Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali merupakan sebuah desa tradisional dan kuno yang berada di daerah timur pulau Bali. Hal yang paling menarik dari desa adat yang satu ini adalah tradisi dan budayanya yang sangat dijaga dan seolah belum tersentuh kemajuan zaman modern. Meski begitu, para penduduk Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini sebenarnya mengetahui perkembangan yang ada di dunia luar dengan baik, loh. Selain itu, masih banyak lagi keunikan dari Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali yang menarik untuk disimak. Cek langsung aja di bawah ini, ya!
BACA JUGA: Lihat Dan Nikmati Keindahan Desa Wisata Penglipuran Bali
Lokasi Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali
Photo: @amankila via Instagram
Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini berlokasi di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali Timur. Desa wisata satu ini berjarak 65 km dari kota Denpasar atau sekitar 1 jam 45 menit dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali.
Rute dan akses menuju Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini pun terbilang cukup mudah, loh. Kamu hanya perlu mengikuti petunjuk arah yang ada di jalan untuk bisa sampai ke desa wisata kuno satu ini. Selain itu, aksesnya juga memungkinkan banget untuk dilewati oleh setiap kendaraan, baik roda dua, roda empat, maupun bus.
Untuk bisa menikmati keindahan Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini, kamu harus membayar tiket masuk sejumlah 10.000 rupiah per orangnya. Jika membawa kendaraan, ada tambahan biaya parkir sebesar 2.000 rupiah untuk sepeda motor dan 5.000 rupiah untuk kendaraan roda empat atau lebih. Oiya, kamu bisa datang kapan saja karena desa wisata adat yang satu ini buka setiap hari untuk para wisatawan.
Keunikan Budaya Desa Tenganan Pegringsingan
Selain kain tenun Gringsing dan tradisi Perang Pandan, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali juga memiliki sederet keunikan yang membuatnya beda dari masyarakat dan desa lainnya yang ada di Bali. Berikut keunikan budaya serta tradisi Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali yang sangat menarik untuk kamu simak:
1. Tidak Merayakan Hari Raya Nyepi, Tidak Ada Penjor Galungan, dan Tidak Ada Upacara Ngaben
Keunikan dari Desa Wisata Tenganan Pegringsingan ini salah satunya adalah fakta bahwa warga desa yang satu ini tidak merayakan Hari Raya Nyepi seperti mayoritas umat Hindu Bali pada umumnya. Meski begitu, mereka tetap menghormati umat Hindu lainnya yang sedang merayakan Hari Raya Nyepi dengan cara membatasi aktivitas ke luar desa.
Selain itu, di desa ini juga tidak ada warga yang memasang penjor pada saat perayaan Hari Raya Galungan. Sebab, hari besar bagi mereka adalah Aci Sambah, bukan Hari Raya Galungan.
Tak hanya itu, penduduk Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini pun tidak menggelar upacara Ngaben jika ada warganya yang meninggal. Alih-alih dikremasi, jenazah warga desa ini justru akan langsung dikuburkan sesegera mungkin.
2. Tidak Mengenal Kasta
Tidak seperti masyarakat Bali pada umumnya, penduduk Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini pun tidak mengenal kasta, seperti gelar-gelar Anak Agung, Cokorda, Ida Bagus, I Gusti, Dewa dan lainya. Ini dikarenakan pada zaman dahulu desa ini tidak terpengaruh oleh budaya luar, contohnya Majapahit.
Selain tentang kasta, kedudukan laki-laki dan perempuan di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini pun sama haknya sebagai ahli waris. Sebab, desa wisata satu ini tidak memandang gender, selama tetap memegang teguh seluruh adat dan norma, dan tidak pergi meninggalkan desa untuk melakukan pernikahan.
3. Desa Tenganan Memiliki Kalender Sendiri
Jika para umat Hindu di Bali menggunakan kalender Masehi dan kalender Isaka atau kalender Bali yang biasa digunakan sebagai acuan untuk menentukan hari baik atau kapan jatuhnya hari upacara keagamaan, maka berbeda dengan penduduk Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali.
Di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali, para penduduknya menggunakan kalender yang dikenal dengan nama Sasih Sambah. Pada kalender Sasih Sambah, Sasih (Bulan) dari tahun Isaka akan dikelompokkan menjadi 3 bagian tahun, yakni Tahun I Sambah Biasa (360 hari), Tahun II Sambah Biasa (352 hari), dan Tahun III Sambah Muran (383 Hari).
4. Membangun Rumah Harus Sesuai Aturan Desa
Di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali, para penduduk tidak bisa sembarangan membangun rumah sesuka hati. Mereka harus menaati aturan desa atau awig-awig, sebab tanah tempat rumah mereka adalah hak milik desa.
Rumah yang dibangun di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini biasanya memiliki luas, bentuk bangunan, hingga struktur bangunan yang hampir sama satu sama lain. Peraturannya, harus ada “bale tengah” di pekarangan, yang di bagian atasnya dibuat lumbung padi atau jineng. Lalu terdapat “bale beten” yang dibangun di sebelah Selatan rumah, dan juga ada dapur serta toilet di sisi Barat.
5. Aturan Menebang Kayu
Di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali, para penduduk pun tidak boleh sembarangan menebang kayu. Hanya kayu yang dinyatakan bahwa 3/4 bagiannya sudah mati yang bisa ditebang. Proses penebangan tersebut pun harus disetujui terlebih dahulu oleh tetua adat, dan disaksikan oleh 5 orang saksi untuk memastikan bahwa kayu tersebut memang sudah layak ditebang. Keunikan budaya yang satu inilah yang membuat lingkungan di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali tetap asri dan terjaga kelestariannya.
Kerajinan Khas Kain Gringsing
Photo: @threadsoflifebali via Instagram
Layaknya desa wisata lainnya, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali pun memiliki kerajian khasnya sendiri, yakni kain tenun Gringsing. Nggak heran jika nama desa ini kemudian diberi nama desa Pegringsingan, ya?
Kain tenun tradisional hasil tangan warga Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini dibuat dengan teknik yang khas dan hanya ada satu-satunya di Indonesia, yakni teknik double ikat. Teknik ini pun telah mulai langka untuk dilakukan.
Demi memperoleh hasil terbaik, proses yang harus dilalui pun memang cukup rumit dan memakan waktu lama, bahkan bisa mencapai tahunan, loh! Karena hal inilah, kain tenun Gringsing khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini sangat populer, bahkan hingga ke macanegara.
Tradisi Perang Pandan Desa Tenganan Karangasem
Photo: @balinikibali via Instagram
Selain kain tenun Gringsing yang begitu unik dan populer, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali juga memiliki sebuah tradisi unik yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan, yaitu tradisi Mekare-kare/Mageret Pandan atau dikenal juga dengan sebutan Perang Pandan.
BACA JUGA: Ini Dia 10 Wisata Horor Di Bali Yang Jarang Diketahui!
Tradisi Perang Pandan merupakan sebuah ritual dimana sepasang pemuda desa akan saling sayat dengan menggunakan duri-duri dari daun pandan sehingga meninggalkan luka di punggung mereka. Luka tersebut kemudian akan diobati dengan menggunakan obat tradisional antiseptik dari bahan umbi-umbian.
Obat tradisional tersebut akan membuat luka-lukanya terasa sangat perih sebelum mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Bukan tanpa alasan, tradisi Perang Pandan ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih fisik dan mental para pemuda desa.
Tradisi unik khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini biasanya dilakukan setahun sekali di antara bulan Juni atau Juli. Banyak sekali wisatawan yang menanti-nantikan tradisi ini, dan juga para fotografer yang datang untuk meliput.
Aktivitas yang Bisa Kamu Lakukan di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali
Photo: @deuhrendra via Instagram
Bagi kamu yang masih bingung dan belum punya bayangan mau melakukan kegiatan apa di desa wisata ini, Bob punya beberapa rekomendasi aktivitas seru yang bisa kamu lakukan saat berkunjung ke Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali. Yang pertama tentu saja kamu bisa berkeliling dan menikmati segala keindahan pemandangan yang asri, budaya dan tradisi yang unik, serta tak lupa berfoto di spot-spot foto yang instagramable seperti di rumah adat yang sangat unik dan cantik.
BACA JUGA: Bukit Paling Cantik Di Bali Dengan Pemandangan Yang Tak Terlupakan!
Selain melihat-lihat keindahan di dalam desa wisata ini, kamu juga bisa trekking menaiki puncak bukit yang ada di dekat Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini dan menikmati pemandangan dari atas bukit. Dan jangan lupa untuk membeli beberapa souvenir kerajinan tangan khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali, seperti anyaman bambu, ukiran, lukisan tangan, serta beberapa aksesoris.
Fasilitas di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali
Selain indah dan authentic, terdapat pula beragam fasilitas yang akan membuatmu semakin nyaman berwisata ke Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini. Fasilitas tersebut di antaranya seperti tempat istirahat yang sejuk dan nyaman, tempat parkir memadai, warung makan dengan menu-menu yang lezat, kios oleh-oleh, serta kamar mandi umum.
Selain itu, Desa Wisata Tenganan Pegringsingan Bali ini juga menyediakan fasilitas rumah untuk bermalam bagi kamu yang ingin menginap dan menyaksikan kegiatan-kegiatan yang ada di desa wisata ini.
Pasti happy staycation di Bobobox!
Cari penginapan yang nyaman dan seru setelah puas berwisata di Bali? Berarti ini saatnya kamu datang ke Bobobox! Hotel kapsul yang modern dan unik ini pasti bisa memberikan kamu pengalaman baru menginap di hotel.
Pod-nya yang unik dan nyaman pasti bikin kamu betah berlama-lama staycation di Bobobox. Selain itu, di dalam pod-nya juga terdapat lampu LED yang bisa disesuaikan dengan suasana hati kamu.
Untuk memesan kamar, kamu nggak usah khawatir bakal ribet, tinggal download aja aplikasinya. QR code yang ada di aplikasinya juga berfungsi sebagai kunci kamar lho. Keren, kan? Tunggu apa lagi? Ayo menginap di Bobobox! Oh iya, kamu juga bisa melihat langsung pods Bobobox lewat virtual 360° tour lho!
Untuk reservasi dan informasi lebih lanjut, unduh aplikasi Bobobox di sini!
Header photo: Afrinaldi Zulhen, CC BY-SA 4.0 via Wikimedia Commons