desa adat di jawa barat

Yuk, Jelajahi Tradisi Lokal di 7 Desa Adat di Jawa Barat Ini!

Tahu nggak, selain curug, berbagai desa adat di Jawa Barat bisa bikin para wisatawan jatuh cinta, lho. Kok bisa?

Bayangkan saja, kamu bisa menikmati gemericik air terjun sambil merasakan suasana khas kampung adat yang sarat akan kearifan lokal. Kamu juga bisa merasakan tinggal di tengah masyarakat adat, yang pastinya bakal jadi petualangan seru yang nggak terlupakan.

Yuk, simak 7 desa adat di Jawa Barat yang siap menyuguhkan pesona dan cerita menarik dari kearifan lokalnya!

Baca Juga: Lagi Cari Tempat Untuk Healing? Yuk, Mampir Ke Wisata Desa Mojokerto!

Jelajahi Tradisi Lokal di 7 Desa Adat di Jawa Barat

Kampung Naga

kampung naga - desa adat di Jawa Barat

Photo: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Ini dea desa adat di Jawa Barat yang pertama. Kampung Naga di Tasikmalaya adalah sebuah hidden gem yang memadukan keindahan alam dan kekayaan budaya Sunda.

Terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, kampung ini menawarkan pemandangan pedesaan yang masih asli dengan rumah-rumah tradisional, persawahan, empang, dan hutan yang mengelilinginya. Dengan luas sekitar 4 hektar, Kampung Naga jadi tempat ideal untuk merasakan kehidupan masyarakat adat yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang mereka.

Menyusuri 444 anak tangga menuju kampung ini, kamu akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan, jauh dari keramaian kota yang membuat suasana di sini sejuk dan tenang.

Di Kampung Naga, kamu dapat belajar banyak tentang adat istiadat setempat, mulai dari upacara adat Hajat Sasih hingga kesenian seperti Terbang Gembrung. Rumah-rumah panggung dengan arsitektur khas Sunda, masjid, Bumi Ageung, dan Bale Patemon menjadi daya tarik tersendiri yang akan kamu temui di sana.

Meskipun tidak dialiri listrik, warga kampung tetap menggunakan alat elektronik dengan aki. Untuk menjaga kampung ini tetap lestari, jangan lupa membeli berbagai kerajinan tangan unik dari penduduk lokal, ya!

Kalau kamu berkunjung ke sini, kamu tidak dikenakan tiket masuk ke Kampung Naga, hanya dikenakan ongkos parkir. Rincian biayanya antara lain parkir motor Rp3000, parkir mobil Rp10.000, parkir elf Rp15.000, parkir minibus Rp25.000, dan parkir bus Rp40.000.

Selain itu, ada biaya untuk jasa pemandu sebesar Rp150.000, jasa narasumber Rp300.000, dan biaya makan sebesar Rp35.000/orang. Tertarik ke Kampung Naga?

Kampung Ciptagelar

Kampung Ciptagelar - desa adat di Jawa Barat

Photo: disparbud.jabarprov.go.id

Kampung Ciptagelar yang terletak di kaki Gunung Halimun, Sukabumi, Jawa Barat, punya daya tarik tersendiri buat para wisatawan dengan deretan rumah bambu tradisional di tengah alam yang hijau dan asri.

Meski merupakan kawasan adat dengan tradisi leluhur yang kuat, Kampung Ciptagelar tetap membuka pintunya untuk pengunjung. Akses ke sini memakan waktu sekitar 4 jam dari pusat Kota Sukabumi, dengan jalan yang mulus sehingga bisa dilalui motor, mobil, atau bahkan sepeda untuk menjelajah kampung ini. 

Kamu bisa berkunjung ke Kampung Ciptagelar pada waktu tertentu: Senin-Kamis pukul 09.00-19.00 WIB, Jumat 09.00-11.30 WIB dan 13.30-19.00 WIB, serta Sabtu 10.00-16.00 WIB, sementara untuk hari Minggu kampung ini tidak menerima tamu yang datang berkunjung.

Meskipun masuk ke sini gratis, kamu tetap diharapkan menjaga tata krama dan kealamian tempat, ya! Jangan lupa juga untuk mematuhi beberapa peraturan yang harus diikuti termasuk meminta izin pemimpin desa, tamu laki-laki harus memakai ikat kepala sementara yang perempuan memakai samping, bersalaman sesuai tradisi, dan menyampaikan maksud kunjunganmu.

Meski demikian, jangan ragu untuk menjelajah Kampung Ciptagelar dan melihat lebih dekat kehidupan tradisional masyarakat di sana!

Baca Juga: Desa Adat Sade: Jejak Budaya Sasak nan Lestari di Pulau Lombok

Kampung Adat Pulo

Desa Adat Kampung Pulo yang terletak di sekitar situs cagar budaya Candi Cangkuang, kampung ini tetap mempertahankan tradisi meskipun pengaruh Islam dibawa oleh Embah Dalem Arif Muhammad, yang dulunya memeluk agama Hindu.

Kini, penduduk Kampung Pulo yang beragama Islam tetap melaksanakan sebagian ritual agama Hindu, salah satu hal yang menjadi daya tarik wisatawan. Terdapat enam rumah adat yang didirikan oleh keturunan Embah Dalem Arif Muhammad, terdiri dari 5 wanita dan 1 pria, serta satu masjid sebagai tambahan bangunan di tengah pemukiman.

Keunikan Kampung Pulo terkenal salah satunya dengan aturan ketat mengenai jumlah rumah yang tidak boleh lebih atau kurang dari enam, serta jumlah penghuni yang tidak boleh melebihi enam kepala keluarga per rumah. Jika ada anak yang menikah, mereka harus keluar dari kampung dalam dua minggu.

Selain itu, ada juga aturan unik berupa larangan memukul gong besar dan berziarah pada hari Rabu, serta tidak boleh memelihara hewan ternak berkaki empat. Aturan-aturan ini diyakini untuk menjaga keharmonisan dengan leluhur dan alam, membuat Kampung Pulo menjadi destinasi wisata budaya yang terkenal di Kabupaten Garut!

Kampung Cireundeu

Kampung Adat Cireundeu yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Cimahi Selatan, Jawa Barat, punya luas sekitar 42 hektar yang sebagian besar lahannya difungsikan sebagai pertanian. Nama “Cireundeu” berasal dari pohon reundeu yang dulu banyak tumbuh di sana. Masyarakat Kampung Cireundeu hidup dengan prinsip “Ngindung Ka Waktu, Mibapa Ka Jaman“, yang berarti mereka mengikuti perkembangan zaman tanpa melupakan tradisi.

Konsep adat kampung ini membagi lahan menjadi tiga bagian: Leuweung Larangan (hutan terlarang), Leuweung Tutupan (hutan reboisasi), dan Leuweung Baladahan (hutan pertanian), yang semuanya memiliki aturan ketat untuk menjaga keseimbangan alam.

Salah satu tradisi unik di Cireundeu adalah puasa tidak mengonsumsi beras, sebagai cara untuk menguji keimanan dan mendapatkan kemerdekaan lahir batin. Tradisi ini terkait dengan ungkapan leluhur, “Teu Boga Sawah Asal Boga Pare, Teu Boga Pare Asal Boga Beas, Teu Boga beas Asal Bisa Nyangu, Teu Nyangu Asal Dahar, Teu Dahar Asal Kuat” yang berarti “tidak punya sawah asal punya beras, tidak punya beras asal dapat menanak nasi, tidak punya nasi asal makan, tidak makan asal kuat”.

Sebagai gantinya, mereka mengonsumsi rasi atau beras singkong, tradisi yang telah berlangsung sekitar 98 tahun sejak sawah mereka mengering pada tahun 1918. Singkong diolah menjadi berbagai camilan, menjadikannya makanan pokok yang konsisten hingga kini.

Meskipun terbuka terhadap masyarakat luar, warga Cireundeu jarang merantau dan lebih suka bergotong royong, lho! Lokasi Kampung Adat Cireundeu sekitar 15 kilometer dari Kota Bandung, dengan akses mudah melalui berbagai jalan utama. Tradisi, kekompakan, dan keunikan adat membuat Kampung Adat Cireundeu menjadi destinasi yang menarik dan penuh pelajaran budaya. Kamu tertarik ke sini?

Baca Juga: Alami Pengalaman Budaya Bali yang Sesungguhnya dengan Mengunjungi Desa-Desa Adat Berikut Ini!

Kampung Dukuh Dalam

kampung adat dukuh dalam

Photo: diskominfo.jabarprov.go.id

Kalau kamu berkunjung ke desa adat di Jawa Barat ini, kamu akan disuguhi oleh pemandangan tiga pegunungan sekaligus. Karena lokasi Kampung Adat Dukuh Dalam berada di tengah-tengah tiga gunung yaitu Gunung Batu Cupak, Gunung Dukuh, dan Gunung Batu! Terbayang kan seperti apa cantiknya?

Kampung ini terkenal karena kebiasaan masyarakat lokal yang masih kuat memegang adat istiadat leluhur. Saat memasuki kampung ini, kamu akan melihat rumah-rumah tradisional dengan atap dari alang-alang dan ijuk. Lokasinya berada di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, yang memberikan kesan tradisional yang kental.

Semua rumah di kampung ini terbuat dari kayu karena ada larangan penggunaan kaca, tembok, dan genteng. Kampung ini memiliki 42 rumah dan satu balai rakyat untuk pertemuan, serta satu rumah yang lebih besar milik juru kunci kampung.

Mayoritas warga Kampung Dukuh Dalam bekerja sebagai petani di sawah dan ladang, sehingga rumah mereka sederhana, terbuat dari kayu dengan atap daun ilalang. Di sini, kehidupan jauh dari modernitas. Jangan heran kalau kamu tidak akan menemukan peralatan elektronik.

Saat malam, mereka menggunakan lampu cempor berbahan minyak tanah untuk penerangan. Memasak pun masih dengan kayu bakar, bukan kompor gas.

Di sini, kamu akan melihat lebih dekat bagaimana masyarakat Kampung Dukuh Dalam hidup harmonis dengan alam, salah satunya dengan menjaga Hutan Larangan yang tidak boleh diganggu.

Kalau kamu berkunjung ke desa adat di Jawa Barat ini, jangan mengambil kayu atau ranting lapuk dari hutan, ya.  Karena peraturan tersebut sudah menjadi tradisi warga Kampung Dukuh Dalam untuk  membantu pelestarian tumbuhan di dalam dan sekitar hutan!

Kampung Urug

Kampung Adat Urug terletak di Desa Kiara Pandak, Kecamatan Sukajaya, sekitar 42 km dari Cibinong. Seperti kampung adat lainnya, kampung ini masih memegang teguh nilai-nilai tradisi leluhur yang diwariskan dari zaman dulu.

Ciri khas pemukiman di sini adalah rumah-rumah adat yang memiliki kolong dan lumbung padi yang disebut leuit. Arsitektur rumahnya mengikuti tradisi Sunda dengan gaya julang ngapak dan jago anjing. Uniknya, masyarakat di Kampung Urug semuanya masih berkerabat dekat, dikenal dengan istilah Tatali Kahuripan, yang menggambarkan ikatan persaudaraan yang kuat.

Kepemimpinan adat di Kampung Urug dipegang oleh Ki Kolot Ukat, keturunan kesembilan dari pendiri kampung. Ada tiga pemimpin utama di sini: Ki Kolot Ukat (menjaga adat istiadat), Ki Kolot Amat (mengatur masyarakat), dan Ki Kolot Tengah (mempertahankan tradisi serta sejarah kampung).

Kampung ini sudah ada sejak 450 tahun lalu, sezaman dengan Prabu Nilakendra. Saat ini, Kampung Adat Urug menjadi destinasi wisata dengan rata-rata kunjungan 80-100 orang per bulan. Bahkan, bisa mencapai 600-800 orang/hari pada hari besar.

Apakah kamu akan menjadi salah satunya? Yuk segera jadwalkan kunjunganmu ke sini!

Baca Juga: Ini Dia 7 Desa Wisata Terbaik Wajib Dikunjungi. Cocok Buat Tenangkan Diri

Kampung Cikondang

Kampung Adat Cikondang di Desa Lamajang, Pangalengan, Kabupaten Bandung, adalah situs bersejarah yang terletak di kaki Gunung Tilu. Awalnya ada 61 rumah adat yang dibangun pada abad ke-17. Namun, kini hanya tersisa satu rumah setelah kebakaran besar di abad ke-19.

Untuk mencapai desai seluas 3 hektar ini, kamu perlu menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kota Bandung melalui Kecamatan Banjaran. Akan ada petunjuk arah yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan aksara Sunda. Saat tiba, suasana kampung yang hidup dan keramahan warga akan menyambutmu.

Bumi Adat di Kampung Cikondang, yang sudah berusia 370 tahun, tetap melestarikan nilai-nilai kearifan lokal seperti kuliner nasi tumpeng dan rujak curo, serta acara tahunan Wuku Taun.

Di dalam rumah adat, terdapat berbagai peralatan tradisional dan dua kamar, yaitu kamar larangan dan goah. Di belakang Rumah Adat, terdapat Hutan Larangan dengan pantangan khusus bagi pengunjung. Hutan ini dulunya digunakan untuk menyimpan benda pusaka dan tempat persembunyian pada masa penjajahan.

Selain itu, pengunjung dapat mengunjungi makam buyut para wali dan makam juru kunci pertama yang terletak tidak jauh dari Hutan Larangan. Semua keunikan ini menjadikan Kampung Adat Cikondang sebagai situs yang kaya akan kearifan lokal yang patut dilestarikan!

Selengkapnya soal Desa Adat di Jawa Barat Ada di Majalah Travel Tales!

travel tales 3rd edition

Masih penasaran dengan desaadat di Jawa Barat dan budaya lokalnya yang unik? Simak liputan mendalam tim Bobobox tentang Desa Adat Cireundeu dan lainnya hanya di Travel Tales, travel magazine yang dirilis oleh Bobobox!

Kamu bakalan mengenal bagaimana masyarakat desa Cireundeu bisa mandiri dengan hasil pertaniannya dan tidak bergantung pada nasi sebagai makanan pokok. Selain itu, kamu juga bisa ikut serta kupas tuntas adat dan budaya Sunda! Seru, kan?

Jangan dilewatkan, miliki kesempatan dapetin diskon lebih dari 30% untuk menginap di Bobopod dan Bobocabin. Coba juga peruntunganmu dengan mengikuti giveaway berhadiah total senilai Rp6 juta!

Travel Tales tersedia dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bisa kamu download di sini, ya!

Baca Juga: Berpetualang Melewati Lorong Waktu! Desa Tradisional Tenganan Pegringsingan Bali yang Menawan

 

Penulis: Ratna Asih 

Foto utama oleh: Azmie Kasmy via Wikimedia Commons

Bobobox

Bobobox

Sejak tahun 2018, Bobobox hadir menawarkan pengalaman yang berbeda bagi para traveler untuk menikmati perjalanan yang sempurna. Bobobox menghubungkan traveler, dari pod ke kota.

All Posts

Bobobox

Rasakan sensasi menginap di hotel kapsul Bobobox! Selain nyaman, hotel kapsul ini mengedepankan teknologi dan keamanan. Bobobox bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menikmati perjalanan dan beristirahat, dan cocok untuk perjalanan liburan atau bisnis.

Top Articles

Categories

Follow Us

Latest Articles