yang paling populer dan banyak dipilih pendaki, terutama pemula. Lokasinya berada di Desa Tamiajeng, sebelah barat daya Gunung Penanggungan. Jalur ini memiliki empat pos sebelum sampai di puncak bayangan, dengan trek yang menanjak secara konstan namun jarak antar pos tidak terlalu jauh. Waktu tempuh normal dari basecamp hingga puncak bayangan sekitar 2-3 jam jika tanpa banyak istirahat.
Keunggulan jalur ini adalah akses yang mudah, trek yang relatif bersahabat, dan pemandangan alam yang memanjakan mata. Selain itu, jalur ini juga menawarkan panorama hutan pinus, lembah, dan sesekali pemandangan kota di kejauhan. Banyak pendaki memilih jalur Tamiajeng karena efisiensi waktu dan kemudahan akses transportasi dari Surabaya maupun Malang.
Kalau kamu memulai perjalanan dari Surabaya, kamu bisa menuju ke Terminal Pandaan lalu naik angkutan umum ke Trawas. Dari sana, lanjutkan perjalanan ke basecamp yang ada di dekat Objek Wisata Air Terjun Dlundung dan Universitas Ubaya kampus 3.
2. Jalur Jolotundo Trawas
Jalur Jolotundo Trawas juga menjadi favorit, terutama bagi pendaki yang ingin menikmati wisata sejarah. Pos awal pendakian berada di Candi Jolotundo, Trawas, yang juga menjadi tempat registrasi dan pemeriksaan barang bawaan. Jalur ini terkenal sebagai “jalur ziarah” atau “jalur sejarah” karena di sepanjang trek, pendaki akan melewati berbagai situs kuno seperti Candi Bayi, Candi Putri, Candi Pura, Candi Sinta, dan Candi Gentong.
Waktu tempuh pendakian via Jolotundo sekitar 3-5 jam hingga ke puncak. Treknya cukup landai dan panjang, sehingga cocok untuk pendaki yang ingin menikmati perjalanan santai sambil mengeksplorasi situs sejarah. Pastikan untuk menyiapkan tenaga ekstra karena jaraknya cukup panjang, namun pengalaman yang didapat sangat sepadan dengan usaha yang dikeluarkan.
3. Jalur Ngoro (Paling Ekstrem)
Bagi yang mencari tantangan lebih, jalur Ngoro adalah pilihan paling ekstrem di Gunung Penanggungan. Jalur ini dikenal dengan trek yang terjal, berbatu, dan membutuhkan stamina ekstra. Namun, jaraknya memang yang paling pendek di antara jalur lain. Jalur Ngoro biasanya dipilih oleh pendaki berpengalaman yang ingin merasakan sensasi pendakian yang lebih menantang dan berbeda dari jalur lain.
4. Jalur Kedungdi Trawas
Berawal dari Desa Kedungudi, rute ini terhubung dengan Jalur Jolotundo dan melewati Candi Guru serta Candi Siwa. Medannya kombinasi tanah berbatu dan tanjakan curam, cocok untuk pendaki menengah.
5. Jalur Ngoro
Berada di sisi timur (Pasuruan), jalur ini melewati Petirtaan Belahan (Candi Sumber Tetek) dengan arca Dewi Sri. Cocok untuk pendaki yang ingin eksplor sisi lain Penanggungan.
Jika ingin mencoba pendakian Gunung Penanggungan, pastikan kamu menyiapkan biaya tiket masuk kawasan. Jangan khawatir, harganya terjangkau yakni hanya Rp15.000 saja. Jika kamu membawa kendaraan, siapkan tarif parkir juga, ya. Sepeda motor Rp10.000 dan mobil Rp25.000.
Baca Juga: 12 Tempat Liburan di Jawa Timur Terpopuler 2025
Nyamannya Menginap di Bobocabin Coban Rondo, Malang

Photo: Bobobox Internal Asset
Gunung Penanggungan adalah destinasi yang sempurna untuk kamu yang ingin merasakan perpaduan antara petualangan alam, wisata sejarah, dan spiritualitas. Puncak Penanggungan atau Puncak Pawitra menawarkan panorama luar biasa, hamparan pasir vulkanik, serta jejak-jejak peradaban kuno yang tersebar di sekujur lerengnya.
Tak hanya itu, pesona Gunung Penanggungan Mojokerto juga terletak pada keberadaan ratusan situs arkeologi Hindu-Buddha yang menjadikan setiap langkah pendakian seperti menjelajahi lorong waktu.
Bagi kamu yang ingin melanjutkan petualangan atau sekadar mencari tempat istirahat nyaman setelah mendaki, Bobocabin Coban Rondo, Malang adalah pilihan yang sangat tepat. Bobocabin menawarkan pengalaman glamour camping (glamping) dengan fasilitas serba canggih dan kenyamanan layaknya hotel berbintang.
Setiap kabin didesain dengan konsep tiny house dari kontainer, dilengkapi teknologi pintar mulai dari kunci digital, Smart Window, Mood Lamp, Bluetooth Speaker, dan masih banyak lagi.

Photo: Bobobox Internal Asset
Lokasinya yang berada di tengah hutan pinus dan kawasan wisata alam membuat Bobocabin Coban Rondo cocok untuk kamu yang ingin menikmati suasana tenang, udara segar, dan pemandangan alam yang menyejukkan. Fasilitas lengkap seperti kamar mandi pribadi, WiFi, hingga area api unggun siap memanjakan setiap tamu.

Photo: Bobobox Internal Asset
Selain Bobocabin, Bobopod Alun-Alun, Malang juga bisa jadi pilihan menginap yang nyaman dan terjangkau. Dengan konsep pod hotel modern, Bobopod menawarkan fasilitas seperti AC, kasur nyaman dan luas, WiFi, front desk 24 jam, dan keamanan yang terjamin. Lokasinya yang strategis di pusat kota Malang memudahkan kamu untuk menjelajah kuliner, wisata sejarah, hingga pusat perbelanjaan.
Jadi, setelah puas mendaki Gunung Penanggungan dan menikmati keindahan puncak Penanggungan, jangan ragu untuk menginap di Bobocabin Coban Rondo atau Bobopod Alun-Alun, Malang. Nikmati sensasi menginap yang berbeda, nyaman, dan penuh teknologi di tengah suasana alam atau kota yang menawan.
Yuk, rencanakan perjalananmu sekarang juga! Download aplikasi Bobobox untuk booking Bobocabin Coban Rondo, Malang atau Bobopod Alun-Alun, Malang, dan rasakan pengalaman menginap yang smart, nyaman, dan seru!
Featured photo: Amperiano Yuniawan via Unsplash
Penulis: Syifa Nuri Khairunnisa