Di era teknologi seperti sekarang, traveling bukan lagi kebutuhan tersier. Berkat internet dan media sosial, informasi tentang berbagai tempat wisata menjadi lebih mudah didapatkan. Jasa para influencer dan travel blogger yang rajin mencari destinasi-destinasi baru juga patut diapresiasi. Kehadiran maskapai penerbangan berbiaya murah dan layanan reservasi tiket dan hotel turut mempermudah kita untuk merencanakan liburan yang diimpikan.
Meskipun sedang on budget, dana bukan menjadi penghalang untuk berwisata. Backpacking menjadi salah satu gaya berlibur yang digandrungi banyak orang. Dengan akomodasi dan transportasi bujet, kamu sudah bisa berkunjung ke destinasi wisata pilihanmu. Namun, gaya liburan seperti ini memiliki kekurangannya tersendiri. Selain keterbatasan modal, ketidaknyamanan juga menjadi salah satu risiko saat kamu mencoba backpacking. Aktivitas yang bisa dilakukan saat berlibur pun mungkin terhalang oleh dana yang kamu miliki.
Fenomena flashpacking hadir sebagai jalan tengah yang mewarnai kultur traveling. Dengan dana yang tidak besar, para flashpacker tetap bisa menikmati liburan, dengan kenyamanan dan kemudahan yang lebih besar. Selain itu, para flashpacker juga bisa mencicipi aktivitas yang lebih beragam saat berlibur. Namun, untuk menikmati hal-hal tersebut, there’s always a price to pay.
Nah, untuk kamu yang bingung dengan gaya liburan yang perlu dipilih, jangan khawatir! Bob akan bantu kamu memilih traveling style yang cocok untukmu berdasarkan beberapa faktor. Eits! Sebelumnya, Bob akan jelaskan dulu perbedaan antara backpacker dan flashpacker.
Apa Bedanya Backpacker dan Flashpacker?
Dari segi morfologi, keduanya sama-sama berakhiran “-packer“. Secara fundamental pun (Aduh! Bahasa Bob berat, ya!), keduanya berakar dari konsep dasar yang sama. Baik backpacker dan flashpacker sama-sama mengacu kepada orang yang bepergian atau berlibur. Keduanya juga identik dengan ransel besar yang digunakan untuk membawa barang-barang. Kalau begitu, apa bedanya?
Dilansir dari Ashanti.co.za, backpacker mengacu kepada wisatawan dengan batasan bujet, (hampir selalu) membawa ranselnya ke mana pun, bahkan ke destinasi yang jauh. Mungkin kamu pernah melihat para pelancong seperti ini, atau justru berlibur dengan gaya ini. Para flashpacker pun memiliki tampilan yang bisa jadi sama. Hanya saja, mereka memiliki bujet liburan yang lebih besar. Nomads World menyebut para flashpacker sebagai backpacker “makmur”.
Meskipun dengan bujet yang lebih besar, flashpacker tidak sama dengan turis. Salah satu indikatornya adalah ransel. Kalau turis identik dengan koper, flashpacker justru identik dengan ransel, sama seperti backpacker. Selain itu, flashpacker juga tidak mencari kemewahan, tetapi kenyamanan. Yang nyaman tidak harus selalu mahal dan mewah, ‘kan? Bisa dibilang, para flashpacker ini berada di grey area antara backpacker dan turis.
Dilansir dari Flashpacker Indonesia, umumnya flashpacker adalah para travel enthusiast dengan penghasilan yang memadai. Mereka ingin menikmati liburan yang terjangkau, tanpa mengabaikan faktor kenyamanan. Selain itu, para flashpacker lebih berorientasi kepada pengalaman. Dengan kata lain, dana bukan menjadi masalah besar bagi para flashpacker demi mendapatkan pengalaman baru dan unik. Meskipun demikian, mereka juga bukan big spender, lho!
Pilih Backpacking atau Flashpacking?
Bujet menjadi faktor utama yang membedakan backpacker dan flashpacker, sebenarnya ada beberapa aspek lain yang membedakan keduanya. Untuk kamu yang masih bingung, Bob akan kasih tahu beberapa hal yang bisa dipertimbangkan untuk memilih gaya traveling kamu!
1. Budget
Seperti yang Bob sebutkan sebelumnya, anggaran dana menjadi faktor pertama yang perlu dipertimbangkan. Untuk kamu yang ingin berlibur, tetapi memiliki dana terbatas, backpacking dapat menjadi gaya traveling yang lebih tepat. Dengan konsep perjalanan yang ramah di kantung, kamu tetap bisa menikmati liburan dan menjelajahi kota tujuanmu. Pemilihan tempat makan dan akomodasi berorientasi kepada budget. Ini artinya mungkin opsi yang ada menjadi lebih terbatas.
Sementara itu, untuk kamu dengan bujet tambahan, flashpacking bisa kamu coba. Tak perlu dipertanyakan lagi. Dengan modal yang lebih besar, ada lebih banyak pilihan aktivitas, tempat makan, dan akomodasi yang bisa kamu dapatkan. Meskipun demikian, kenyamanan tetap menjadi prioritas dibandingkan kemewahan. Flashpacking tidak sama dengan luxury vacation.
2. Waktu
Selain bujet, waktu menjadi faktor lain untuk menentukan gaya traveling yang tepat. Kalau backpacker terhalang oleh dana, justru flashpacker-lah yang terhalang oleh waktu. Terutama bagi flashpacker dari kalangan pegawai atau pelajar, waktu menjadi komoditas yang mahal. Jika kamu memiliki waktu yang terbatas untuk berlibur, flashpacking bisa menjadi gaya berliburmu.
Sebelum melakukan flashpacking, perjalanan harus dijadwalkan dengan lebih matang. Mulai dari pemesanan akomodasi, tiket, hingga pemilihan aktivitas, kamu harus memastikan waktumu tak terbuang sia-sia. Para flashpacker biasanya tak keberatan jika perlu membayar biaya tambahan demi menghemat waktu. Misalnya, alih-alih berjalan kaki, flashpacker mau menggunakan taksi agar bisa sampai ke tempat tujuan dengan cepat.
Sementara itu, para backpacker bisa lebih nyantai dengan waktu yang lebih banyak. Meskipun dengan dana terbatas, para backpacker tak perlu diburu-buru oleh waktu. Bisa sans dulu lah! Bepergian dari satu tempat ke tempat lain, terutama dengan berjalan kaki pasti memakan banyak waktu. Oleh karena itu, jika kamu memiliki waktu yang cukup luang untuk berlibur, backpacking akan memberikan pengalaman yang mengasyikkan.
3. Aktivitas
Saat berada di kota tujuan, tentunya ada beragam aktivitas yang bisa kamu coba. Mulai dari wisata kuliner, belanja, hingga sekadar berfoto, kamu bisa menikmati berbagai hal saat berlibur. Jika kamu ingin berhemat dan lebih tertarik dengan sightseeing, backpacking adalah gaya traveling yang lebih cocok. Ditambah dengan banyaknya waktu yang dimiliki, backpacking memberimu keleluasaan untuk menjelajahi kota, tanpa harus merogoh kocek lebih dalam.
Untuk kamu yang ingin menjajal hal-hal baru di kota tujuan liburan, flashpacking adalah gaya liburanmu. Dengan bujet yang lebih besar, kamu bisa mencoba atraksi-atraksi unik atau menyelami lautan kuliner yang lebih luas. Para flashpacker tidak ragu untuk mengeluarkan uang demi mendapatkan pengalaman baru yang mengesankan. Yeah, it’s worth a sacrifice, isn’t it?
4. Gadget
Meskipun terdengar konyol, faktor yang satu ini bisa menentukan gaya traveling yang lebih cocok untukmu. Dilansir dari Kate Was Here dan Hipwee, para backpacker sering kali membawa gadget “seperlunya”. Kehadiran ponsel dengan kamera mumpuni dan kamera digital mungkin dirasa sudah cukup, terutama untuk kamu yang enggan ribet. Sebenarnya, bukan tanpa alasan para backpacker membawa gadget seperlunya. Ransel yang hampir selalu dibawa ke mana pun dan kondisi “serba terbatas” saja sudah merepotkan. Ditambah barang bawaan lain? Aduh, repot!
Sementara itu, para flashpacker biasanya tak keberatan membawa gadget yang lebih lengkap, seperti iPad, lensa tambahan, atau bahkan laptop. Perangkat-perangkat tersebut juga bisa melengkapi pengalaman mereka saat berlibur. Untuk penggemar fotografi, misalnya, adanya beberapa lensa tambahan dapat memberikan keleluasaan untuk mendapatkan hasil jepretan yang cantik. Para flashpacker juga mungkin membawa laptop agar bisa menyelesaikan pekerjaan atau memeriksa e-mail saat berlibur.
5. Kenyamanan
Faktor terakhir yang bisa membantumu memilih gaya traveling yang sesuai adalah kenyamanan. Bicara tentang kenyamanan, memang pada akhirnya semua kembali ke preferensi masing-masing. Bagi para backpacker, kenyamanan saat berlibur memang terkendala oleh batasan dana. Untuk bepergian, para backpacker harus siap menaiki dan berdesakan di kendaraan umum, atau bahkan berjalan kaki. Untuk menginap, mereka harus mau tidur di dorm atau bahkan ruang tunggu bandara, misalnya.
Di sisi lain, para flashpacker tetap ingin menikmati kenyamanan yang lebih baik. Dengan dana yang ada, mereka bisa memesan private room, dan bukan satu ranjang di dorm bersama. Untuk bepergian, mereka memilih transportasi umum yang lebih nyaman atau taksi. Saat lapar, para flashpacker masih mau mengeluarkan dana lebih untuk menikmati sajian yang lebih unik. Intinya, kalau bisa dapat yang lebih baik, kenapa tidak?
Kesimpulan
Dari semua faktor-faktor yang Bob sebutkan di atas, kamu bisa menentukan gaya liburanmu sendiri. Untuk kamu yang memiliki keterbatasan dana, tetapi dengan waktu yang lebih fleksibel, backpacking bisa menjadi pilihan. Sementara, jika kamu memiliki bujet yang lebih besar untuk berlibur, welcome to the flashpacker club!
Namun, apa pun gaya traveling yang kamu ikuti, yang terpenting adalah kamu bisa menikmati liburanmu dan mendapatkan pengalaman baru. Nah, supaya keceriaan dan kenyamanan liburan tetap terjaga, pastikan kamu sudah melakukan persiapan yang matang, termasuk memesan hotel. Sebagai salah satu pilihan akomodasi terjangkau, kamu bisa mencoba hotel kapsul. Bobobox merupakan opsi yang layak untuk kamu pertimbangkan.
Bobobox adalah hotel kapsul yang memadukan fitur-fitur canggih dengan kenyamanan beristirahat. Interior pod bergaya futuristik yang cantik dan tempat tidur yang luas akan membuatmu nyaman saat beristirahat. Ruang-ruang publik yang Instagrammable juga akan melengkapi kunjunganmu. Pencahayaan, kunci pintu, dan interaksi dengan staf bisa kamu lakukan melalui satu aplikasi. Simpel, bukan?
Aplikasi Bobobox bisa kamu unduh secara gratis untuk iOS dan Android. Selain mengatur fitur pod, kamu juga bisa melakukan reservasi melalui aplikasi tersebut. Ada beragam metode pembayaran untuk memudahkan transaksimu. Selain itu, berbagai promo yang ditawarkan Bobobox akan membantu mewujudkan liburanmu, tanpa membuat dompet jebol!
Header image: @austindistel via Unsplash